Teknologi Baik di Tangan yang Baik

Spread the love
prof. KH Syukron Ma’mun

Apa pandangan kiai mengenai teknologi masa kini?

Jauh sebelum sekarang, Rosululloh telah mengantisipasi kemajuan teknologi ini, Inna mimma akhofu alaikum bakdi ma yuftahu alaikum min zahrotid dunya  wazinatiha “Sesungguhnya diantara yang saya takuti terhadap umatku nanti setelah ketiadaanku adalah kalau Alloh sudah membukakan keindahan dunia dan perhiasannya.”  Jadi ilmu pengetahuan dan teknologi inilah yang bisa merubah wajah dunia, baik dengan Suramadunya, gedung-gedungnya yang menjulang tinggi dan alat-alat elektroniknya.

Inilah yang ditakutkan oleh Nabi. Karena dengan kemajuan IPTEK tersebut, banyak umat Nabi yang melupakan nilai-nilai agama. Kondisi demikian sudah kita rasakan, adanya hp itu benar-benar merusak generasi muda,  ya tentu bagi mereka yang sudah tidak beriman kepada Alloh. 

      Dengan hp, banyak pemuda-pemuda yang suka  menyendiri, terisolir dengan hpnya, hilang kepedulian sosial akibat terlalu fokus dengan hpnya. Sehingga Rosululloh pernah ditanya, Ayyul mali afdholu ya Rosululloh? “Harta apa yang paling baik ya Rosululloh?.” Nabi menjawab,  Al malus sholih fi yadi rojulis sholih “Harta yang baik adalah harta yang ada di tangan orang yang sholih.”

Lalu sekarang, kayaknya hp menjadi candu pada generasi muda saat ini. Mereka sering menyendiri, pacaran seolah-olah menjadi tradisi, ditambah lagi orang tua kurang perhatian pada anaknya. Makanya di pondok saya hp itu termasuk barang haram. Sebab kalu tidak dilarang,  akan banyak santri yang gampang pacaran satu sama lain. Oleh sebab itu, teknologi tergantung siapa yang menggunakan, meski Rosulullah sudah mengantisipasi akan bahaya teknologi tersebut.

Bagaimana kiai menyikapi kaum melenial yang kecanduan game online?

 Sekarang ini, kaum melenial yang sudah kecanduan teknologi, maka semestinya orang tualah yang harus mengendalikan anaknya, karena zaman sekarang terbalik daripada zaman dulu. Kalau zaman dulu, anak takut sama orang tua, lah sekarang ini, orang tua yang takut sama anak. Kalau dulu orang tua yang mengatur anak, sekarang terbalik, anak yang mengatur  orang tua. Jadi pemuda melenial sekarang harus betul-betul dipandu, dipimpin dan jangan dilepas. Kalau dilepas dengan teknologi canggih, hancur lah generasi melenial ini.

Apa efek kecanduan game online pada karakter dan moralitas anak?

Ya sudah jelas, anak-anak yang main game di hp atau komputernya akan membentuk karakter sesuai apa yang dilihat. Kalau game yang dimainkan berupa kekerasan seperti menyepak, menghantam, membunuh, maka hal itu yang akan membentuk karakter si anak. Pernah terjadi peristiwa, anak SD membunuh temannya. Kenapa anak SD kok bisa membunuh kawannya?, karena dia nonton film/game yang dia mainkan. Makanya Imam al-Ghozali pernah berkata, “Hati itu seperti cermin, apa yang ada di depan cermin?. Kalau yang di depan cermin monyet tentu yang di dalam cermin juga monyet.

Jadi pengaruhnya adalah tergantung pada game yang dimainkan, meski rata-rata  konten game yang ada sekarang berupa kekerasan.

Adakah dampak positif dari game online itu sendiri?

Soal dampak positifnya ialah tergantung pengguna. Kalau yang mengendalikan orang baik, jadi baik dan dampak positifnya bisa didapat. Ya kalau yang mengendalikan orang jelek, maka dampak negatifnya yang timbul.

Apakah kecanduan ini bisa diatasi ?

Satu-satunya cara untuk mengatasinya adalah teknologi itu harus dikuasai oleh orang-orang yang baik (sholih), tentu teknologi ini akan menjadi bagus. Kalau teknologi dikuasai oleh orang-orang yang rusak akhlaknya, ya tentu akan menjadi rusak.

Lalu bagaimana bagi yang sudah terlanjur kecanduan?

Yang sudah terlanjur itu, ya kita sekarang harus menjaga diri kita sendiri. Kayak di pesantren misalnya, sekarang tidak diperbolehkan pakai hp, tapi disediakan telepon di kantor kalau mau berhubungan dengan orang tua. Itu yang bisa kita lakukan, yaitu menguasai diri.

Apa sikap dan langkah orang tua dalam menghadapi anak yang kecanduan game online ini?

Ya, berilah anak itu kesibukan. Misalnya ketika di rumah, habis maghrib disuruh ngaji dan tidak boleh pegang hp. Pokoknya orang tua harus mengatur jadwal kegiatan bagi anak agar tidak terlalu banyak memegang hp. Seperti saya dulu ketika di Jakarta, kalau sudah maghrib, mesti saya matikan televisi. Karena rumah tangga tergantung pada orang tuanya, mampu tidak mengatasi anaknya yang kecanduan hp. Caranya diatur dan diberi pelajaran mana yang benar dan mana yang salah, sehingga anak bisa membedakan  antara positif dan negatif melalui hpnya.

Sebagai santri, apa yang harus dilakukan untuk menyikapi diri?

Tergantung pada imannya. Kalau imannya kuat, besar kemungkinan tidak akan main hp yang membahayakan. Kan yang bisa jaga diri  itu iman. Misalnya saat mencet Youtube, dia akan bilang, aah tidak, ini nanti isinya setengah telanjang yang joget-joget, saya sebagai santri haram nonton demikian. Selesai.

Pesan kiai, khususnya bagi para gamers dan orang tua?

Pesan saya kepada orang tua, jangan sampai anaknya dibelikan hp. Kasih tau mudharat hp dan jelaskan pula manfaatnya kepada anak. Kalau mereka bisa menggunakan manfaatnya, ya saya kira tidak perlu dilarang, tapi kita khawatir nanti anak-anak tidak bisa membedakan. Akibatnya justru condrong pada mudharatnya saja, seperti film-film porno. Jadi, sebaiknya orang tua mendidik anaknya dengan baik.

Dan bagi anak, belajarlah agama yang benar. Mata kita ini untuk apa?, kelak di akhirat semuanya akan dipertanggung jawabkan.  Innas sam’a wal bashoro wal  fuada kana ula ika mashuda, “Bahwa nanti matamu, pendengaranmu, dimintai pertanggung jawaban.” Kemana matamu dipergunakan, melihat yang haram apa yang halal, telingamu itu mendengarkan yang haram apa yang halal, lidahmu itu mengucapkan yang halal apa yang haram, nah itu nanti dimintai pertanggung jawaban. Sebab itu, matamu dijaga, jangan sampai melihat film-film atau joget-joget yang dilarang oleh agama. Kalau hal ini bisa ditanamkan, teknologi tidak berbahaya.