ENSIKLOPEDIA
Salah satu nikmat terbesar umat Islam hingga saat ini adalah adanya keturunan Rosululloh SAW. Keturunan beliau merupakan nasab dari jalur Sayyidah Fatimah dan sahabat Ali bin Abi Thalib KA, dan kedua putranya yaitu Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein.
Keturunan Rosululloh dari Sayyidina Husein ini disebut sayyid, dan dari Sayyidina Hasan disebut assyarif. Hingga sekarang para keturunan Rosululloh SAW tersebar ke seluruh penjuru dunia. Mereka terbagi ke dalam berapa marga atau klan. Menurut Rabithah Alawiyah (organisasi pencatat keturunan Nabi Muhammad), ada 151 marga segaris keturunan Nabi yang masih ada di dunia, termasuk Indonesia.
Dari sekian banyak marga keturunan Rosululloh SAW, ada beberapa marga yang familiar di Indonesia, antara lain:
- Assegaf
Marga Assegaf diturunkan oleh al-Quthub ar-Robbani, Faqihil Muqaddam at-Tsani, al-Imam Abdurrahman Assegaf, putra dari Imam Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad Faqih Muqaddam. Ibunya bernama Syarifah Aisyah binti Abu Bakar al-Wara bin Ahmad bin Muhammad Faqih Muqaddam.
Beliau digelari Assegaf yang bermakna “atap”, karena kedudukan beliau di antara para wali di zamannya bagaikan kedudukan atap dalam rumah, saking tinggi dan luhurnya derajat kewalian beliau. Beliau adalah Quthub yang menjadi pelindung umat, ulama dan para wali di zamannya.
Assegaf termasuk marga generasi awal, sehingga banyak marga lain yang merupakan keturunan dari Assegaf, di antaranya marga Alaydrus, al-Musyayyah, Bin-Syahab, al-Hadi, al-Masyhur, al-Wahath, al-Munawwar, az-Zahir, al-Baiti, al-Kuraisiyah, Bin-Syeikh Abu Bakar, Ba’agil, al-Quthban dan banyak lainnya
2. Al-Habsy
Marga al-Habsyi diturunkan oleh Imam Abu Bakar al-Habsyi bin Ali bin Ahmad asy-Syanbal bin Muhammad Assadillah bin Hasan Atturabi bin Ali bin Muhammad Faqih Muqaddam.
Kakeknya adalah datuk marga asy-Syanbal. Sedangkan saudaranya, Imam Alwi bin Ali adalah datuk marga asy-Syathiri. Jadi al-Habsyi dan asy-Syathiri merupakan saudara, cucu-cucu dari asy-Syanbal.
Al-Habsyi adalah nisbah ke negeri Habasyah yang kini menjadi negara Ethopia. Selama 20 tahun Imam Abu Bakar al-Habsyi berdakwah dan mengislamkan banyak orang di sana, karena itu beliau kemudian digelari al-Habsyi, meskipun beliau lahir dan wafat di Tarim.
Namun perlu diketahui, bahwa terdapat juga marga al-Habsyi Non-Alawiyyin yang berasal dari Qabilah Ghomid di Bahah, Arab Saudi.
3. Alaydus.
Marga Alaydrus diturunkan oleh Imam Abdullah Alaydrus bin Abu Bakar as-Sakran bin Abdurrahman Assegaf. Jadi Alaydrus merupakan cucu Assegaf. Ibunya bernama Syeikhah Maryam binti Ahmad bin Muhammad dari keluarga Barasyid.
Imam Abdullah Alaydrus adalah Sang Utayrus yang bermakna singa atau macan, sebuah kiasan untuk seorang raja, di mana beliau merupakan Raja Para Wali di masanya. Beliau telah dipanggil Utayrus sejak kecil oleh kakeknya, Imam Abdurrahman Assegaf.
Imam Abdullah Alaydrus memiliki lima putra dan lima putri. Putri-putrinya adalah Ruqayah, Khadijah, Kultsum, Talkhah dan Bahiyah. Sedangkan putra-putranya adalah Abu Bakar al-Adeni, Muhammad, Syeikh, Husin dan Alwi. Dua anak pertama keturunannya terputus, sedangkan tiga lainnya tetap lestari.
