JERAT KEMEWAHAN: ANTARA KESENANGAN SEMU DAN KEHANCURAN HAKIKI

Spread the love

Sumber foto: Pinterest

Setiap orang pada dasarnya tertarik pada kesenangan dan kemewahan, baik kesenangan lahir ataupun batin. Dasar kecenderungan itu bisa berkembang sedemikian rupa, bisa mengarah pada yang baik dan juga bisa mencampakkannya dalam kehinaan dan kehancuran. Sering kita jumpai orang-orang yang hidup dengan ketenangan dan kebahagiaan pada saat mereka berada dalam kesederhanaan.

Tapi pada saat orang itu dikaruniai rezeki yang berlimpah dan kemewahan yang sangat, ia tenggelam dalam kehidupan yang resah dan mengarah pada kehancuran. Ia sendiri kehilangan keseimbangan dalam mengatur kehidupan, keluarganya berantakan dan anak-anaknya tidak berhasil dididik secara baik.

Maka dari itu, Rasululloh SAW sangat mengkhawatiri umatnya tenggelam, binasa dalam kemewahan duniawai, dikarenakan sikap tamak dan rakus. Mereka mengeksploitasi alam dengan segala isinya untuk memperkaya diri, mengejar kemewahan dan kelezatan dunia.

Sahabat Amru berkata bahwa Nabi SAW mengutus Abu Ubaidah ke Bahrain. Sekembalinya, ia membawa harta benda yang banyak pulang ke Madinah. Para sahabat gembira atas kabar itu. Pada waktu Subuh mereka berdatangan ke Masjid salat berjamaah dengan Nabi. Jamaah Subuh waktu itu nampak lebih banyak dari biasanya. Setelah selesai salat mereka menghadap pada Rasululloh.

Beliau pun tersenyum melihat jamaah yang begitu banyak dan tidak seperti biasanya. Sambil bercanda, Nabi bertanya pada mereka: “Aku menduga kalian semua telah mendengar kedatangan Abu Ubaidah dengan membawa harta yang banyak. “Secara terus terang para sahabat menjawab: “Benar wahai Rasululloh”. Nabi bersabda: “Terimalah khabar baik dan bersikap optimislah untuk mencapai segala harapanmu”. (HR Muslim).

Masih dalam rangkaian hadis itu Rasululloh SAW selanjutnya bersabda: “Demi Alloh, sesungguhnya bukanlah kemiskinan yang aku khawatirkan atas kamu tetapi aku khawatir kalau terhampar luas rezeki di dunia ini sebagaimaan telah dilimpahkan rezeki kepada bangsa-bangsa sebelummu, kemudian kamu berlomba-lomba memperebutkan kemewahan dunia itu sebagaimana mereka berlomba. Maka binasalah kamu seperti umat-umat sebelummu mengalami kehancuran”. (HR. Muslim, No: 2961).

Maksud dari kehancuran suatu umat karena tenggelam dalam sikap rakus dan tamak terhadap kemewahan duniawi, bisa dipahami dalam berbagai versi. Mereka bisa hancur oleh peperangan yang terjadi diantara mereka sendiri karena memperebutkan kemewahan itu. Bisa juga mereka terbuai oleh kemewahan dan kelezatan dunia sehingga mengabaikan tugasnya sebagai khalifah Alloh. Bisa juga mereka mengkhianati amanah suci yang dibebankan pada mereka karena sikap tamak dan rakus, sehingga mereka binasa.

Oleh: Suheri Mkd