Oleh: Wasi’ur Rohman Madani
Sesubuh ini, Badrun harus bangun untuk mempersiapkan semua dagangannya sendiri, mulai dari mempersiapkan gerobak, beberapa mangkok bersih, sendok, dan tak lupa bahan-bahan Bubur Kacang Hijau yang akan dia jual dipasar tengah kota nanti.
Belum lagi dia harus menyiapkan keperluan bayi kecilnya yang baru berusia 2 setengah tahunan, apalagi di usia itu bayi kecil sedang butuh-butuhnya kasih sayang orang tuanya. Di usia 21 tahun, Badrun ditakdirkan bertarung dengan kehidupan seperti itu, memang begitulah takdir, kadang-kadang sama sekali tidak sesuai perkiraan akal sehat manusia, meski begitu Badrun masih tersenyum sempurna sambil mendorong gerobaknya, lihatlah! bayi kecilnya yang tampak tertidur pulas digendongan dada Badrun. Setiap hari Badrun berdo’a agar bayi digendongannya kelak tidak senasib dengan dirinya.
Semula, kehidupan Badrun tidak se-menderita sekarang, dengan nilai IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) 3.70, bukan hal sulit bagi mahasiswa sepertinya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dibidangnya, apalagi saat itu bisnis fashion orang tuanya melenjit tinggi, bahkan saat itu kebanyakan teman kampusnya kuliah sambil bekerja kepada orang tuanya. Pribadinya yang ceria membuat Badrun mudah bergaul dengan siapapun, bahkan orang yang baru dijumpainya akan langsung tertarik dengan cara bergaul Badrun.
Penderitaannya, nasib yang di alaminya sekarang tidak lain karena perempuan menjijikkan itu.
***
Seperti biasa setelah pulang kuliah, Badrun bersama teman-temannya, karyawan orang tuanya, akan pulang bersama menuju beberapa toko baju yang tersebar dibeberapa pasar di kota Malang, sedangkan Badrun sendiri bekerja sebagai kasir disebuah minimarket merah-biru-kuning didepan gang dekat rumahnya. Ketika masuk kedalam minimarket, matanya terfokus pada sosok karyawan baru dengan name-tag “Astuti” di baju seragam kerjanya , dengan ramah Badrun menyapanya, perempuan itu tersenyum manis menyambut sapaan Badrun. Akhirnya Badrun mengajaknya ngobrol.
Akhirnya Badrun tau dari obrolannya tadi, bahwa Astuti karyawan baru yang merupakan mahasiswi di Universitas yang sama dengan Badrun, hanya beda fakultas, Badrun di Fakultas Ekonomi sedangkan Astuti di Fakultas Pendidikan Psikologi.
Hubungan Badrun dan Astuti makin hari makin dekat saja, bahkan tadi pagi saja Badrun sudah menjemput Astuti di penginapannya, meski sedikit dipaksa Astuti mengiyakan ajakan Badrun. Hari demi hari mereka tampak bersama terus, hingga disuatu kesempatan Badrun mengungkapkan kemaunnya, “Astuti sayang, abang mau menikahimu, kamu mau kan ?“ Tanpa menunggu sedetik pun Astuti sudah mengangguk tersenyum. Siapa sih yang tidak mau dengan Badrun, diusia 20 tahun sudah punya omset ratusan juta, bahkan dihari itu diperingatkan sebagai hari cemburu satu kampus.
Memang sih, ketika dua insan ingin menyatu dalam hubungan pernikahan kedua-duanya akan di uji dengan berbagai cobaan, seperti ke egoisan pribadi, ekonomi, datangnya masa lalu, keragu-raguan akan pasangan sendiri, sedangkan Badrun sendiri di uji dengan meninggalnya kedua orang tuanya dalam sebuah kecelakaan mobil saat orang tuanya menuju Jakarta untuk membuka bisnis baru, penyebabnya sudah pasti karena “supir diduga mengantuk” begitulah presenter diacara TV memberitakannya.
Meski berbagai cobaan menimpanya, Badrun tetap melangsungkan pernikahannya dengan Astuti, tentu biayanya dari warisan orang tuanya, dan tabungannya sendiri. Pernikahannya itu berlangsung meriah, mewah, sesuai permintaan Astuti, bahkan Badrun mengabulkan mahar yang diajukan Astuti sebesar 30 gram emas dan seperangkat alat sholat, diakhir acara Astuti berbisik ditelinga Badrun. “Mas, kita bulan madunya ke Dubai yaa!!“ dengan tersenyum manis Badrun mengiyakan ajakan istri tercintanya itu.
Pukul 10:40 pesawat Garuda Indonesia terbang dari Bandar Udara Abdul Rachman Sholeh (Malang) menuju Bandara International Dubai dengan 4 kali transit. Badrun dan Astuti tampak tersenyum sumringah ketika menginjakkan kaki di negeri Dubai setelah perjalanan 8 jam lamanya, agar penatnya cepat hilang Badrun mulai mencari hotel terdekat dari lokasinya. Arabian Boutique Hotel menjadi pilihan Pasutri muda itu, selain mewah, hotel tersebut dekat dengan Bandara Dubai sekitar 8.0 kilometer, yang terletak di Creek Street Exit 3, Al Fahidi – Al Shindagha, Dubai Uni Emirat Arab. Setelah mandi Badrun mulai menarik tangan istri tercintanya menuju surga dunia yang telah diidam-idamkannya selama ini, malam itupun menjadi saksi dua insan yang akan tenggelam dalam kenikmatan.
