Madrasah Nurul Hidayah Buah Simpati Masyarakat

madrasah
Spread the love

Seiring perkembangan zaman, tidak sedikit lembaga-lembaga pendidikan Islam seperti madrasah mengalami perubahan sistem. Yang dulunya konsisten dengan sistem salaf, sekarang berubah menjadi sistem modern. Meski demikian, masih dapat kita jumpai di pelosok desa madrasah-madrasah yang tetap mempertahankan sistem salafiyah, seperti Madrasah Nurul Hidayah yang berada di Dusun Bere Elah, Desa Jeruk Porot, Kec. Torjun, Kab. Sampang.

Histori Madrasah

Madrasah Nurul Hidayah didirikan oleh KH. Muarif Zaini, salah satu alumni PP. Assirojiyyah (96). Pada mulanya madrasah ini hanya berupa surau kecil tempat para santri belajar mengaji ba’da salat magrib yang diselingi pendalaman ilmu fikih, tauhid dan tajwid dengan jumlah santri sekitar 42 orang pada tahun 2001. Belajar mengajar pada periode ini dilakukan dengan sistem bergilir antar kelompok karena keterbatasan pengajar.

Bersamaan dengan niat baik KH. Muarif mengabdi pada pendidikan, pada tahun 2004 M beliau menerima tanah waqof yang diperuntuhkan untuk pengembangan pendidikan yang beliau bina. Melihat kesempatan emas ini, beliau pun bermusyawarah dengan tokoh masyarakat sekitar tentang pembinaan pendidikan dan langsung disetujui.

Pada awal rampungnya pembangunan, tempat tersebut tidak langsung menjadi madrasah, melainkan hanya dipakai untuk kegiatan belajar mengajar seperti bisasa. Namun, melihat kurangnya pemahaman santri serta saran dari pamannya, maka pada akhir tahun 2005 atas dasar kesepakatan wali santri, KH. Muarif secara resami menyatakan pendirian madrasah tersebut.

Dalam pendiriannya, hampir tidak ada rintangan yang beliau rasakan. Sebab niat tersebut direspon baik oleh masyarakat sekitar. Hanya saja ada sebagian kecil dari mereka yang kurang setuju karena sudah ada surau tempat anak-anak mengaji.

Kendati demikian, bagi beliau hal tersebut sudah lumrah bahkan dianggap sebagai motivasi untuk terus konsisten ke depannya.

Jenjang Pendidikan dan Finansial

Madrasah Nurul Hidayah mempunyai visi misi yang tak jauh berbeda dengan PP. Asssirojiyyah, yakni Alqosdu Fi Tholabil Ilmi Li Izalatil Jahli Wa Li Mardlotillah (Tujuan mencari ilmu ialah untuk menghilangkan kebodohan dan menggapai rida Alloh). Adapun kurikulum yang diterapkan tetap mengikuti materi pendidikan salaf murni yang berkutat pada pendalaman ilmu agama saja meski maraknya pendidikan formal.

Nurul Hidayah memiliki  empat jenjang pendidikan, yakni Tahdiri, TPQ A-B, Ibtidaiyah (6 Tahun), serta Takmili. Sementara dalam kegiatan mengajar, KH. Muarif Zaini dibantu oleh enam tenaga pengajar, dua diantaranya adalah Guru Tugas (GT) dari PP. Assirojiyyah dan sisanya merupakan istri serta kerabat beliau.

Sebagaimana madrasah pada umumnya, di madrasah yang sudah berusia 18 tahun ini kegiatan belajar mengajar dimulai dari jam 01:30 WIB – 04:00 WIB yang diselingi salat berjemaah Ashar. Untuk meningkatkan pemahaman santri, Madrasah Nurul Hidayah juga menerapkan les atau takror kitab setelah ngaji (ba’da magrib). Hanya saja program tersebut tidak wajid diikuti melihat faktor jarak rumah saat santri  pulang di malam hari.

Menurut KH. Muarif Zaini, keunikan madrasah ini adalah terletak pada biaya pembangunan yang kesemuanya merupakan swadaya masyarakat. Hingga pernah masyarakat sekitar menangguhkan biaya untuk acara maulid selama dua tahun demi biaya pembangunan madrasah.

Adapun data santri saat ini sebanyak 153 orang meliputi putra dan putri. Sementara biaya operasional pendidikan bersumber dari uang iauran setiap bulannya sebesar Rp. 7.000 dan donasi dari para alumni. Sampai saat ini, KH. Muarif belum pernah menggunakan dana BOS untuk kepentingan madrasah. Hal ini semata-mata itba’ kepada pesantrennya (Assirojiyyah).

Beliau sangat gembira dan bersyukur, karena dengan adanya madrasah ini dapat mendedikasin dirinya kepada Alloh. Pesannya kepada santri agar selalu taat kepada aturan madrasah agar bisa menggapai ilmu yang bermanfaat. (Oleh: Khotimul Umam Al-Hariz)