Oleh : Khoirul Alam Akbar
Dari segi psikologi, malas sejatinya merupakan sejenis penyakit mental. Siapa pun yang dihinggapi rasa malas akan kacau kinerjanya dan akan menyababkan kerugian. Sukses dalam belajar, karir, bisnis, dan kehidupan, umumnya tidak pernah datang pada orang yang malas. Rasa malas juga menggambarkan hilangnya motivasi seseorang untuk melakukan pekerjaan atau apa yang sesungguhnya dia inginkan.
Pendapat lain menyebutkan bahwa malas juga merupakan salah satu bentuk perilaku negatif yang merugikan. Pasalnya pengaruh malas ini cukup besar terhadap produktivitas. Seseorang seringkali tidak produktif bahkan mengalami stag. Badam terasa lesu, semangat dan gairah menurun, ide pun tak mengalir. Akibatnya tidak ada kekuatan apapun yang membuatnya bisa bekerja.
Walaupun demikian, malas merupakan perilaku yang bisa dibetuk kembali menjadi baik yakni tidak malas. Pembentukan kembali perilaku seseorang sebetulnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, orang tua, teman, atau orang lain di sekitarny. Berikut ini adalah upaya yang bisa dilakukan untuk menghilangkan rasa malas, antara lain :
1.Miliki cita-cita hidup
Pertama untuk menghilangkan malas adalah dengan cara memiliki cita-cita hidup. Semua orang tentu memiliki cita-cita yang berbeda, ada yang ingin jadi guru, da’i, qori’, pengusaha, pejabat, dokter dan lain sebagainya. Oleh karenanya, pilihlah cita-cita itu sesuai yang diinginkan. Setelah itu, niatkan dengan sungguh-sunguh dalam hati, karena suatu perbuatan itu sangatkah bergantung pada niatnya. Jika niatnya kuat maka berdampak pada usaha yang kuat pula namun jika niatnya lemah, usahanyapun juga lemah. “Sesungguhnya segala perbuatan bergantung pada niatmnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang akan memperoleh apa yang diniati“. ( HR. Bukhari dan Muslim )
2.Pahami konsep waktu
Tidak banyak orang yang peduli akan pentingnya waktu. Secara konseptual, waktu hanya ada tiga yaitu waktu kemarin (yang telah lewat), sekarang (yang sedan dijalani) dan esok hari (yang akan datang). Kebanyakan orang merasa malas, karena mereka pikir bahwa hari esok masih ada kesempetan hidup, padahal tidak ada jaminan bahwa seseorang bisa hidup dalam satu jam ke depan. Dan hal inipun sudah dijelaskan oleh Nabi, ‘Jika kamu berada di sore hari jangan tunggu pagi hari dan jika kamu berada di pagi hari jangan tunggu sore hari, gunakanlah waktu sehatmu untuk (persiapan saat) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematiannmu.’ (HR. Imam Bukhari), dan hadist lain,”Gunakanlah waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, waktu luangmu sebelum datang waktu sempitmu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, waktu kayamu sebelum datang waktu miskinmu dan waktu hidupmu sebelum datang waktu matimu”. (HR. Ahmad, an nasa’I dan al Baihaqi) Oleh karenanya tidak alasan untuk malas. Karena waktu hanya menawarkan kesempatan bukan menjanjikan kesuksesan.
3. Berdoa
Sebagai orang mukmin tidak cukup kiranya mengatasi masalah hanya dengan usaha. Usaha merupakan ikhtiar untuk mendayagunakan nikmat Alloh, sementara do’a merupakan wujud kelemahan manusia dalam mengatasi masalah. Menurut Ibnu Qayyim dalam karya beliau al-jawab al-kafi ali man sa’ala al-dawa al-shafi, menjelaskan bahwa obat pertama dan kedua untuk mengobat jiwa mukmin ialah berdo’a dan bersungguh-sungguh dalam berdo’a. Do’a adalah obat paling mujarab dan bermanfaaat untuk mengobati semua bentuk ujian dan penyakit, termasuk juga penyakit malas. Nabi Muhammad SAW sendiri juga berdo’a memohon perlindungan kepada Alloh dari sifat malas. Dan inilah do’a beliau “Ya Alloh ya tuhan kami, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu daripada keluh kesah dan dukacita, aku berlindung kepada-Mu dari lemah kemauan dan malas, aku berlindung kepada-Mu daripada sifat pengecut dan kikir, aku berlindung kepada-Mu daripada tekanan hutang dan kezaliman manusia.” (HR Abu Dawud).
Dengan demikian, sifat malas bisa menghinggapi siapa saja. Akan tetapi ada upaya yang bisa dilakukan agar terhindar dari sifat tersebut melalui cara-cara di atas. Semoga kita diselamatkan oleh Alloh SWT dari sifat tersebut.