Salah satu anugerah yang diberikan Alloh SWT kepada bangsa Indonesia ialah berhasilnya diperoleh satu titik temu antara bangsa kita yang berbeda-beda agama dan kepercayaan, berbeda-beda suku dan bahasa, sehingga dapat tegak di atas satu landasan yang dinamakan Pancasila.
Namun realitasnya, ada sebagian kelompok warga Negara Indonesia yang menentang dengan tegas rumusan Pancasila sebagai ideologi negara. Diantara kelompok tersebut adalah HTI, ISIS dan kebangkitan kembali paham komunis di tengah-tengah masyarakat.
Dari penjelasan mengenai Pacasila sebagai ideologi negara, ada beberapa pokok bahasan penting yang harus dijelaskan dari sudut pandang Islam sebagai berikut:
1. Sila Pertama: Ketuhanan yang Maha Esa
Sila pertama merupakan sendi tauhid di dalam Islam. Sudah menjadi fitrah manusia secara naluriah memiliki potensi bertuhan dalam bentuk pikir dan zikir dalam rangka mengemban misi sebagai khalifah fil-ardli, serta keyakinan yang terkadang tidak sanggup untuk dikatakan. Sangat jelas termaktub dalam surat al-Ikhlash ayat 1-4, yang artinya “Katakanlah: “Dia-lah Alloh, yang Maha Esa. Alloh adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”. (QS Al Ikhlas: 1-4)
2. Sila Kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab
Alloh SWT berfirman yang artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Alloh ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS Al Hujurat: 13).
Salim Bahreisy menjelaskan ayat ini bahwa menurut konsepsi Islam, perbedaan warna kulit, suku dan bangsa adalah untuk saling kenal-mengenal. Perbedaan itu tidak dimaksudkan untuk pertentangan atau unggul-unggulan satu dengan yang lain. Namun, perbedaan itu justru dimaksudkan untuk saling tolong-menolong, saling gotong-royong di dalam melaksanakan kepentingan bersama.
Konsekuensi logis dari konsepsi Islam ini adalah sifat adil (lawan kata zhalim) karena pada dasarnya manusia memiliki kedudukan yang sama satu dengan lainnya, mereka dilarang untuk melakukan tindakan-tindakan yang dapat merugikan sesama dan merendahkan satu dengan yang lain.
Baca Juga :
Assirojiyyah Bantu Masyarakat Cianjur
Kemanusiaa yang adil dan beradab merupakan kesadaran sikap dan perbuatan manusia yang didasarkan pada potensi akal budi dan hati nurani. Yaitu akhlak mulia yang dicerminkan dalam sikap dan perbuatan sesuai dengan kodrat, hakikat dan martabat manusia.
3. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia
Mencerminkan ide ukhuwah insaniyah (persaudaraan manusia) dan ukhuwah Islamiyah bagi sesama umat Islam. Alloh berfirman dalam Alquran Surat Ali Imran ayat 103 yang artinya : “Berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Alloh, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Alloh kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Alloh mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Alloh, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Alloh menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Alloh menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Al-Imran: 103)
Persatuan akan terwujud apabila telah terjadi sikap toleransi yang tinggi antarsesama, sikap saling menghargai dan menghormati. Persatuan yang perlu digarisbawahi yaitu sama halnya dengan pluralitas. Dalam hal ini pluralitas berdasarkan apa yang dituntut oleh kemaslahatan rakyat, agar tercapai kesatuan dalam tujuan dan sasaran.
4. Sila Keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Sejalan dengan prinsip Islam yaitu Mudzakarah dan Syura. Prinsip syura merupakan dasar dari sistem kenegaraan Islam (karakteristik negara Islam). Ini membuktikan bahwa perumusan Pancasila diambil dalam bentuk musyawarah bersama berbagai kalangan untuk mencapai kesepakatan. Dalam Alquran Surat Ali Imran ayat 159 : “Maka disebabkan rahmat dari Alloh-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.” Sejalan pula dengan QS. Asy-Syuura: 38 “(bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka…”. Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Rosululloh senantiasa mengajak para sahabatnya bermusyawarah mengenai suatu persoalan yang terjadi untuk menjadikan hati mereka senang dan supaya mereka lebih semangat dalam berbuat.
5. Sila Kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Sejalan dengan prinsip keadilan dalam Islam. Lebih spesifikasi lagi, bahwa keadilan yang dimaksud yaitu dalam pemerataan rizeki, berupa zakat, infak dan shadaqah.
Dalam Alquran, menjunjung tinggi keadilan merupakan bentuk amal yang dekat dengan ketakwaan. Ayat-ayat yang berbicara mengenai keadilan dapat dilihat pada QS. An-Nisa: 58, 135, al-Maidah: 8, al-An’am: 152-153, al-A’raf: 29, Hud: 84-86 dan lain-lain.
Jadi semangat dari nilai-nilai Pancasila tersebut sangat sesuai dengan nilai-nilai Islam. Bahkan apa yang diusung oleh Pancasila secara keseluruhan menjadi visi Islam dalam risalahnya. Artinya bahwa Islam adalah agama dan Pancasila adalah ideologi. Pancasila tidak akan menjadi agama dan agama tidak akan menjadi ideologi. Tetapi secara substansial, Islam dan Pancasila merupakan satu kesatuan yang utuh dalam artian nilai-nilai yang dikandungnya.
Oleh : Drs. H. Mahfud Anwari, M.Pd.I