Oleh: KH. M. Itqon Bushiri (Ketua Tanfidziyyah PCNU Sampang)
Gubrak…… Seorang pengendara menghantam kaki lima. Debat kusir di jalan raya. Mereka berdebat si gadis tertawa, roda penyok gerobak reyot. Akibat sepeda oleng tidak terasa melihat gadis paras cantik menggoda. Nasib sial tak mengapa, lecet di kaki menyimpan rasa. Gumam kecil si anak desa “dia pantas jadi istriku” tapi apakah gadis itu mau?.
Maha suci Alloh yang menciptakan manusia bernama perempuan. Remuk hati perjaka tatkala jatuh cinta. Makan tak enak, tidur tak nyenyak. Dapat jawaban ditolak. Langit terasa runtuh, bumi bergetar. Air mata mengalir deras. “Kutipan dari imajinasi si anak jomblo”.
Dunia ini memiliki perhiasan yang mengagumkan. Namun perhiasan terbaik adalah istri shalihah. Dalam hadis dari Ibnu Umar Kanjeng Nabi bersabda, “Di dunia ini terdapat perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah istri shalihah.” (HR. Imam Muslim 1467).
Mencari istri shalihah di dunia tidak semudah mata memandang. Bahkan Rosululloh menganalogikan seperti orang mencari burung gagak putih. Hampir tidak akan pernah ditemukan yang berwarna putih. Tetapi apakah kemudian diam atau menunggu sampai memutih rambut perjaka, tentu tidak. Jangan bingung di persimpangan, Rosululloh menganjurkan menikah di sisi lain tidak akan pernah menemukan istri shalihah. Shalihah bukan sejak dilahirkan, tetapi shalihah siapa yang menyayanginya. Dari orang tua, dan dari suami yang baik.
Kasih sayang yang cukup sekalipun tidak menjamin menjadi istri shalihah, tetapi usaha dan upaya harus dilakukan. Dalam firman Alloh surat at-Taghabun ayat 14: “Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), maka sesungguhnya Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At-Taghabun: 14).
Semua akan menjadi baik di tangan orang baik.
DR. Ali Jum’ah Mufti Mesir menegaskan bahwa: pengasuh anak zina mengambil pahalanya dengan sempurna sebagaimana pengasuh anak yatim. Dan tidak terdapat perbedaan antara kedua anak, hanya saja anak yatim diketahui nasabnya berbeda dengan anak zina yang tidak diketahui orang tuanya.
Dan beliau menambahkan: bahwa perlindungan Islam terhadap anak zina berlandaskan pada kaedah: ”Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.” (QS. Az-Zumar: 7). Anak yang dilahirkan dari perbuatan zina, ia tidak melakukan tindakan kriminal yang harus mendapatkan hukuman dengan ketidak acuhan sosial kepadanya dan tidak mendapatkan perhatian. Dan jika kaum muslimin berlaku baik terhadap masalah ini dengan pemahaman keislaman, maka tidak akan didapati masalah anak-anak jalanan yang mengancam ketentraman kita, hal ini sebagai penerapan kaedah: “Mencegah kerusakan lebih didahulukan daripada menghadirkan kemanfaatan.” Begitu dikutip oleh harian “Al-Jumhuriyah” Mesir.
Vonis sosial yang memarjinalkan status seorang anak zina yang tidak minta untuk dilahirkan. Tidak bisa memutuskan rantai kejadian yang selalu ada dan menghantui kita. Perhatian kepada istri dan anak gadis sangat ekstra. Kebutuhan, dan keinginan adalah pemuasan lahiriyah. Sedangkan pemuasan batiniyah adalah perhatian, akhlak dan pendidikan agama. Memenuhi kebutuhan batin merupakan kewajiban.
Pembagian tingkatan dari kewajiban, kebutuhan, dan keinginan sebagai landasan untuk memenuhi hajat hidup seseorang. Pertama, kewajiban. Kewajiban adalah kelengkapan prinsip yang harus dimiliki oleh setiap muslimah. Pendidikan akhlak dalam keluarga, akhlak di sekolah, dan akhlak di masyarakat. Kedua, kebutuhan untuk perempuan adalah pendidikan agama, pendidikan ilmu pengetahuan. Ketiga, keinginan melengkapi hajat hidup seorang perempuan adalah perhiasan yang sangat dekat dengan perempuan, seperti pakaian, perhiasan, dan kecantikan.
Kecantikan alamiyah tersusun elok dari akhlak, pengetahuan agama, dan skillfull yang disebut inner beauty. Memukau karena pesona akhlak, ketaatan dan kemampuan.
Kagumi perempuan karena Alloh, di sana ada ibu kita, saudara perempuan kita, ponakan perempuan kita, bahkan kerabat dekat kita. Jangan sakiti perasaan perempuan seperti apapun. Jangan sampai airmata mereka menetes karena kejahatan kita kepada orang lain. Wallohu a’lam.