assirojiyyah.online – Pasca putus kontrak dengan pemilik warung, kini PP. Assirojiyyah Kajuk Sampang membuka kembali Warteg (Warung Telur Goreng) yang berada di depan pesantren pada Sabtu Malam (17/12/2022).
Dibukanya Warteg ini berdasarkan arahan pimpinan pondok yang disampaikan dalam rapat bulanan pengurus, mengingat hasil usaha yang diperoleh sangat membantu terhadap income (pendapatan) pesantren.
Lahan baru yang dipakai sekarang merupakan perjanjian kontrak selama 5 tahun dengan pemiliknya. Selain fasilitas berupa lahan usaha, pihak pesantren juga diberi hak menggunakan fasilitas lainnya seperti bangunan rumah dan kamar mandi.
Sedangkan untuk bangunan warung, pihak pesantren mengeluarkan biaya sendiri senilai Rp. 4.999.500 dengan bahan dasar bambu.
โArsitektur bangunan Warteg ini didesain seperti kafe masa kini, hanya saja bahannya dari bambu. Tujuannya agar memancing daya tarik konsumen, baik santri, alumni, dan orang-orang sekitar. Selain itu, disediakan tempat makan yang cukup dan nyaman untuk para konsumen,โ tutur Imam Asyโari selaku Ketua Warteg.
Selain bentuk bangunannya yang beda, Warteg kali ini menambahkan varian menu yang disediakan untuk konsumen, seperti Soto Jawa, Mie Lontong, Mie Ayam, dan lain sebagainya. Bahkan pihaknya akan terus melakukan inovasi kedepannya baik dalam hal menu ataupun layanan.
Perlu diketahui, sebelum dibuka, pihaknya mengadakan peresmian berupa tasyakkuran pada Jumat Malam (16/12/22) yang dihadiri majelis guru antara lain KH. Atoulloh Bushiri (Pengasuh), K. Ahror Bushiri (Ketua Umum), KH. M. Itqon Bushiri (Ketua Biro Litbang), K. Moh. Ihsan Bushiri, perwakilan dari masing-masing biro pesantren, dan sebagian alumni yang tergabung dalam panitia MCK.
Baca Juga
Ikhtiar Awal LKNU Sampang Dirikan Faskes Tiap Kecamatan
Pihaknya juga berharap dengan dibukanya Kembali warung milik pesantren ini, kesadaran dan kecintaan santri pada produk pesantren bertambah meningkat. Di samping tersedianya warung-warung milik warga setempat. Sebab santri merupakan aset pondok dan ikut menentukan maju berkembangnya pesantren.
โKalau bisa pondoknya dikembangkan terlebih dahulu bukan tempat lain. Santri punya pondok dan saya selaku petugas menyediakan kebutuhan santri dan pondok. Kalau bisa santri lebih ramai beli di Warteg bukan yang lain,โ harap Imam. (Mas Safir Ali)