Oleh: Abd. Lathif Fauzi
Hidup ini memang edan, begitu kata pepatah dan nasehat orang-orang terdahulu. Bagaimana tidak, coba kita perhatikan di sekitar kita, betapa banyak gadis remaja mengupload foto maupun video dirinya di berbagai media sosial dengan rasa bangga karena kecantikan wajah yang dimilikinya. Ada lagi, banyak perempuan tengah baya sibuk mempercantik bagian tubuh yang sudah mengkerut dan lupa akan kearifan yang seharusnya diraih. Ada pula yang murung karena merasa fisiknya tidak cantik yang mengakibatkan serangan mental berkelanjutan. Fenomena apakah ini? Mereka terlalu mengelu-elukan soal kecantikan namun lupa arti dari kata cantik itu sendiri. Lalu bagaimana kita harus menyikapi fenomena demikian yang notabene sudah melekat di masyarakat.
Hal yang paling krusial yang harus dilakukan ialah taghyirur ra’yi (merubah cara pandang) tentang arti kecantikan itu sendiri. Karena ketika berbicara soal kata cantik pasti setiap orang akan mengartikan bahwa cantik adalah mempunyai lekuk wajah serta tubuh yang indah disertai kulit bersih tanpa noda akibat bekas luka atau pun lainnya, terlebih mereka dihiasi oleh perhiasan yang menambahkan keanggunannya. Padahal dalam islam sudah dijelaskan bahwa definisi cantik yang hakiki ialah mereka yang mempunyai etika dan akhlak yang baik dan juga taat beribadah kepada Alloh SWT, sebagaimana dijelaskan dalam kitab Akhlaqul Lil Banin karangan Umar bin Ahmad Baraja “Tidak dikatakan cantik seseorang dikarenakan memakai perhiasan, tetapi cantiknya seseorang disebabkan mempunyai ilmu dan adab.”
Berangkat dari pemaparan di atas tentunya kita sudah memiliki pandangan bahwa cantik itu tidak harus selamanya tentang indahnya lekuk tubuh atau semacamnya, melainkan kecantikan yang bersifat ruhaniyyah (kejiwaan) yang ada pada diri perempuan, atau lebih gampangnya disebut perempuan salihah. Rasululloh SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya Alloh SWT tidak melihat fisik kalian dan rupa kalian, tetapi Alloh SWT melihat hati kalian.” (H.R. Muslim) Olek karena itulah, Islam memandang puncak kecantikan perempuan berbanding lurus dengan tingkat ketundukan dan kepasrahannya kepada Alloh SWT. Ini karena kecantikan hakiki dan ideal adalah kecantikan yang bersumber pada dimensi ruhaniyyah (hati). Bahkan, hati inilah yang akan menjadi penentu keselamatan seorang hamba ketika menghadap Alloh SWT kelak.
Jadi kecantikan dalam Al-Qur’an dan Islam bukan dilihat pada kecantikan fisik dan rupa semata tapi lebih pada kecantikan sifat, tabiat, kebaikan hati dan akhlak seorang perempuan serta ketaatannya terhadap perintah Alloh SWT. Dan kecantikan ini bisa menjadikan seorang perempuan mendapatkan predikat sebagai perempuan salihah. Sebagaimana dikatakan dalam Al-Qur’an bahwa Alloh SWT berfirman, “Perempuan-perempuan salihah adalah mereka yang taat (kepada Alloh SWT) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada karena Alloh SWT telah menjaga (mereka).” (QS. An-Nisa : 34)
Perempuan tidak perlu takut dikatakan tidak cantik, karena setiap perempuan itu cantik dan indah apabila mempunyai akhlak dan etika yang indah pula, Hal ini telah digambarkan oleh Rasululloh SAW mengenai ciri-ciri perempuan yang memiliki kecantikan secara ruhaniyyah, Rasululloh SAW bersabda, “Sebaik-baik perempuan ialah perempuan yang apabila engkau melihatnya ia menyenangkan hatimu, dan apabila engkau menyuruhnya ia mengikuti perintahmu, dan apabila engkau tidak berada di sampingnya ia memelihara hartamu dan menjaga dirinya.” (Riwayat Ibnu Jarir dan al-Baihaqi dari Abu Hurairah). Lantas buat apa rupa dan fisik cantik tapi hati dan sifatnya berbanding balik, karena kecantikan fisik dan rupa akan hilang seiring waktu dan usia berlalu terkecuali bagi yang ingin mendapatkan surga-Nya mungkin kecantikannya akan bertahan.
