Hawari yang Bergelimang Harta

Spread the love
Hawari

Oleh : Reyhan

“Setiap nabi mempunyai pembela (hawari), dan pembelaku adalah Zubair bin Awwam.” Demikian bentuk kecintaan dan kebanggan Rasululloh SAW terhadap Zubair bin Awwam. Ia adalah seorang saudagar kaya raya dan juga handal dalam medan perang. Zubair lahir 28 tahun sebelum hijrah dengan nama Zubair bin Awwam bin Khuwailid bin As’ad bin Abdil Uzza bin Qushai bin Kilab. Selain bergelar hawarinya Rosululloh SAW, ia juga termasuk dari as-Sabiqun al-Awwalun yaitu salah seorang dari 10 pemula Islam. Selain itu, ia juga termasuk dari 10 orang ahli surga, walaupun mereka belum wafat dan salah satu dari 6 orang ahli musyawaroh pemilihan kholifah sepeninggal Kholifah Umar bin Khattab.

Melalui Abu Bakar as-Siddiq, Zubair dapat memeluk agama Islam di Mekah dalam usia muda tepatnya di usia 15 tahun. Karena ia berasal dari Suku Quraisy terpandang, tentu keislamannya mengundang kemarahan orang-orang Kafir Quraisy, terutama pamannya sendiri Naufal bin Khuwailid. Sehingga sang paman menyekap Zubair di dalam tikar lalu dibakar agar ia kembali ke agama nenek moyangnya. “Lepaskan dirimu dari Tuhan Muhammad, maka akan aku lepaskan dirimu dari api ini.’’ Namun Zubair membantah seraya berkata, “Tidak, demi Alloh aku tidak akan kembali kepada kekufuran untuk selama-lamanya.”

Pembelaan terhadap Nabi

Suatu saat, terdengar isu bahwa Rosululloh SAW wafat, seketika itu Zubair mengambil pedangnya, menunggangi kuda menuju jalanan Mekah memecah barisan manusia mencari kepastian dari isu tersebut. Pada akhirnya, ia bertemu Rosululloh SAW di utara Mekah. Spontan, Rosululloh SAW  menanyakan apa yang ia perbuat. Zubair menjawab, “Aku mendengar engkau dibunuh, maka aku akan membunuh orang yang membunuhmu wahai Rosullulloh”.

 Zubair merupakan salah seorang pejuang hebat, seorang pekuda masyhur. Konon, keahliannya dalam menunggangi kuda dapat menandingi keahlian sahabat Kholid bin Walid. Mereka berdua dapat menunggangi kuda dengan keadaan kedua tangan menggenggam pedang, sedangkan kuda diambil alih dengan kedua kakinya. Semua perang yang diikuti Rosululloh pasti ia hadiri. Betapa banyak marabahaya yang mengancam Rosululloh, namun dapat disingkirkan oleh Zubair dengan tebasan pedangnya.

Salah seorang sahabat pernah bercerita tentang Zubair, “Saya pernah bersama Zubair bin Awwam di suatu hari dan saya melihat banyak sekali bekas luka di tubuhnya, saya pun berkata padanya, “Demi Alloh, saya tidak pernah melihat tubuh seseorang seperti tubuhmu wahai putra Shafiyyah.” Dia pun berkata, “Demi dzat yang mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai Rosulnya, tidak ada satu lukapun di tubuh ini kecuali demi membela Rosululloh SAW  dan berjihad di jalan Alloh SWT.”

Perempuan bisa apa?
Perempuan bisa apa?

Pembelaan terhadap Nabi

Zubair bin Awwam mempunyai empat istri dan beberapa orang anak. Demi menghidupi anak istrinya, ia berikhtiar dengan memulai bisnis kecil-kecilan dengan cara berdagang sehingga pada akhirnya ia memperoleh kekayaan yang melimpah. Seperti beberapa aset tak bergerak (tanah), 50 dinar atau setara dengan 60 miliar, 1.000 ekor kuda perang dan 1.000 budak yang kemudian ia merdekakan. Seiring berjalannya waktu, kekayaannya semakin melimpah ruah. Bahkan ketika ia wafat, nilai kekayaannya dapat  mencapai 3 triliun lebih. Namun, Zubair sangatlah paham dan sadar diri, bahwa semua ini hanyalah titipin dari Alloh SWT. Maka demikian, harta kekayaannya tetap ia infakkan untuk memperjuangkan Islam.

Tutup Usia

Bertepatan Hari Kamis Rabiul Awwal tahun 36 Hijriah. Setelah Zubair bin Awwam berlepas tangan dari medan perang al-Jamal, seorang berasal dari golongan Tamim bernama Amr bin Jurmuz terus-menerus mengintainya sehingga ia lengah yaitu ketika ia menunaikan sholat. Seketika itu ia membunuh Zubair dengan menusuknya dari belakang.

Kabar wafatnya Zubair pun mengundang duka para sahabat, terutama Kholifah Ali bin Abi Thalib. Beliau berkata, “Sungguh, telah disediakan api neraka untukmu wahai pembunuh putra Shafiyyah.” Saat pedang Zubair bin Awwam dibawakan ke hadapan kholifah Ali RA, beliau pun mencium pedang tersebut sambil berurain air mata lalu berucap, “Demi dzat yang kehidupanku berada di dalam genggamannya, pedang inilah yang membuat pemiliknya mulia dan dekat dengan Rasululloh SAW (sebagai hawari).”

 Setelah jasad Zubair dikebumikan, Kholifah Ali RA mengucapkan kata perpisahan kepadanya, “Sungguh, aku berharap kelak Aku, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam dan Utsman bin Affan termasuk golongan orang-orang yang difirmankan Alloh SWT”. Beberapa saat kemudian, Kholifah Ali RA menatap makam Thalhah dan Zubair sambil mengatakan, “Sungguh kedua telingaku ini mendengar Rosululoh SAW bersabda, “Thalhah dan Zubair berjalan di surga.”