Shadow

SAHABAT YANG SUKA MELUCU

Spread the love

Rosululloh shollallohu alaihi wasallam, punya sahabat kocak, jahil, konyol, tapi kreatif. Dialah Nu’aiman bin Amir bin Rafa’ah, sahabat dari kalangan Anshor penduduk asli Madinah.  Beliau juga tercatat sebagai salah satu dari 313 pejuang terbaik di dalam Perang Badar.

Nu’aiman banyak membuat lelucon, kejahilannya dapat membuat Rosululloh dan para sahabat tertawa terpingkal-pingkal. Yang menjadi target kejahilannya bukan hanya para sahabat, Rosulullohpun pernah menjadi target kejahilan Nu’aiman.

Suatu ketika, ia melihat penjual madu yang sedang kepanasan dan kelihatan letih setelah menjajakan madunya. Nu’aimanpun menghampiri penjual madu tersebut. Ia menyuruhnya mengantarkan madunya ke rumah Rosululloh.

‘’Nanti kamu minta duitnya.’’ Penjual madu gembira karena dagangannya laku. Ia akhirnya menuruti ucapan Nu’aiman. Ia datang menghadap Rosululloh dengan membawa seguci madu, hadiah dari Nu’aiman. Tentu saja Rosululloh sangat senang karena mendapatkan hadiah madu dari sahabatnya.

Namun keriangan Nabi, berubah menjadi keterkejutan, ketika penjual madu meyodorkan tagihan, “ini madunya ya Rosululloh, harganya sekian.‘’ Rosululloh sadar bahwa ini merupakan kerjaan Nu’aiman. Mau tidak mau, beliau harus membayar kepada penjual madu itu.

Beberapa saat setelah kejadian tersebut, Rosululloh memanggil Nu’aiman. Ia bertanya kepada sahabatnya mengapa melakukan itu. Nu’aiman menjawab dengan lembut dan tersenyum, ”Saya ingin berbuat baik kepada Anda ya Rosululloh. Tetapi saya tidak punya apa-apa.’’ Rosululloh hanya bisa memaklumi kajahilan sahabatnya itu.

Menjual Teman

 Pernah suatu hari, Nu’aiman bersama Sayyidina Abu Bakar pergi ke Basrah untuk berniaga. Suwaibith bin Harmalah juga ikut, dia bertugas membawa perbekalan. Nu’aiman meminta Suwaibith agar memberi makanan, tapi dia menolak karena Bos mereka tidak ada di tempat. ’’Tunggulah sampai Abu Bakar dating.‘’ Nu’aiman yang jengkel mengeluarkan ancaman, “Tunggulah pembalasanku!“.

     Nu’aiman lantas menemui beberapa orang, menawarkan budaknya yaitu Suwaibith dengan harga yang sangat murah, sambil membocorkan kelemahannya, yaitu budaknya sering mengaku dirinya merdeka.

Nu’aiman menunjuk kepadanya. Tentu saja Suwaibith berontak sambil mengatakan dirinya bukan budak. Tapi si pembeli berkeras kepala mengikatnya dan berkata, “kami sudah paham sifatmu.” Nu’aiman merasa puas dapat menjahili sahabatnya, untung saj Abu Bakar segera dating, sehingga urusan ini segera selesai.

Boleh jadi, dia adalah inspirator dari Abu Ali al-Hasan bin Hani al-Hakami atau yang biasa dikenal sebagai Abu Nawas yang cerdik, kocak dan tak kalah konyol dari sahabat Nu’aiman yang hidup di zaman Khalifah Harun al-Rasyid di Baghdad (806-814 M). Beliau juga pernah menjual baginda Raja Harun al-Rasyid kepada pedagang budak.

Ketika peristiwa tersebut diceritakan kepada Rosululloh, beliau tertawa. Nu’aiman adalah pembawa kegembiraan Rosululloh, mungkin karena itu Rosululloh pernah berkata, ‘‘Nu’aiman akan masuk surga sambil tertawa, karena ia sering membuatku tertawa”.

Sikap Rosululloh

Dari beberapa kisah tentang Nu’aiman kita bisa mempelajari hal tentang sikap Rosululloh kepada Nu’aiman yang jenaka.

Pertama, memakluminya. Rosululloh biasa saja ketika menjadi sasaran kejahilan Nu’aiman dalam membuat lelucon. Selama tingkah laku Nu’aiman tidak melanggar ajaran agama Islam, mungkin selama itu pula dimaklumi oleh Nabi.

Kedua, mengganti kerugian akibat kejahilan Nu’aiman. Selain cerita di atas, ada satu kejadian yang membuat Rosululloh mengganti rugi apa yang telah diperbuat Nu’aiman. Meski demikian, Rosululloh tidak marah. Bahkan beliau tersenyum karena apa yang dilakukan Nu’aiman memang menggelitik.

Ceritanya, pada suatu hari para sahabat berkata kepada Nu’aiman bahwa, dia sudah lama tidak makan daging unta. Mereka memiliki ide untuk menyembelih unta tamu Rosululloh. Nu’aiman langsung saja menyambut ide tersebut. Tamu Rosululloh  yang mengetahui untanya disembelih, mengadu kepada Rosululloh. Setelah ditanya, para sahabat menjawab bahwa pelakunya adalah Nu’aiman. Salah seorang dari mereka menunjukan tempat persembunyian Nu’aiman. Saat ditanya Rosululloh mengapa melakukan itu, jawaban Nu’aiman malah membuat Rosululloh tersenyum. ”Tanyakan saja kepada orang yang menunjukkan kepadamu tempat persembunyianku,’’ jawab Nu’aiman. Rosululloh lalu memberikan ganti rugi kepada pemilik unta degan jumlah yang lebih dari cukup, tanpa merasa marah.

Ketiga, melarang sahabat lain mencela Nu’aiman. ”Jangan mencela Nu’aiman, karena dia mencintai Alloh dan Rosulnya,’’ kata Rosululloh.

Kisah Nu’aiman mengabarkan kepada kita, bahwa Nabi Muhammad SAW adalah pribadi yang ceria, suka tertawa, dan bercanda. Beliau bersanda gurau dengan para sahabat dan para istrinya. Sayangnya, riwayat-riwayat tentang sisi humanis (kemanusiaan) Nabi ini jarang dipublikasikan. Nabi lebih dominan dihadirkan sebagai sosok yang lurus, kaku, dan hanya memberikan perintah atau gemar melarang saja. Padahal, banyak sisi humuris dan kepekaan sosial yang melekat dalam diri Nabi.

BY : MUHITH VLOG

Baca juga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *