Pesatnya perkembangan teknologi di tahun 2025, dengan segala kecanggihan dan digitalisasi, termasuk kehadiran Meta AI yang mampu menjawab berbagai pertanyaan konsumen dalam hitungan detik, membawa konsekuensi tersendiri bagi Generasi Z. Mereka rentan terhadap arus viral sesaat, tak terkecuali fenomena wanita muslimah yang dengan mudahnya berjoget di depan kamera demi popularitas di platform seperti FYP.
Kendati demikian, penting untuk kita menyoroti keutamaan dan peran esensial wanita sebagai madrasah pertama dalam kehidupan keluarga dan pilar penyangga bangsa. Sebuah pepatah Arab yang bijak menyatakan:
النساء عماد البلاد إذا صلحت صلح البلاد وإذا فسدت فسد البلاد
Artinya : “Perempuan adalah tiang negara jika baik tingkah laku perempuan maka baik pulalah negaranya namun jika buruk tingkah lakunya maka kerusuhanlah yang akan terjadi”.
Hal ini mengindikasikan betapa krusialnya peran wanita dalam kemajuan suatu bangsa. Meskipun mungkin terlintas di benak kita bahwa laki-laki adalah agen perubahan utama karena peran mereka dalam urusan tata negara. Sejarah mencatat bahwa Imam Syafi’i, seorang ulama besar, mencapai keilmuan dan kemuliaan bukan hanya karena ketekunan belajarnya, melainkan juga berkat didikan ibunda yang menjauhkannya dari segala hal yang dapat membuka celah bagi kemaksiatan. Ironisnya, di era milenial ini, kita menyaksikan kecenderungan sebagian besar wanita untuk melakukan tindakan yang sebenarnya kurang pantas bagi mereka.
Ironisnya, di era milenial ini, di mana akses informasi dan pendidikan seharusnya lebih mudah, kita justru menyaksikan kecenderungan sebagian besar wanita untuk melakukan tindakan yang sebenarnya kurang pantas bagi mereka, terutama dalam ranah publik di media sosial. Tergiur oleh popularitas sesaat dan validasi instan dari likes dan komentar, batasan-batasan nilai dan norma seringkali terabaikan. Hal ini tentu menjadi tantangan besar dalam menjaga marwah wanita sebagai pendidik utama dan pilar moral bangsa.
Jadi, masa depan negeri tergantung pada pemuda dan pemudi bagaimana mereka menggunakan mindset pemikirannya, khususnya perempuan yang berperan penting dalam aset kemajuan. Itu mengapa mereka disebut madrasah pertama dan sebagai didikan awal mestinya harus memiliki pemimpin yang berkualitas.
Oleh: Suheri Mkd