Teruslah Berharap

Spread the love
Berharap

Agustus telah berlalu, berganti September sebagai lembaran baru. Agustus sangat sarat dengan perjuangan, sebab di bulan ini adalah momentum bagi bangsa Indonesia untuk merayakan kemerdekaannya. Sebuah peristiwa panjang yang mengajarkan pentingnya suatu perjuangan untuk menjadi manusia merdeka.

Begitupun September, bulan yang menjadi saksi bahwa hasil dari suatu perjuangan yang diraih dengan pengorbanan itu, harus benar-benar dipertahankan.

Dari keduanya dapat diambil pelajaran, bahwa manusia itu harus punya harapan. Dan harapan itu mesti diperjuangkan agar dapat diwujudkan. Setelah tercapai harapan, maka langkah selanjutnya ialah mempertahankan. Meraih atau bertahan, dua-duanya butuh perjuangan.

Jika seekor burung mampu terbang tinggi dengan kedua sayapnya, maka manusiapun juga bisa sukses dengan harapannya. Manusia yang punya logika waras pastilah punya harapan. Harapan itu menyangkut apa saja yang ia suka dan dibuktikan dengan usaha nyata.

Orang yang berharap tanpa usaha keras, maka yang tersisa hanyalah angan belaka. Seorang santri ingin menjadi alim tapi enggan belajar, tidaklah mungkin mencapai kealiman. Seorang yang ingin disebut abid (hamba) oleh Alloh tapi tidak semangat beribadah, itu hanya sebuah mimpi. Seorang guru yang ingin mencerdaskan muridnya, namun malas mendidik dan mengajar murid, keinginannya tidak akan tercapai.

Terkait Islam itu sendiri, sebenarnya yang menggerakkan agama ini adalah orang-orang yang punya harapan. Belajar dari kemerdekaan Indonesia, bukan hanya tanah air yang diperjuangkan akan tetapi ada hal pokok yaitu agama Alloh yang harus berdiri tegak di bumi Indonesia. Agama akan tegak kuat di bumi yang merdeka dan damai. Bagaimana mungkin bila buminya tidak aman, orang-orang akan bisa beribadah dengan tenang, syiar terhambat, pengamalan nilai-nilai agama terkekang. Sehingga perjuangan kemerdekaan tak kepas dari peran kiai dan santri sebagai orang beragama yang ingin agamanya tetap hidup dan tegak di bumi ini.

Baca Juga:

SKK Migas – KKKS : Tanam Berbagai Macam Pohon Produktif di Lahan PP. Assirojiyyah

Untuk mengisi kemerdekaan yang telah dicapai ini, bangsa Indonesia khususnya kiai dan santri harus tetap berperan aktif untuk mengembangkan dan memajukan Indonesia dalam berbagai aspek, baik aspek agama, sosial, budaya, ekonomi, kesehatan dan lain sebagainya.

Mengisi kemerdekaan dengan niat beribadah dan mendapat rida Alloh SWT. Tidak penting besar kecil suatu kehormatan dalam pandangan manusia, sekalipun profesinya guru ngaji di kampung-kampung misalnya. Belajar dari ustadz kampung yang kesehariannya mengajarkan anak-anak didik walau sekedar abata sajaha, hal ini sudah menjadi bagian dari memajukan negeri.

Suatu bangsa dapat diukur dari tingkat pendidikan dan budi pekertinya. Bila keduanya baik, akan tercipta bangsa yang beradab dan bermartabat. Harapan Indonesia itu sebenarnya ada pada generasi muda yang terdidik dan berakhlak. Salah satu bentuk akhlak adalah kejujuran. Fakta yang terjadi di negeri ini krisis kejujuran, yang mengibatkan rusak dan gagalnya suatu tatanan pemerintahan dalam menyejahterakan rakyatnya.

Apapun yang terjadi di negeri saat ini, itulah pekerjaan bersama dari setiap elemen bangsa. Kita berharap yang baik bahkan yang lebih baik lagi untuk agama dan negara.

Belajar dari Nabi Muhammad SAW, beliau adalah sosok yang tidak pernah patah harpan. Berapa banyak pertempuran yang beliau lakukan, betapa besar beban perjuangan yang dipikul dan berapa sakit hinaan yang dialaminya, sampai peristiwa berdarahnya wajah dan gigi mulia beliau. Akan tetapi, hal ini tidak mengurangi harapan nabi sedikitpun. Abu Jahal memang tidak Islam, tapi Ikrimah (anaknya) memeluk Islam, Walid musuh berat nabi namun Khalid pejuang Islam. Ini menunjukkan betapa pentingnya sebuah harapan.

Oleh: Salman Alfarisi