“Saya lebih senang santri yang yang hadir ke Lailatul Musamahah daripada yang sowan setiap bulan kepadaku”
Pesan Muallim diatas jangan kita telan begitu saja, karena akan melahirkan asumsi bahwa Muallim tidak senang pada santrinya yang sowan kepada beliau setiap bulan, karena rindu kepada beliau. Namun mari kita artikan dengan skala yang lebar, karena bagaimana pun Muallim sangat sayang kepada santrinya, itu bisa dibuktikan pada sebagian dawuh beliau, diantaranya “sengko” ta tremah mon tang santreh ejubaaghi, karena tang anak”. Adapun dawuh beliau diatas menjadi sinyal bahwa menghadiri Lailatul Musamahah merupakan keharusan bagi santri kalau tidak ada udzur syar’i. Bahkan menurut cerita teman ada salah satu alumni datang di waktu pagi pada acara Lailatul Musamahah dan sowan kepada beliau. Kemudian santri itu pamit ingin pulang karena ada undangan, sepontan Mu’allim berdawuh “iyeh.!! Kakeh benni tang santreh”. Kemudian alumni itu tidak jadi pulang dan memilih tidak menghadiri undangan.
Dawuh Muallim diatas mengandung makna bahwa Lailatul Musamahah bukan hanya acara santri saja, namun juga acara alumni. Karena pada acara tersebut, alumni dari berbagai tempat datang kepondok untuk sowan dan mengingat kembali bahwa dibawah atap pondok mereka pernah duduk lesehan untuk mengaji. Dengan begitu, alumni akan selalu ingat kepada guru dan pondok pesantren Assirojiyyah, sehingga tidak seperti kacang yang lupa akan kulitnya. Berbeda jika hanya sowan belaka, bisa jadi alumni tidak mampir kepondok. Selain itu alumni bisa saling berjabat tangan antara alumni atau bisa dikatakan Lailatul Musamahah bagi alumni tidak ubahnya seperti reuni. Dengan begitu maka akan lebih menambah erat tali persaudaraan antara santri Assirojiyyah. Sehingga akhirnya akan mengerucut pada satu tujuan yaitu lii lai kalimatillah.
Baca Juga:
KH.Atho’ulloh (pengasuh) juga pernah menyampaikan hal itu saat sambutan diacara Lailatul Musamahah, “Acara Lailatul Musamahah ini acaranya pondok dan santri, bukan acara saya. Hanya yang mengatur, kami yang ada disini dan para pengurus”.
Jadi, mengingat petikan diatas, maka tidak ada alasan bagi alumni untuk tidak menghadiri Lailatul Musamahah selagi tidak berhalangan dengan udzur syar’i, Karena Lailatul Musamahah milik dan acara pondok. Maka kita sebagai santri atau alumni mudah-mudahan diberikan kekuatan oleh Alloh SWT untuk senantiasa mencintai guru dan pondoknya dengan harapan agar kita senantiasa mendapatkan barokah guru dan pondok. Amien.