Sumber foto: Pinterst
Sultan Mehmed II (Muhammad II), lahir pada tanggal 30 Maret 1432 M di Edirne, Turki, merupakan Sultan Utsmaniyah ketujuh dalam silsilah keturunan keluarga Utsmaniyah. Mehmed digelari Al-Fatih dan Abu Al-Khairat. Dia memerintah selama tiga puluh tahun, yang diwarnai dengan kebaikan dan kemuliaan bagi kaum muslimin. Dia memangku Kesultanan Utsmaniyah setelah ayahnya wafat pada tanggal 16 Muharam 855 H, bertepatan dengan tanggal 18 Februari 1451 M. Waktu itu, umurnya baru menjelang 22 tahun.
Sultan Mehmed sendiri memiliki kepribadian yang komplet, sebuah pribadi yang menggabungkan antara kekuatan dan keadilan. Saat mudanya, dia telah banyak mengungguli teman-teman seangkatannya dalam menyerap dan menangkap ilmu pengetahuan. Dia memiliki pengetahuan yang luas, serta penguasaan medan dan strategi perang.
Maka, tak aneh bila di kemudian hari dia menjadi sosok yang demikian terkenal dalam sejarah berkat keberhasilan menaklukkan kota Konstantinopel dan dijuluki sebagai Al-Fatih. Dia menempuh kebajikan yang diwarisi ayah dan kakek-kakeknya dalam hal ekspansi Islam.
Setelah menjadi sultan, dia juga berkonsentrasi untuk meningkatkan kepiawaian pasukannya, serta merestrukturisasi tentara dengan cara melakukan pengabsenan khusus pada pasukan. Dia juga memberikan tambahan gaji pada mereka dan melengkapi dengan persenjataan yang terbaik di zamannya. Setelah itu, sebagian di antara mereka ada yang tetap dikukuhkan pada posisinya dengan diberi banyak pengalaman militer yang baik, yang telah banyak membantu menjadikan negara berada dalam keadaan stabil dan maju.
Tatkala dirasa konsolidasi internal tercapai, Mehmed Al-Fatih mulai melirik wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaan Kristen di Eropa, dengan tujuan untuk melakukan ekspansi kekuasaannya dan menyebarkan Islam di sana. Di antaranya adalah lemahnya Kekaisaran Bizantium akibat adanya konflik dengan negara-negara Eropa yang lain. Demikian pula akibat adanya konflik internal yang merambah hampir ke seluruh wilayah yang ada di Eropa. Sultan Mehmed tidak hanya mencukupkan diri dengan dua kelemahan tersebut, namun dia berpikir dan berusaha serius agar berhasil meraih kemenangan dan menaklukkan Konstantinopel.
Sultan meninggal tanggal 4 Rabiul Awal 886 H / 3 Mei 1481 M. Saat berada di tengah-tengah pasukan besarnya, beliau meninggal pada usia 53 tahun setelah berkuasa selama tiga puluh tahun lebih.
Oleh: Sultan KPA