Mencintai dan dicintai adalah fitrah semua insan. sampai, imanpun tak akan sempurna tanpa adanya unsur cinta. Cinta lahir dari rasa nyaman lalu tumbuh mengakar menjadi cinta.Jadi siapapun dari kita ketika sudah merasa nyaman terhadap sesuatu atau seseorang maka akan timbul yang namanya cinta.Namun begitu, banyak dari kita gagal faham menanggapi suatu fenomena ini yang sampai memperjuangkannya hingga terpeleset ke jurang kehinaan. Lantas, bagaimana kita bisa mengcounter permasalahan tersebut ?.
Ada kisah menarik dari hal ini ketika siti Zulaikha, istri Nabi Yusuf AS pertama kali didera rasa cinta kepadanya. Di tengah kekufurannya ia meminta kepada berhala untuk di kabulkan keinginannya bertemu Nabi Yusuf AS. Tapi, jawaban yag ia pinta tak kunjungan datang. Karna tidak sabar iapun membanting berhala tersebut.
Singkat cerita, hidayah Allohpun turun kepadanya.Di tengah harapan yang mulai pupus ia tetap tegar dan memasrahkan ujian cintanya kepada Alloh. Ia menyakini dilema yang ia hadapi adalah cobaan dariNya. Dan ia berdoa agar segera dipertemukan atau meminta rasa cintanya untuk dihilangkan jika Alloh telah mentakdirkannya demikian…alhasill, Siti Zulaikhapun menikah dengan Nabi Yusuf As.
Belajar dari kisah tersebut,kita bisa menarik kesimpulan,bahwa cinta bagian dari nafsu yang membelenggu.Nafsu ibarat anak kecil yang ingin selalu menyusu.Jika terus dituruti, dia akan memanjakan diri selalu. oleh karenanya,sesekali dilema cinta perlu ditahan dan dilepas agar tidak berlarut lama dalam rasa galau.
Baca Juga :
INTENSITAS IBADAH PUTRA AMR BIN ASH
Jadi ketika kita sudah terpapar buih-buih cinta kepada seseorang, maka selayaknya kita tidak melakukan tindakan gegabah. Misalnya ketika kita didera cinta kepada seseorang,sedangkan kita dalam proses mencari ilmu. Maka, wajib bagi kita menahan rasa tersebut. Bukan sebaliknya, yang sampai memperjuangkannya hingga melakukan tindakan yang dilarang.
Memang benar dalam maqolah ” Hubbuka syai’an yu’mi wa yu’shimu “. Cintamu pada sesuatu membuatmu buta dan tuli.Namun jika kita kembalikan semua urusan kita pada yang Maha Pecinta.Pasti Dia akan menunjukkan yang terbaik.
Maka, sungguh beruntung,jika ada dari kita yang memasrahkan kehendak kita kepadaNya dan menjauhi laranganNya. Karena, sepantasnya inilah yang dilakukan oleh kita, khususnya kita yang berpredikat santri ketika dirundung kegelisahan.
Akhirnya, semoga kita lebih dewasa menanggapi fenomena ini,hingga bisa mencintai hambaNya karenaNya. Dan dicintai olehNya.Karena inilah puncak tujuan kita dalam mencintai hamba-hambaNya. Amin.
penulis : Khotimul_Alhariz D4