BERAWAL KEKOMPAKAN DAN BERBUAH KESUKSESAN

Spread the love

Oleh: Muhaimin Tbl

Pulau Madura merupakan sebuah pulau yang terletak di daerah Provinsi Jawa Timur, tersusun dari empat kabupaten di dalamnya. Pulau Madura sendiri dijuluki sebagai pulau yang bisa meproduksi garam terbesar di Asia Tenggara, selain itu Madura juga dijuluki sebagai pulau santri, baik santri formal atupun salafiyyah. Sebab dalam empat kabupaten yang berderetan di pulau Madura, terdapat ratusan pesantren yang berjajaran di dalamnya. Jadi tak ayal jika pesantren-pesantren tersebut membuahkan cabang, misalnya seperti madrasah diniyyah yang berdiri tegak hingga kepelosok desa. Dan pada kesempatan kali ini salah satu koresponden Majalah Assirojiyyah edisi 41, berhasil mengulas salah satu madrasah yang terletak di dataran tinggi pulau Madura, yakni Madrasah Darul Ulum yang terletak di Ds. Belateran Timur, Kec. Galis, Kab. Bangkalan.

SEKILAS SEJARAH

Madrasah Diniyyah Darul Ulum didirikan pada tahun 1972 oleh beberapa tokoh masyarakat Belateran Timur. Yang mana pada saat itu H. Rofi’i, yakni pengasuh MD. Darul Ulum sekarang ini sedang menuntut ilmu di Pp. Assirojiyyah. Pada awalnya madrasah ini hanya sebuah surau kecil yang diasuh oleh Muhammad Marsup dan dibantu para kerabatnya dalam metode belajar mengajar. Seiring berjalannya waktu karena minimnya tempat di surau kecil, sebab para santri kala itu berjumlah kurang lebih 300 santri, maka H. Hasan pun yang merupakan sesepuh dari Belateran Timur kala itu berinisiatif untuk membangun sebuah madrasah yang hanya bermaterial anyaman bambu. Demi adanya sebuah madrasah, kekompakan masyarakat Belateran Timur pada saat sangat membara, siang malam mereka terus bekerja.

Hingga jerih payah mereka pun menghasilkan sebuah madrasah yang terolah menjadi tiga kelas. Mengingat Muhammad Marsup sudah sepuh kala itu, yakni saat perpindahan belajar mengajar santri dari surau kecil ke bangunan madrasah, struktur kepengasuhan pun diganti H. Mas’ud. Sesudah mendapatkan izin Alm. KH. Bahar Yahya Jazuli dari Kmp. Dangpadang, Ds. Karpote akan adanya sebuah pendidikan di desa Belateran Timur, H. Mas’ud bingung akan penamaan madrasah tersebut, namun dari kebingungan H. Mas’ud, salah satu tokoh dari Dangpadang, KH. Abdulloh Sahal berinisiatif memberikan nama Darul Ulum pada madrasah itu. Uniknya penamaan MD. Darul Ulum ada kesamaan dengan penamaan madrasah Belateran Barat yakni Darut Tauhid dan yang memberi nama itu adalah KH. Abdulloh Sahal. Dari penamaan madrasah itulah, nama beliau selalu disebut saat ada perkumpulan di daerah Belateran. Selang beberapa tahun berdirinya madrasah, H. Mas’ud pun wafat dan struktur kepengasuhan diganti H. Rofi’i yang merupakan alumni PP. Assirojiyyah.

Menurut H. Rofi’i yang merupakan pengasuh kali ini, tidak ada satupun rintangan dalam pengelolaan madrasah pada saat ini. Sebab finansial yang dipakai untuk sehari-hari berasal dari uang syahriyyah santri setiap bulan, selain itu juga ada bantuan dari para simpatisan.

PENDIDIKAN

Memasuki halaman Madrasah yang begitu luas, terjejer batu batu kecil yang terhias rerumputan hijau, membuat suasana tenang apalagi Madrasah itu didampingi Masjid yang terletak di halaman bagian utara. Didataran tinggi ini para santri menimba ilmu selama tiga jam yaitu dari jam 01.00-04.00 WIS. Adapun kurikulum yang dipakai madrasah ini sama persis seperti madrasah-madrasah salaf pada umumnya, yakni berkutat pada penanaman akidah dan fikih, lebih tepatnya berdasar kurikulum PP. Assirojiyyah.

Sementara jenjang pendidikan MD. Darul Ulum ini terdapat tiga tingkatan, yakni tahdiri, ibtidaiyyah dan nidzomiyyah. Terdapat tujuh lokal kelas yang digunanakan oleh kurang lebih seratus lima puluh santri sebagai sarana belajar dan mengajar pada tahun ini, dan dalam kegiatan belajar mengajar beliau dibantu oleh delapan guru bantu, satu di antaranya adalah GT (guru tugas) dari PP. Assirojiyyah, dan sisanya merupakan alumni madrasah dan kerabat dekat beliau. Seperti lazimnya ustaz, guru tugas diberi amanah mengajar kitab saat kelas beroperasi, mengajar Al-Qur’an setelah salat Magrib, dan yang terpenting adalah menjaga waktu azan saat menjelang salat fardu. Harapan H. Rofi’i adalah semoga madrasah ini lebih maju, dan melalui madrasah ini para santri mengamalkan ilmunya yang sudah di dapatkan juga menjaga nama baik madrasah.