“Ketika berperilaku baik dikatakan sok agamis,sebaliknya di saat menyesuaikan diri dengan kondisi ke-kini-an meskipun menyimpang dikatakan trendy dan gaul,itulah standar ukur yang menyesatkan”
Sebuah kalimat yang mewakili suatu keadaan yang tidak mudah mempertahankan prinsip hidup untuk terus berpijak kepada ajaran agama di tengah situasi dan kondisi derasnya perubahan sikap dan perilaku yang terjadi secara drastis terutama di kalangan generasi muda.Menurut alvin tofler seorang pakar futurist bahwa perubahan itu terjadi karena dampak dari kemajuan technologi informasi dan komunikasi yang hampir merambah semua masyarakat dunia.Mudah mengakses dan mencontoh apa yang di dengar dan dilihat tanpa pertimbangan panjang.
Apa yang terjadi di belahan dunia bagian barat akan mudah dan cepat diadopsi oleh masyarakat dunia belahan timur hampir tanpa seleksi dan tidak memandang dari sudut agama,etnis dan budaya.Arus informasi dan globalisasi yang sangat cepat mempunyai dampak yang sangat luas dan yang paling dominan itulah yang akan menguasai dan yang paling berpengaruh.Contoh nyata seperti gangnam style,selfie style,trend mode,hair style yang merambah hampir seluruh dunia,di samping bentuk sikap anarkis dan kriminal yang terjadi dibeberapa negara dengan mudah terpengaruh dan ditiru.Tak ketinggalan pula gerakan keagamaan dan munculnya sekte-sekte agama.
Di tengah situasi dan kondisi yang tidak bersahabat itulah harus berpikir kembali dan menyikapinya tentang prinsip hidup yang mesti di jalankan dengan segala risiko:di anggap kolot,ketinggalan jaman,dan siap menghadapi tantangan dan tidak peduli dengan apa yang dikatakan orang lain tentang dirinya.
Sebaliknya,ketika tidak tahan dengan penilaian tersebut maka akan merubah sikapnya agar sepadan denga situasi dan kondisi sehingga muncullah sebuah penilaian:sebagai orang visioner,gaul,trendy,mampu menyesuaikan dengan jaman bahkan terkadang berani berlawanan dengan ajaran agama demi mempertahankan image atau citra diri yang menyesatkan tanpa di sadari.
Berani mengambil resiko terberat dengan menomorduakan kepentingan agama dan mendahulukan kepentingan sesaat dan menjerumuskan.Pertimbangannya adalah menyesuaikan dengan keadaan sehingga berakibat terperangkap dalam kesesatan jangka panjang.
Muncullah suatu pandangan bahwa tergerusnya akidah dianggap berdampak ringan dibandingkan harus berlawanan dengan kondisi lingkungannya yang menyimpang.Padahal rusaknya akidah mempunyai akibat yang fatal dalam keyakinan,amaliyah dan kehidupan keberagamaan.
Haruslah diakui dalam situasi yang tidak menguntungkan,ketika berada dalam kondisi yang tidak mudah untuk mengambil sikap dengan pilihan yang benar dan tepat.Namun demikian tantangan yang akan dihadapi adalah apabila berpegang pada pilihan yang tepat terasa berat,sementara yang perbuatan yang menyimpang terkadang lebih leluasa dan mempunyai banyak pendukungnya.
Satu contoh saat ini kita dihadapkan suatu sikap untuk melakukan atau tidak; ucapan selamat natal dan tahun baru masehi kepada saudara kita yang beragama nasrani dimana persoalan ini selalu di munculkan setiap tahun.Tahun baru Masehi dirayakan sangat meriah hampir semua negara belahan dunia tanpa membedakan latar belakang agama meskipun sejarah kalender masehi diawali oleh non muslim sedangkan tahun baru Hijriyah atau kalender islam tanpa ada perayaan yang berarti bahkan terlupakan.
Ucapan selamat natal selalu menjadi perdepatan tahunan meskipun dipahami bahwa kegiatan tersebut kegiatan ritual agama nasrani hanya dengan alasan toleransi pertemanan atau toleransi antara umat beragama sehingga mengartikan toleransi berlebihan sampai nasuk ke wilayah ritual agama lain.Oleh karea,itu hukum haram ucapan selamat natal bagi orang islam serringkali diabaikan dan selalu diperdebatkan.Bahkan ayat Al-Qur’an pun tak lagi diindahkan; lakum dinukum qa liyadiin,Bagimu agamamu bagiku agamaku.”( QS.109;6)
Kalau sikap umat islam larut dalam fenomena demikian maka akan tiba saatnya “Al Islamu badaa ghoriiba fa saya’uudu ghoriiba kamaa badaa ” Kedatangan islam berawal asing maka suatu saat akan kembali asing kembali asing seperti sediakala“.Pada saat itulah islam tinggal nama karena orang islam meninggalkan ajaran islam dan alqur’an sebagai kitab suci hanya tinggal tulisan,karena orang islam tidak lagi berpegangan kepada al-qur’an.
Ibarat bara api jika dibiarkan akan mati dengan sendirinya,namun ketika dipegang akan terasa panas dan membakar dirinya ,itulah gambaran ketika ajaran islam tak lagi di amalkan maka pada saatnya islam hanya tinggal nama dan ketika diamalkan akan banyak tantangan yang akan dihadapi.Hal ini harus menjadi pemikiran kita bersama dengan prinsip bahwa pendekatan prinsip agama menjadi sumber solusi yang dapat menyelesaikan segala persoalan dalam hidup, sebagaimana sebuah hadis;” ya Rosulalloh qul lii fil islam qaulan la as’alu ‘anhu ahadan ghairoka qola qul amantu billaahi tsummastaqim”wahai Rosululloh katakanah kepadaku tentang islam yang aku tidak menanyakan kepada seseorang selain padamu,maka bersabdalah beliau; katakanlah; aku beriman kepada Alloh lalu istiqomahlah kamu.(HR.Muslim)
dikutip dari buku “kembalilah” karya Drs.KH.Sholahur Robbani S.E.,M.M