YPI Miftahul Ulum Arena Sabung berubah Taman Surga

Spread the love
YPI

Adanya lembaga pendidikan seperti pondok pesantren atau madrasah tak lepas dari latar belakang berdirinya. Pada edisi kali ini, kita akan mengamati salah satu madrasah yang berada di Kec. Blega.

Sejarah

YPI Miftahul Ulum terletak di Kp. Dekong, Ds. Blega Oloh, Kab. Bangkalan. Didirikan oleh Kiai Muzammil pada tahun 1977 M, alumni Pondok Pesantren Sempar, KH. Sabrowi. Pada awalnya, madrasah ini merupakan tanah kosong, tempat para pemain sabung ayam. Untuk meminimalisir keadaan masyarakat yang demikian, lalu ayah Kiai Muzammil, Kiai Smaun membeli tanah tersebut dan menyuruh putranya untuk menempatinya. Bersamaan dengan hal itu pula, beliau diperintahkan oleh gurunya, KH. Sabrowi agar mendirikan madrasah.

Gayung bersambut, kemudian Kiai Muzammil dan masyarakat sekitar sepakat untuk mendirikan lembaga pendidikan. Mulanya, madrasah ini tidak memiliki sarana, sehingga beliau harus menyewa gedung Sekolah Dasar (SD) Tandereh untuk kegiatan belajar mengajar pada siang harinya. Tercatat santri awal di madrasah ini sekitar 17 santri dan sempat melonjak sampai 200 lebih. Seiring berjalannya waktu, Kiai Muzammil dengan bantuan masyarakat, tepatnya pada tahun 1982 M, membangun lima lokal ruangan madrasah dengan dana yang berasal dari swadaya masyarakat dan para donatur lainnya.

Baca Juga:

Idealisme Pemimpin

Di awal berdirinya madrasah, banyak tantangan yang beliau hadapi, salah satunya ada sebagian masyarakat yang tidak setuju karena sudah ada madrasah di desa sebelah. Mendengar hal tersebut, KH. Sabrowi, guru beliau, memanggil tokoh di sana untuk menjelaskan bahwa ia mendirikan madrasah bukan atas dasar pribadi tapi perintah darinya.

Seiring berjalannya waktu, kesehatan Kiai Muzammil saat ini mulai menurun, hal ini yang melatarbelakangi putra beliau, Ra Munadi untuk menjadi tangan kanannya dalam mengurusi kebutuhan madrasah. Kondisi inilah yang menjadi tantangan baginya untuk saat ini, melihat anaknya yang masih muda (20 tahun).

Pada mulanya Miftahul Ulum merupakan madrasah biasa, namun sekitar tahun 2008-2009 M berubah menjadi Yayasan Pendidikan Islam yang di dalamnya memuat pendidikan formal (Mts, MI) dan non formal (Raudatul Athfal, Madrasah Ibtidaiyah). Perubahan tersebut semata-mata untuk menyikapi kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan umum dan agar para santri masih bisa merasakan pendidikan agama dengan efektif.

Jenjang pendidikan pada tingkat Raudlatul Athfal (RA) ditempuh selama dua tahun. Adapun Madrasah Ibtidaiyah selama enam tahun. Adapun jadwal kegiatan belajar mengajar antara lain: MI dan Mts beroperasi mulai jam 07:00-11:00 WIB, Raudhatul Athfal (RA) dan Madrasah Ibtidaiyah beroperasi mulai jam 01:00-16:15 WIB. Pada jam siang ini, para santri mengikuti salat Zuhur dan Asar secara berjemaah.

Dari segi kurikulum, pendidikan di sini masih memakai sistem salaf, yaitu berkutat pada pendalaman kitab turats (kuning). Untuk mengisi kekosongan para alumni yang belum melanjutkan pendidikan, madrasah mengadakan pengajian kitab Sullamut Taufiq setelah salat Asar.

Dalam kegiatan mengajar, Ra Munadi dibantu oleh kakak beliau (Ag. Ubaidillah, alumni PP. Assirojiyyah) serta delapan tenaga pengajar; empat orang alumni madrasah dan empat guru tugas dari PP. Assirojiyyah. Sedangkan ruangan yang tersedia sebanyak tujuh kelas, dengan jumlah santri 104 orang; 58 santri putra dan 48 santri putri (Data 2022-2023 M).

Yang sedikit membedakan dengan madrasah lainnya adalah santri tidak dipungut uang syahriyah setiap bulannya, berlaku sejak awal berdiri sampai tahun 2022 M. Namun tahun ini karena faktor kondisi sang pendiri, maka sesepuh madrasah dan para alumni sepakat agar memungut iuran Rp. 10.000/bulan.

“Semoga madrasah ini tetap eksis untuk membina santri dalam belajar ilmu agama,” harap Ra Munadi.