Sudah sangatlah masyhur kegembiraan Abu Lahab atas lahirnya Sang Nabi telah menyebabkan ringan adzab neraka.
Bentuk ekspresi kegembiraan masing-masing orang tentu bermacam-macam. Berbagai model apresiasi umat terhadap maulid pun muncul. Ihtifal, sedekah, puasa, pembacaan sejarah rosul, dan lain-lain.
اِذَا كَانَ هَذَا كَافِرًا جَاءَ ذَمُّهُ * بِتَبَّتْ يَدَاهُ فِي اْلجَحِيْمِ مُخَلَّداً
أَتَى اَنَّهُ فِي ايَوْمِ اْلاِثْنَيْنِ دَائِمًا * يُخَفَّفُ عَنْهُ لِلسُّرُوْرِ بِأَحْمَدَا
فَمَا الظَّنُّ بِالْعَبْدِ الَّذِيْ طُوْلَ عُمْرِهِ * بِأَحْمَدَ مَسْرُوْرًا وَمَاتَ مُوَحِّدًا
Kalau Si Kafir ini yang sudah jelas dicela dengan kalimat تَبَّتْ يَدَا kekal dalam neraka,
Telah datang hadits bahwa setiap hari Senin selalu mendapat keringanan siksa karena rasa gembira atas lahirnya Nabi,
Lalu bagaimana perkiraannya, bagi setiap hamba yang sepanjang umur selalu gembira, apalagi ia meninggal bertauhid.
Rosululloh SAW ditanya tentang puasa hari senin, beliau bersabda.
فِيْهِ وُلِدْتُ وَفِيْهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ )رواه مسلم في صحيحه(
Di tengah pandemi Covid-19 beberapa pihak organisasi dan komunitas yang rutin mengadakan penggalangan dana untuk santunan anak yatim sempat ragu dan was-was untuk tetap melanjutkan kegiatan rutinnya.
Namun demikian, dengan harap-harap cemas, setelah dikukuhkan untuk tetap mengadakan kegiatan sosial tersebut, betapa mengejutkan, Kegiatan galang dana dan donasi santunan bagi anak-anak yatim ternyata malah ‘melonjak’ dari berbagai aspek.
Yang paling mengagetkan dari jumlah nominal dana yang terhimpun sungguh melampaui ekspektasi. Sungguh fenomena berkah yang tak terkira dan tak dikira.
Dari gambaran ini, penulis berpandangan dan berharap juga berlaku di momen perayaan maulid. Teringat kisah berkah yang didapat seorang penunggang kuda yang mendapat hadiah 1000 dinar dari Sang Kholifah Abdul Malik bin Marwan. Padahal ia telah menjatuhkan dan menewaskan anak sang Kholifah, akibat amukan kudanya. Hal itu barokah niat baiknya untuk mengadakan ‘ihtifal’ maulid jika diselamatkan dari hukuman.
Saat ia menghadapi Kholifah dalam sidang. Tiba-tiba Kholifah Malik bin Marwan melihat sang pemuda komat-komat berbicara dan bergumam sendiri.
” Apakah kamu pandai sihir “?.
Beliau sendiri sangat heran karena rasa murkanya tiba-tiba hilang, dan curiga terkena sihir si pemuda.
“Tidak tuan, saya tidak pandai sihir.”
“Baiklah, kamu diampuni dan ini uang seribu dinar untuk kamu, asalkan kamu kasih tahu, apa yang tadi kamu baca dan kamu ucapkan.”
“Saya hanya bergumam dan berniat, kalau selamat dari hukuman maka saya akan adakan maulid dengan meriah.”
( I’anah Ath-Tholibin, bab walimah jz. 3 hal. 415 ).
مَنْ اَحَبّنِيْ كَانَ مَعِيْ فِي اْلجَنَّةِ
Al Imam Jalaluddin As-Suyuthiy, berkata sehubungan dengan hadits ini,
“Tidaklah seorang muslim, yang membaca maulid Nabi SAW kecuali Alloh mengangkat musibah, wabah, kebakaran, keburukan, penyakit, kebencian, kedengkian, pencurian, dari semua penduduk. “
Jadi jaga kesehatan dengan protokol sewajarnya, jangan berlebihan, tepatkanlah sasaran sedekah, tuluskan niat cinta, insyaallah berkah.
Untuk menjadi pertimbangan,
لَا شَرَفَ فِيْ سَرَفٍ وَلَا سَرَفَ فِيْ شَرَفٍ
“Tidaklah dianggap mulia apa-apa yang berlebihan, dan tidaklah dianggap berlebihan apa-apa yang dilakukan dalam kemuliaan.”
Semoga.