Adapun keistimewaan perempuan yang memiliki kecantikan ruhaniyyah (perempuan salihah) sangat luar biasa. Diantaranya ialah mereka bisa mengalahkan keistimewaan yang dimiliki bidadari. Sebagaimana kita ketahui bahwa bidadari merupakan makhluk Alloh SWT yang memiliki karakter ideal dalam dirinya, seperti suara yang merdu, berwajah ceria, berhati lapang, berakhlak baik, serta tidak pernah ketus, bawel, apalagi berkata kasar. Semua keistimewaan bidadari surga ini menjadikan mereka sebagai perempuan idaman dan dambaan.
Hal ini digambarkan dalam hadis riwayat At-Turmidzi“Dari Sayyidina Ali RA, Rasululloh SAW bersabda, “Di surga terdapat perkumpulan para bidadari. Mereka menyeru dengan suara yang (keindahannya) belum pernah didengar semesta makhluk, Kami kekal. Selamanya takkan binasa. Kami senantiasa bahagia. Selamanya takkan bersedih. Kami selalu lapang hati. Kami takkan pernah murka. Berbahagialah laki-laki yang mendapatkan kami dan kami mendapatkannya.” (HR At-Tirmidzi).
Meski demikian, bidadari surga dengan segudang keistimewaan mereka tidak lebih utama dibandingkan perempuan salihah yang berasal dari dunia. Bidadari surga tidak sempat mengalami pengalaman spiritual dan praktik ritual ibadah seperti perempuan salihah di dunia. Hal ini tampak dalam riwayat Sayidatina Aisyah RA yang tertulis dalam kitab Muhktashar Tadzkiratul Qurthubi. “Sayidatina Aisyah RA mengatakan, jika para bidadari itu mengatakan demikian, maka perempuan beriman yang berasal dari dunia akan menjawab, Kami melakukan salat. Kalian tidak. Kami berpuasa. Kalian tidak. Kami berwudu. Kalian tidak. Kami bersedekah. Kalian tidak. Sayidatina Aisyah mengatakan, “(keutamaan) mereka kemudian mengalahkan para bidadari itu. Demi Alloh.”
Ibadah baik lahir maupun batin membuat perempuan dunia istimewa dan utama. Keistimewaan dan kelebihan perempuan salihah membuat mereka lebih cantik dan elok dibandingkan kecantikan bidadari surga yang selama ini dibayangkan tak tertandingkan, sebagaimana keterangan hadis “Dalam hadis disebutkan, Rasululloh SAW bersabda, “Perempuan berjenis manusia asal dunia lebih utama daripada para bidadari surga 70.000 kali lipat,” (As-Sya’rani, Muhktashar Tadzkiratul Qurthubi: 102).
Perempuan salihah jelas memiliki derajat yang sangat tinggi di sisi Alloh. Kelebihan dan keutamaan mereka berbanding 70.000 kali lipat daripada bidadari surga. Semua keistimewaan itu didapat perempuan salihah melalui ibadah dengan segala jenisnya (wajib, sunah, individual, dan sosial) kepada Alloh selama hidup di dunia. Alhasil untuk apa perempuan berkecil hati karena dikatakan buruk rupa oleh temannya, karena pada hakikatnya perempuan memiliki kecantikan yang luar biasa bagi mereka yang memahaminya. Bahkan dalam suatu riwayat dikatakan bahwa bidadari cemburu pada perempuan salihah dikarenakan bisa beribadah kepada Alloh SWT serta taat terhadap apa yang diperintah-Nya. Jika sekelas bidadari saja cemburu lantas apa yang harus dikecilhatikan ketika dikucilkan.
Maka dari itu sepantasnya bagi seorang perempuan haruslah pandai dalam merawat kecantikan dirinya, baik kecantikan secara fisik maupun ruhaniyyah. Sebab salah satu jalan menuju rida Alloh SWT adalah dengan menjaga keduanya. Jadikanlah kecantikan itu berfaedah bagi dirimu, dan berhati-hatilah terhadap kecantikan yang Alloh SWT titipkan, karena bisa jadi kecantikan itu akan membinasakanmu.