Malam itu seharusnya menjadi malam terindah bagi setiap pasangan yang baru menikah. Namun tidak bagi Badrun dan Astuti, keduanya bertengkar hebat seperti layaknya bukan suami istri, bagaimana tidak Astuti yang selama ini menjadi perempuan satu-satunya yang Badrun berikan segalanya, sedangkan malam itu kado terindah yang harusnya Badrun dapatkan sangat-sangat-sangat mengecewakan, ya kalian benar, Astuti sudah tidak perawan.
Setelah peristiwa itu, keduanya sedikit berbicara, ribuan kali Astuti meminta maaf dan mencoba menjelaskan yang sebenarnya terjadi, bahwa tidak semua perempuan yang pertama kali melakukan senggama tidak keluar darah divonis sudah tidak perawan. Maka sangat benar pepatah arab mengatakan “Barang siapa yang mencintai sesuatu, dia rela sebagai budaknya.” Hanya dengan sedikit rayuan manja dari Astuti, Badrun mulai luluh pada istrinya itu, dan malam itupun mereka melanjutkan malam kenikmatan mereka.
Satu setengah tahun lamanya, rumah tangga Badrun dan Astuti tampak Bahagia, apalagi setelah kehadiran anak mereka satu-satunya yang sudah berumur 1 bulanan. Seperti biasa Badrun berangkat kerja di petang hari dan pulang sore hari, dan setiap hari pula Astuti akan selalu menyambutnya dengan penuh senyuman kehangatan untuk suami tercintanya itu.
Hal itu, tidak bertahan lama, Badrun mulai curiga dengan tingkah laku istrinya yang makin hari makin susah dimengerti. Pernah suatu hari Badrun sengaja pulang lebih awal, ketika sampai dirumahnya, Astuti sedang tidak berada dirumah, hanya tinggal bayinya yang tampak tertidur pulas, ketika pulang rambut Astuti tampak acak-acakan, sejak kapan istrinya seberantakan itu, ketika ditanya alasannya tetap sama, “Astuti capek mas, ngurus ibu-ibu arisan tadi.“
Hari itu, diambang kecurigaannya, Badrun pura-pura berangkat kerja lalu bersembunyi dirumah tetangganya dan mulai mengikuti gerak-gerik istrinya yang menuju ke suatu tempat diujung gang, perlahan Badrun mengikutinya dari belakang, dan kecurigaannya benar, Astuti masuk kedalam sebuah rumah, Badrun mulai mendekati rumah tersebut, dan mendengar sebuah percakapan.
”Wihh pagi-pagi udah nepatin janji aja.” Kata seorang laki-laki.
“Iya mas, kamu itu cinta pertamaku, walaupun aku sudah bersuami aku akan tetap memberikan yang dulu pernah aku berikan kepadamu.” Jawab Astuti.
“Suamimu udah berangkat kerja kan?” Tanya laki-laki itu.
“Udah mas, aman hehehe, tapi kemarin Mas Badrun sempat curiga, kamu sih mainnya sambil ngacak-ngacak rambut aku.”
“Terus kamu alasan gimana dong?.”
“Ya bilang aja dari arisan, Mas Badrun kan cinta banget Astuti, jadi sudah pasti percaya.” Telinga Badrun mulai panas mendengar hal itu. Badrun dengan santainya memperlihatkan dirinya seraya bertepuk tangan kebencian, kedua-duanya tampak tidak bisa bernafas saking kagetnya.
“Perempuan busuk !! jadi ini sifat aslimu, kau minta mahar 30 gram emas, semuanya yang kau minta saya kasih, dan ini balasanmu? Oh Jadi laki-laki ini yang sudah mengambil keperawananmu? Bagus-bagus kerja sama kalian berdua sangatlah bersih.”
Astuti hanya tersedu-sedu sambil bersujud dikaki Badrun meminta maaf, agar tidak melakukan hal yang tidak diinginkan Badrun langsung pergi meninggalkan dua insan terbusuk dalam hidupnya, dia pulang membawa semua harta miliknya, dan tak lupa membawa bayi kecilnya.
***
Nasibnya yang sekarang adalah imbas dari kisahnya itu.
Demi memenuhi kebutuhan bayi kecilnya, setiap hari Badrun pulang pergi mendorong gerobak Bubur Kacang Hijaunya, seperti halnya pagi ini, dia mulai menawarkan jualannya kepada setiap orang yang lewat, meski hasilnya sedikit, tapi masih cukup untuk menghidupi dirinya dan bayi kecilnya.
Badrun sangat bersyukur bisa mengetahui sifat asli Astuti dan pisah dengannya, andai saja dia tetap berlarut dalam cinta butanya, mungkin sekarang dia sudah berjuang mati-matian hanya demi perempuan busuk-matre itu. Dari hal itu Badrun mengambil pelajaran, jangan karena cinta membuat kita buta, bukankah manusia akan berbuat seenaknya ketika dia tahu bahwa kita tidak bisa meninggalkannya?
***
Setelah kejadian itu sampai sekarang, Badrun mengalami trauma yang sama sekali tidak bisa dia hilangkan, mentalnya rusak, sehingga bisnisnya berantakan hingga mengalami kerugian yang sangat besar. Badrun hilang kepercayaan, meski ditawari adik perempuan teman-temannya, dengan cepat Badrun menolak itu, dia tidak ingin menikah selama-selamanya, ketika ditanya alasannya jawabannya satu “Badrun lebih baik menikahi tangannya sendiri, daripada menikah dengan wanita yang tidak selesai dengan masa lalunya.”