Syeikh Ahmad Khatib Sambas adalah seorang ulama yang mendirikan perkumpulan Thariqah Qadiriyah Naqsyabandiyah. Perkumpulan thariqah ini merupakan penyatuan dan pengembangan terhadap metode dua thariqat sufi besar, yaitu Qadiriyah dan Naqsyabandiyah. Beliau bernama lengkap Ahmad Khatib bin Syeikh Abdul Ghaffar bin Abdullah bin Muhammad bin Jalaluddin Sambas al-Makki as-Syafiβi. Dilahirkan di Sambas, Kalimantan Barat pada tahun 1217 H/1804 M.
Pada waktu itu, rakyat Sambas hidup dari garis agraris dan nelayan. Hingga ditandatanganinya perjanjian antara Sultan Muhammad Ali Tsafiuddin (1815-1828 M) dengan pemerintahan kolonial Belanda pada tahun 1819 M. Perjanjian ini membentuk sebuah pola baru bagi masyarakat Sambas yakni perdagangan maritim.
Pada masa kecilnya, Ahmad Khatib Sambas diasuh pamannya yang terkenal sangat alim dan waraβ di wilayah tersebut. Ahmad Khatib Sambas menghabiskan masa remajanya untuk mempelajari ilmu-ilmu agama. Ia berguru dari satu guru ke guru lainnya di wilayah Kesultanan Sambas. Salah satu gurunya yang terkenal di wilayah tersebut adalah H. Nuruddin Musthafa, Imam Masjid Jamiβ Kesultanan Sambas.
Kemudian meneruskan pendidikannya ke Timur Tengah, khususnya ke Mekkah. Di sana beliau berguru di antaranya kepada Syekh Daud bin Abdullah al-Fathani yang dikenal sebagai guru besar Tarekat Syatariyah. Beliau juga berguru kepada Syekh Syamsuddin, guru besar Tarekat Qadiriyah dan kepada Syekh Sulaiman Effendi, guru besar Tarekat Naqsyabandiyah yang berpusat di Jabal Abu Qubais.
Sebagai remaja yang tumbuh terampil dan cerdas, maka pembelajaran ilmu yang seharusnya diselesaikan dalam waktu 30 tahun, akhirnya oleh Syekh Ahmad Khatib Sambas hanya ditempuh dalam waktu 3 tahun rampung. Melihat kenyataan ini, kemudian sang guru Syekh Syamsuddin melantik beliau menjadi Syekh Mursyid Kamil Mukammil dalam lingkungan Thariqat Qadiriyah Wan Naqsabandiyah.
Ajaran Syekh Ahmad Khatib Sambas dari Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah ini diyakini kebenarannya, terutama dalam hal-hal kesufian. Beberapa ajaran yang merupakan pandangan para pengikut tarekat ini bertalian dengan masalah tarekat atau metode untuk mendekatkan diri kepada Alloh SWT. Metode tersebut diyakini paling efektif dan efisien. Karena ajaran dalam tarekat ini semuanya didasarkan pada Alquran, hadis, dan perkataan para ulama arifin dari kalangan salafus shalih.
Thariqat Qadiriyah dan Naqshabandiyah mempunyai peranan penting dalam kehidupan muslim Indonesia, terutama membantu dalam membentuk karakter masyarakat Indonesia. Bukan karena Syekh Ahmad Khatib sebagai pendiri adalah orang lokal (Indonesia), tetapi para pengikutnya yang juga ikut serta berjuang dengan gigih terhadap imperialisme Belanda melalui gerakan sosial keagamaan dan institusi pendidikan setelah kemerdekaan.
Salah satu murid beliau adalah KH. Kholil Bangkalan, Madura. Sepeninggal Syekh Ahmad Khatib Sambas, Imam Syekh Nawawi al-Bantani ditunjuk meneruskan mengajar di madrasah beliau di Mekkah. Sedangkan Syekh KH. Kholil Bangkalan, Syekh Abdul Karim dan Syekh Tolhah diperintahkan pulang ke tanah Jawa dan ditunjuk sebagai khalifah yang berhak menyebarkan dan membaiat murid dalam Thariqah Qadiriyah Wan Naqsyabandiyah.
Syekh Ahmad Khatib Sambas wafat pada bulan Safar tahun 1289 H, bertepatan pada bulan April tahun 1875 M dalam usia 72 tahun. Jasad mulia beliau dimakamkan di daerah Maβla, Mekkah al-Mukaramah. (Source: Nu Online)
Oleh : Anggun Hari Mukti