Syeikh kemudian menurunkan submarga Alaydrus seperti keluarga Bin-Umar, al-Zein serta marga ash-Sholabiyah. Sedangkan Husin menurunkan banyak submarga Alaydrus, di antaranya keluarga al-Umar bin Zein, al-Hazem, ats-Tsibi, al-Ismail dan al-Maigab. Adapun Alwi menurunkan Alaydrus yang lain.
4. Al-Jufri
Marga al-Jufri diturunkan oleh Imam Abu Bakar al-Jufri bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Faqih Muqaddam. Ibunya bernama Syarifah Maryam, adalah putri dari Imam Abdurrahman Assegaf. Jadi al-Jufri merupakan cucu Assegaf dari pihak ibu.
Kakeknya dari pihak ibu inilah yang mula-mula memanggil beliau dengan panggilan Jufrati yang bermakna anak kecil kesayangan yang berbadan gemuk dan kekar. Berkat panggilan tersebut juga, setelah dewasa beliau menjadi seorang ahli ilmu Jafar.
Ilmu Jafar adalah disiplin ilmu yang mengkonversikan huruf Arab ke dalam angka sehingga menghasilkan bilangan yang memiliki makna. Seperti kenapa suatu wirid harus dibaca 50 atau 100 kali, itu semua diatur dalam ilmu Jafar.
5. Al-Attas
Marga al-Attas diturunkan oleh Imam Abdurrahman bin Agil bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman Assegaf.
Sebetulnya yang pertama kali disebut al-Attas adalah ayahnya, Imam Agil bin Salim, kakak kembar dari Syeikh Abu Bakar bin Salim. Selanjutnya gelar ini dipakai oleh Abdurrahman bin Agil dan keturunannya. Sedangkan anak Imam Agil yang lain memakai gelar al-Agil.
Al-Attas dalam bahasa Arab bermakna “bersin”. Gelar itu bermula dari karomah Imam Agil yang bersin dan mengucapkan ‘Alhamdulillahβ ketika masih dalam kandungan. Selain bersin, hal unik dari Imam Agil beserta saudara kembarnya saat berada di dalam kandungan adalah percakapan keduanya yang didengar langsung oleh ibu mereka, Syarifah Thalhah binti Agil.
Di dalam kitab Tajul Arasy dikisahkan bahwa ibunya mendengar salah satu janin berkata, “Keluarlah engkau.” Satunya lagi menimpali, “Engkau terlebih dahulu.” Akhirnya salah satu janin berkata, “Keluarlah dahulu, nanti aku yang masyhur (dikenal), sedangkan yang masyhur itu ada karena keberkahan yang mastur (tersembunyi)”.
Tak lama setelah itu keluarlah bayi pertama yang diberi nama Agil, disusul bayi kedua yang diberi nama Abu Bakar.
6. Al-Haddad
Marga al-haddad diturunkan oleh waliyullah Ahmad bin Abi Bakar bin Ahmad Masrafah bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi ‘Ammu al-Faqih.
Al-Habib Ahmad bin Abi Bakar adalah seorang waliyullah yang menyembunyikan kewaliannya. Beliau digelari dengan al-Haddad karena sering bergaul dengan seorang pandai besi dan sering berada di tempat penempaan besi.
Selain beliau, ada pula seseorang yang bernama Ahmad dari golongan Alawiyin yang terkenal dan mempunyai banyak pengikut dan menyebut al-Habib Ahmad bin Abi Bakar dengan al-Haddad (pandai besi). Al-Habib Ahmad bin Abi Bakar menjawab sebutan tersebut dengan memperlihatkan karomahnya, sehingga orang-orang mengetahui bahwa beliau adalah seorang waliyullah yang mempunyai derajat tinggi dan hati mereka tertempa dengan kejadian tersebut. Maka mereka menyebut al-Habib Ahmad bin Abi Bakar dengan al-Haddad (penempa kalbu).
Selain nama marga di atas, terdapat juga marga al-qodri, al-Kaff, Bin Yahya, Bin Syahab, al- Muhdar, al-Munawar dan lain sebagainya. Yang kesemuanya tercatat di Rabithah Alawiyah.
Diolah dari tulisa Habib Muhammad Kazim Al Kaff & berapa sumber lainnya.