Shadow

DOA KITA PERLU DIEVALUASI

Spread the love
DOA

assirojiyyah.online, Manusia hidup di muka bumi tak lain hanyalah semata-mata agar beribadah kepada sang Maha Kuasa. Banyak ragam bentuk ibadah yang dapat dilakukan, salah satunya ialah berdoa. Doa adalah wujud permohonan atau permintaan seorang hamba kepada penciptanya dengan menggunakan lafal yang dikehendaki, atau meminta sesuatu sesuai dengan hajatnya. Adapun berdoa merupakan konsekuensi wajib yang harus dilakukan seorang hamba kepada tuhannya. Dengan berdoa, kita mengakui ketidak berdayaan kita dan bukti keperkasaan Alloh. Bahkan Alloh telah memerintahkan manusia agar berdoa kepada-Nya. “Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku perkenankan bagi kalian.”  (QS. Al-Mukminun : 60)

Namun kebanyakan orang hanya melihat cukup sederhana akan perintah itu tanpa mengkajinya lebih lanjut. Sehingga fenomena yang terjadi, banyak orang berdoa bahkan marak diadakan doa bersama tapi terasa hambar tak memberi pengaruh apa-apa. Karena doa itu hanya bermuatan kepentingan pribadi dan bukan lagi wujud kepasrahan seorang hamba kepada tuhannya.

Berdoa pun akhirnya hanya menyesuaikan kepentingannya masing-masing. Seperti halnya orang yang sedang berniaga, berharap bisnisnya lancar, banjir keuntungan dan berkembang pesat. Yang sedang naksir seseorang berharap semoga orang yang ia sukai segera menjadi kekasihnya. Yang sedang menjadi kandidat (kepala desa, camat, bupati, presiden dan lain sebagainya) berharap semoga usahanya dalam menarik simpati masyarakat tak sia-sia dengan menjadi yang terpilih.

Mungkin pikir kita, selagi diberi kesempatan meminta, mintalah apa yang menjadi keinginan kita. Tak ubahnya ketika kita sedang lapar kemudian ada orang yang menawarkan hidangan apa saja yang kita mau, bisa ditebak semua yang enak, nikmat dan yang pastinya sesuatu yang tidak dapat kita peroleh dengan kemampuan kita, akan kita lahap habis-habis. Dan jika sudah terjadi seperti ini, sebenarnya bukan nurani yang berdoa, melainkan nafsu yang menuntut untuk mendapatkan lebih dari keinginannya. Pada akhirnya, berdoa hanya menjadi topeng yang menutupi kepentingan nafsu dengan segala motifnya.

Nafsu merupakan satu paket anugerah dengan akal yang Alloh berikan kepada manusia dan yang membedakannya dengan makhluk lainnya. Tanpa akal kita tidak bisa disebut manusia. Karena akallah yang membedakan manusia dengan hewan, yang hanya mempunyai nafsu. Dan tanpa nafsu kita juga tidak bisa disebut manusia karena hanya malaikat, makhluk yang tidak diberi nafsu oleh Alloh. Dan manusia bukanlah malaikat, karenanya dengan adanya keseimbangan antara nafsu dan akal manusia bisa menjadi manusia sejati, yang bahkan melebihi kualitas malaikat yang senantiasa patuh tanpa mengenal apa itu maksiat. Dan apabila yang terjadi adalah sebaliknya, jika peran akal tidak seimbang, pastilah nafsu yang mengendalikannya. Dan pada akhirnya kelakuannya tidak jauh beda dengan hewan, bahkan lebih hina.

Karenanya, ada yang mengibaratkan nafsu bagi jiwa manusia dengan WC dalam sebuah rumah. Semua orang mengatakannya hina dan menjijikkan, namun keberadaannya sangat vital dan tak bisa dihilangkan, karena memang ia dibutuhkan. Begitu pula nafsu, di samping akal, ia menjadi identitas bagi manusia.

