Di penghujung 2021, hilal meredupnya Covid-19 belum juga tampak. Yang tampak hanyalah kabar bahwa keberingasan Covid-19 telah merenggut 4 juta lebih korban di dunia. Di Indonesia sendiri (12/09/2021) angka terinfekasi Covid-19 sudah mencapai 4,16 juta, dan 138 ribu korban meninggal dunia.
Kendatipun, angka terinfeksi dan korban meninggal dunia sudah melandai, tetapi tidak ada satupun lembaga kesehatan yang bisa memprediksi kapan berakhirnya pandemi Covid-19, bahkan sekelas WHO pun. Hal ini menunjukkan bahwa tidak menutup kemungkinan akan terjadi gelombang Covid-19 ketiga, keempat dan yang kesekian, dan kita akan disuguhkan kembali dengan angka kematian.
Kedigdayaan Covid-19 telah membawa petaka bagi kehidupan sosial budaya dan ekonomi masyarakat Indonesia. Terlebih sejak diberlakukannya berbagai kebijakan, mulai dari social distancing yang kemudian diubah penamaannya menjadi phsyical distancing, PSBB hingga kita sampai pada kebijakan PPKM dengan skema level 1,2,3, dan 4 dan bisa jadi ke depannya akan ada kebijakan baru lagi dengan penamaan lain.
Pada prinsipnya, baik social distancing, PSBB hingga PPKM menginginkan masyarakat agar menjauhi kontak fisik antara satu orang dengan lainnya, selalu berdiam di rumah, menghindari kerumunan, selalu mencuci tangan, hingga selalu memakai masker.
Semua kegiatan beralih fungsi dari yang asalnya serba tatap muka, menjadi serba online (daring). Ibadah di di masjid untuk sementara dibatasi jumlah Jamaahnya, sebagian besar sekolah masih menjalankan aktivitas belajar mengajarnya menggunakan media online, pegawai kantor belum sepenuhnya bisa bekerja secara normal, dan para pedagang masih belum mengalami batasan waktu sebab kebijakan PPKM ber-level.
Sudah barang tentu, dampaknya sangat mengkhawatirkan. Di sektor pendidikan, sudah terjadi βLearning Lossβ bagi sebagian peserta didik, dan angka putus sekolahpun meningkat darastis. Dan di sektor ekonomi tak sedikit karyawan yang dirumahkan (bahasa halus dari PHK) dan terpaksa kehilangan pekerjaanya, serta banyak para pedagang yang terpaksa gulung tikar akibat berbagai kebijakan pembatasan.
Parahnya lagi, dampak dari Covid-19 ini dengan segala kebijakannya telah membuat kesenjangan antara yang miskin dan yang kaya semakin melebar. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah orang miskin semakin bertambah sejak pandemi. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2019 sebesar 6,56%, naik menjadi 7,38% pada Maret 2020. Untuk persentase penduduk miskin di daerah pedesaan pada September 2019 sebesar 12,60%, naik menjadi 12,82% pada Maret 2020, penyebab utamanya adalah adanya pembatasan aktivitas masyarakat oleh pemerintah.
Butuh Inovasi, Kolaborasi dan Solidaritas Kemanusiaan
Dalam kondisi uncertainty seperti ini, inovasi, kolaborasi, dan solidaritas kemanusiaan sangat dibutuhkan. Semua sektor harus mendapatkan sentuhan inovasi dengan bantuan persenjataan teknologi yang termutakhir. Making Indonesia 4.0 adalah peta jalan Indonesia yang sangat linier dengan apa yang harus dilakukan.
Inovasi dan digitalisasi produk dengan memanfaatkan platform markate place merupakan langkah harus dilakukan oleh para pekerja UMKM. Hal ini mengingat UMKM menjadi salah satu sektor penentu terhadap pemulihan ekonomi Indonesia di tahun 2021 dengan tingkat penyerapan tenaga kerjanya mencapai 97 persen, apalagi sektor ini telah mendapatkan alokasi dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) Rp 123,46 triliun dan berbagai program lintas stakeholders.
Kerja-kerja berbasis inovasi juga harus dilakukan di sektor pendidikan. Para guru harus mempersiapkan pembelajaran inovatif-kretaif kepada siswanya, mulai dari metode mengajarnya, tugas yang diberikan, dan materi yang disampaikannya. Sehingga pembelajaran daring (PJJ) yang mungkin tetap berjalan hingga akhir 2021 tidak membosankan dan membuat siswa semangat mengikuti rangkaian pembelajaran.
Selain inovasi, kolaborasi juga menjadi satu hal yang penting untuk kita lakukan. Kerjasama yang baik antara semua pemangku kebijakan dan seluruh masyarakat Indonesia dalam menyambut kebangkitan Indonesia 2021 dengan selamat dari pandemi. Pemulihan ini tidak hanya tugas pemerintah ansich, akan tetapi tugas semua lapisan masyarakat Indonesia, paling tidak membantu pemerintah dalam hal mengikuti peratauran protokol kesehatan serta meyakinkan satu sama lain tentang pentingnya vaksinisasi.
Dan yang terakhir dan masih harus kita galakkan adalah solidaritas kemanusiaan. Kompleksitas persamalahan pandemi ini rasa-rasanya tak cukup hanya mengandalkan BLT, dan insentif dari pemerintah. Sudah saatnya para dermawan di luar koordinasi pemerintah termasuk partai politik, organisasi civil society ikut menjadi bagian penyelamat perut warga di tengah segala keterbatasan ini tanpa harus memandang ras, agama, suku, dan segala perbedaan.
Solidaritas kemanusiaan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat terus bergulir, paling tidak solidaritas ini menjadi vaksin sementara sembari menunggu ketercapaian vaksinasi 70% dari masyarakat Indonesia (Herd Immunity).
Akhiran. Dengan modal vaksinisasi, inovasi, kolaborasi, dan solidaritas kemanusiaan antar-sesama anak bangsa akan menjadi domain utama kebangkitan Indonesia 2021 dengan mampu melewati ujian Covid-19 ini dengan selamat.