Perdamaian pada hakikatnya adalah gagasan tentang kebebasan, di mana tujuan utamanya adalah menghadirkan kebahagiaan dan harapan bagi seluruh bangsa di dunia. Sayangnya, situasi dunia saat ini sedang tidak baik-baik saja. Berbagai belahan dunia terus dilanda konflik yang bermacam-macam, baik itu konflik antaragama maupun antaretnis.
Tak hanya di dunia, di negara kita sendiri, Indonesia, belakangan ini mulai marak terjadi tindakan anarkis dan sadis. Hal ini terlihat dari tawuran antarpelajar maupun ulah oknum-oknum tak bertanggung jawab yang merusak nama baik bangsa dan suatu golongan. Padahal, Indonesia dahulu dikenal sebagai bangsa yang santun, ramah, dan sangat peduli akan perdamaian.
Bapak Proklamator Indonesia, Soekarno, pernah menekankan betapa krusialnya peran pemuda. Beliau berkata: “Berikan aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru sampai ke akar-akarnya. Berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” Kutipan ini menunjukkan betapa sentralnya sosok pemuda dalam upaya mewujudkan dan menjaga perdamaian nusantara.
Oleh karena itu, sebagai pewaris bangsa Ibu Pertiwi, kita tidak boleh menyia-nyiakan momen seperti Hari Sumpah Pemuda. Jadikan hari bersejarah ini sebagai refleksi terhadap perjuangan pemuda di masa lampau. Renungkanlah pesan Bung Karno ini kepada para pemuda Gen Z saat ini: “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah. Perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”
Pesan ini mengingatkan bahwa tantangan pemuda hari ini adalah menjaga persatuan dan perdamaian di tengah berbagai konflik internal dan ancaman perpecahan. Dengan begitu, jadikan semangat Sumpah Pemuda sebagai kompas moral. Sudah saatnya kita para pemuda, mengambil peran aktif untuk mengguncangkan dunia dengan aksi nyata, bukan dengan konflik. Jaga dan rawatlah perdamaian bangsa ini, sebab itulah warisan terbesar yang harus kita pertahankan.
Oleh: Suheri Al-Aly