Walau begitu banyak petuah bijak yang menyerukan bahaya dari nafsu itu sendiri, ia seakan harus dicap sebagai antagonis yang disalahkan, namun ia selalu ada dan memang tak bisa dihilangkan. Ibarat anjing galak, nafsu bisa menjadi liar dan menyerang apa saja yang ada di depannya. Jika kita berusaha lari darinya, ia akan mengejar kita dan bisa dipastikan kita akan terkejar bahkan diterkamnya. Dan jika kita melawan, bisa dipastikan kita akan kalah karena anjing liar yang sedang kalap tidak akan menyerah sebelum menang. Satu-satunya cara untuk mengatasinya adalah meminta majikannya untuk mengendalikannya. Karena anjing adalah hewan yang paling setia kepada majikannya. Karenanya, hanya dengan kendali majikannya ia bisa dijinakkan.

Dalam hal nafsu ini, yang menjadi majikan dan pemilik bukanlah diri manusia, tapi Alloh yang menciptakan dan menganugerahkannya. Bagaimana caranya?. Sebagai hamba, untuk bisa meminta sesuatu kepada tuhan tentu hanya dengan berdoa agar dia mengendalikan nafsu. Sayangnya, bukannya memohon agar nafsu kita diredam. Doa kita selama ini merupakan keinginan nafsu itu sendiri. Dengan kata lain, binatang buas yang bernama nafsu itu sudah sukses menerkam nurani.

YPI Miftahul Ulum Arena Sabung berubah Taman Surga

Dalam mengatasi tingkah anjing galak ini, sang tuan pasti lebih tau dari pada kita. Mungkin permintaan kita agar si anjing diusir atau dipukul saja, tidak sesuai dengan kehendak sang tuan. Bisa saja hanya dengan siulan sang tuan, si anjing bisa jinak. Begitu halnya dengan berdoa, ketika kita diberi persoalan oleh Alloh, Dia selalu mempunyai solusi yang mungkin berbeda dengan jalan pikiran kita. Dan bagaimanapun, cara Allohlah yang paling benar dan membuahkan manfaat. Karena Alloh lebih mengetahui tentang makhluknya yang bernama “persoalan” itu ketimbang manusia, yang natobenenya juga merupakan makhluk-Nya.

Berdoa dan nafsu merupakan dua hal yang sulit untuk bersama. Nafsu merupakan penghalang terkabulnya sebuah doa. Jalan keluar dalam masalah ini menurut Kiai Said, adalah dengan berziarah dan bertawasul kepada ruh yang universal, yaitu ruh para ulama yang sudah wafat. Sebab, ruh mereka sudah tidak lagi terikat dengan jasad dan nafsu.

“Untuk menghubungkan ruh kita dengan Sang Maha Absolut (abadi), kita harus mengistirahatkan nafsu dalam diri, melalui hubungan dengan ruh universal, yaitu ruh para ulama, syuhada, dan para shalihin.”

Setahu kita untuk mencapai titik A harus melewati jalur lurus. Namun boleh jadi, kita dituntun oleh Alloh untuk berbelok-belok terlebih dahulu, entah nanti kita akan sampai pada titik A atau malah putus di tengah jalan. Skanerio Alloh memang sulit ditebak, namun selalu menjadi solusi terbaik daripada apa yang kita rencanakan dan kita harapkan.

Rasanya, pembaca bisa menyimpulkan sendiri penjelasan di atas. Yang jelas berdoa adalah wujud kepasrahan dan ketidak berdayaan seorang hamba di hadapan keperkasaan tuhannya. Bukanlah memaksakan kehendak nafsu kita untuk memperoleh apa yang kita inginkan. Sayyidina Ali RAtelah mencontohkan doa yang indah yang menggambarkan wujud kepasrahannya terhadap semua pemberian Alloh. “Ya Alloh, aku mohon jangan Kau ringankan bebanku, tapi kuatkanlah punggungku.”

Dan satu hal yang perlu diketahui bahwa doa bukanlah sulap. Doa butuh keikhlasan apa adanya, tidak bertele-tele, karena sungguh dia Maha Mengetahui apa yang hambanya perlukan, sebelum dia memintanya. Hal ini sesuai dengan adab berdoa yang telah dijelaskan oleh Syekh Alawi al-Maliki yang mengharuskan selama kita berdoa harus merendahkan hati, bersikap tenang, disertai dengan rasa mengagungkan Alloh disertai pengharapan kepada-Nya.

Lantas bagaimana, doa bersama yang kemarin kita panjatkan dan doa-doa lain yang selama ini kita panjatkan?. Nafsu atau nuranikah yang berdoa?. Benarkah yang kita lakukan selama ini adalah berdoa?. Tentu kita sendiri yang dapat menjawabnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *