assirojiyyah.online, penyebaran paham radikalisme dan terorisme menjadi salah satu tantangan bagi masyarakat Indonesia, oleh karenanya, tidak banyak dari kalangan pemerintah dan elemen-elemen masyarakat terus melakukan upaya untuk meminimalisir hal tersebut salah satunya BAKESBANGPOL (Badan Kesatuan Bangsa dan Politik) Kabupaten Sampang dengan cara menggelar acara “Sosialisasi Cegah Dini Dalam Rangka Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di kalangan Pondok Pesantren Tahun 2022” pada selasa (27/12/22).
Acara yang digelar di Rumah Khas Kalimantan Pondok Pesantren Assirojiyyah Kelurahan Polagan, Dusun Halelah Kab. Sampang ini diikuti oleh 75 peserta yang terdiri dari para santri dan tamu undangan.
Lettu INF Moh. Marlan selaku Pasi Intel Kodim 0828 Kab. Sampang dalam sambutannya menjelaskan panjang lebar tentang radikalisme dan terorisme, menurutnya radikalisme adalah suatu ideologi atau gagasan dan paham yang ingin membuat perubahan pada sistem sosial dan politik dengan menggunakan cara-cara kekerasan.
“Bahwa dengan adanya radikalisme ini memang harus kita antisipasi dan perlu kita melakukan pencegahan, dan sejauh ini kita masih melakukan pengawasan,” ungkapnya.
Sedangkan ciri-ciri radikalisme diantaranya ialah tanggapan terhadap kondisi yang telah terjadi yang diwujudkan dalam bentuk evaluasi penolakan bahkan perlawanan secara keras.
Baca Juga:
“Radikalisme dan Terorisme memang sangat kuat penolakannya, mengajak kekerasan yang ekstrim, itu yang perlu kita ketahui,” imbuh Pasi Intel Kodim 0828 Kab. Sampang tersebut.
Badan Intelijen Negara Daerah (Binda) Kompol Ipal Faruq mengungkap, bahwa di Madura sendiri sudah menjadi salah satu sarangnya teroris.
“Kebanyakan mereka dari pendatang bukan penduduk asli ,” ungkapnya saat memberi sambutan.
Selain itu dia berharap adanya radikalisme dan terorisme jangan sampai masuk di kalangan Pondok Pesantren.
Di sisi lain Kepala Bakesbangpol Anang Djoenaidi S.sos. M.Si. menilai sangat berbahaya karena menurutnya, perbedaan paham yang dibawa mereka ingin merusak dan mengganti dasar negara Indonesia.
“Terutamanya mereka ingin mengganti NKRI menjadi negara yang menurut mereka,” terang bapak Anang Djoenaidi S.sos. M.Si.
Oleh karen itu pihaknya akan terus melakukan sosialisasi serta kerjasama kepada semua pihak seperti Forkopincam RT, RW dan para santri dalam mencegah peyebaran radikalisme ini.
“Intinya penanamam Pancasila ini harus terus ditekankan pada kita terutamanya kepada pada para santri, disana toleransinya tinggi,” ucapnya.
“Tetap belajar, ikuti para kiai dan ustad, yang ke dua apabila ditemukan perbedaan faham baik di dalam pondok maupun diluar untuk segera diinformasikan, belajar di pondok karena saya yakin utamanya di pondok NU kita jauh dari radikalisme,” pesan Anang Djoenaidi S.sos. M.Si. selaku Kepala Bakesbangpol. (Zen)