Sayyidah Nafisah adalah putri Hasan al-Anwar bin Zaid bin Hasan bin Ali dan Sayyidah Fathimah az-Zahra’, putri Rosululloh SAW. Sayyidah Nafisah dilahirkan di Makkah al-Mukarramah, pada 11 Rabiul awal 145 H.
Cikal Bakal Menjadi Seorang Sufi
Pada usia 15 tahun, Sayyidah Nafisah mulai menghafal al-Qur’an, mempelajari tafsirnya dan senantiasa menziarahi makam datuknya, Rosululloh SAW di Madinah. Setahun kemudian, beliau menikah dengan putra pamannya, Ishaq al-Mu’tamin. Pernikahan itu berlangsung pada tanggal 5 Rajab 161 H. Dari pernikahan itu, beliau dikaruniai seorang putra bernama al-Qasim dan seorang putri bernama Ummu Kultsum.
Sayyidah Nafisah terkenal zuhud, beliau sangat gemar berpuasa di siang hari dan bangun di malam hari. Sejak berumur enam tahun, beliau selalu menunaikan salat fardu bersama kedua orang tuanya di Masjid Nabawi.
Bahkan, beliau pernah melaksanakan ibadah haji sebanyak tiga puluh kali, sebagian besar ia lakukan dengan berjalan kaki. Hal tersebut dilakukan karena meneladani datuknya, Imam Husain. Beliau juga pernah makan hanya sekali dalam tiga hari.
Karomah-karomah Beliau
Di antara karomah beliau ialah bisa menyembuhkan orang sakit. Bahkan saat Imam Syafi`i sakit, beliau mengutus muridnya untuk meminta do’a darinya, dan setelah murid itu kembali, atas izin Alloh Imam Syafi`i langsung sembuh dari sakitnya.
Pernah suatu hari, Imam Syafi’i menderita sakit. Seperti biasanya, ia mengirim utusan untuk memintakan doa dari Sayyidah Nafisah. Tetapi kali ini, Sayyidah Nafisah berkata kepada utusan itu, “Alloh membaguskan perjumpaan-Nya dengannya dan memberinya nikmat dapat memandang wajah-Nya yang mulia.” Ketika utusan itu kembali dan mengabarkan apa yang dikatakan Sayyidah Nafisah, Imam Syafi’i tahu bahwa saat perjumpaan dengan Tuhannya telah dekat. Imam Syafi’i berwasiat agar Sayyidah Nafisah mau menyalatkan jenazahnya bila ia wafat. Ketika Imam Syafi’i wafat pada akhir Rajab tahun 204 H, Sayyidah Nafisah melaksanakan wasiatnya.
Beliau juga pernah menyembuhkan gadis Yahudi yang lumpuh. Ketika itu Sayyidah Nafisah berwudlu, air wudlunya jatuh ke tempat gadis Yahudi yang lumpuh itu. Tiba-tiba Alloh memberikan ilham kepada gadis Yahudi itu agar mengambil air wudlu tersebut sedikit untuk dibasuhkan kepada kedua kakinya. Dengan izin Alloh, seketika Yahudi itu dapat berdiri. Dan semenjak kejadian itu banyak orang-orang Yahudi yang masuk Islam.
Menjelang Wafat
Ketika Sayyidah Nafisah merasa ajalnya telah dekat, ia mulai menggali kuburnya dengan tangannya sendiri. Kuburan itu berada di dalam rumahnya. Al-Allamah al-Ajhuri mengatakan, Nafisah mengkhatamkan al-Qur’an di dalam kubur yang telah digalinya sebanyak enam ribu kali dan menghadiahkan pahalanya untuk kaum muslimin yang telah wafat.
Pada pertengahan Ramadlan 208 H, sakitnya bertambah parah, sedangkan beliau dalam keadaan berpuasa. Orang-orang menyarankannya untuk berbuka demi mengatasi penyakitnya. Iapun menjawab, “Sungguh aneh! Selama tiga puluh tahun aku meminta kepada Alloh agar Ia mewafatkanku dalam keadaan berpuasa. Maka bagaimana mungkin aku berbuka sekarang?. Aku berlindung kepada Alloh. Hal itu tidak boleh terjadi selamanya.” Kemudian ia membaca al-Qur’an. Ketika sampai pada ayat 127 surat al-An’am, Nafisah lalu mengucapkan kalimat syahadat. Setelah itu beliaupun wafat, tepatnya pada hari Jumat.
(Source: Ahlulbaitrosululloh. blogspot).
.