TONGAREH YANG SIAL, TAPI SYAWAL ISTIMEWA

Spread the love
SYAWAL

By: Muhammad Khoirul Alam Akbar

Syawal merupakan bulan yang spesial bagi umat Islam. Di bulan ini, umat Islam merayakan Hari Raya Idul Fitri. Perayaan ini dianggap sebagai ganjaran Alloh atas keberhasilan menyelesaikan puasa Ramadlan. Di bulan ini juga, dianjurkan melakukan puasa sunnah khususnya puasa 6 hari pertama sebagai keutamaan dan kompensasi kekurangan yang mungkin dilakukan seseorang selama Ramadlan.

Dalam kitab Dalil al-Falihin, Muhammad bin Allan al-Shiddhiqi menjelaskan bahwa nama Syawal diambil dari kalimat Shalat al-Ibil, yaitu seekor unta yang mengangkatnya.

Sementara menurut Ibnu Manzur dalam Lisanul Arab menegaskan, Syawal berasal dari kutipan Syalat an-Naqah bi dzanabiha, yaitu unta betina yang mengikat ekornya. Sedangkan ahli bahasa terdahulu menyandarkan riwayat penamaan itu pada peristiwa yang biasa terjadi pada bulan ini yaitu kondisi susu unta yang sedikit. Fenomena ini dikenal dengan istilah Tasywil Laban al-Ibil.

Dapat disimpulkan bahwa Syawal berasal dari kata Syawwala yang bermakna ‘menjadi lebih sedikit dari sebelumnya’.

Pada masa jahiliyyah, bulan Syawal dipercayai sebagai bulan pantangan untuk melangsungkan pernikahan. Masyarakat Arab jahiliyyah dulu melarang untuk mengadakan pernikahan di bulan ini, sebab dianggap sial dan bisa mendatangkan bahaya. Namun setelah datang risalah kenabian, kepercayaan itu dihapus. Sebab Islam datang tidak hanya menjamin keesaan Alloh, melainkan juga menata tradisi masyarakat yang kurang baik, termasuk mitos-mitos yang merugikan mereka. Hal ini dibuktikan dengan pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Sayyidah Aisyah yang berlangsung di bulan Syawal.

“Rosululloh SAW menikah denganku pada bulan Syawal dan menggauliku pada bulan Syawal. Lalu pada istri-istri beliau SAW yang lebih beruntung dan dekat dengan hati saya.” (Muttafaq Alaih).

Pernikahan Nabi di bulan Syawal ini menjadi alasan untuk menghilangkan tradisi buruk pada saat itu. Sebab pada masa jahiliyyah, Alloh menurunkan wabah penyakit yang menyebabkan kematian, termasuk pada pengantin yang sedang melangsungkan pernikahan. Sehingga mereka beranggapan bahwa menikah di bulan Syawal dapat menimbulkan malapetaka.

Sehingga menurut Syekh Muhyiddin Syaraf an-Nawawi dalam Kitab al-Minhaj Syarhu Shahih Muslim menegaskan bahwa hadis di atas bermaksud untuk menyangkal kepercayaan masyarakat jahiliyyah tentang mitos ketabuan menikah, menikahkan atau berhubungan intim antara suami istri di bulan Syawal. Bahkan oleh madzhab Syafi’i, hadis tersebut yang kemudian dijadikan rujukan atas kesunnahan menikah di bulan Syawal.

Selain perkawinan, hal serupa dilakukan oleh Nabi dalam bidang peperangan. Yang semula ada kepercayaan tidak baik berperang di bulan Syawal, tapi justru Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat melakukan peperangan pada bulan tersebut. Di antaranya Perang Bani Qainuqa’ dan Perang Uhud yang terjadi pada 17 Syawal 3 Hijriyyah.

Bulan Syawal yang dipenuhi mitos buruk masyarakat jahiliyyah, ternyata memiliki banyak keistimewaan, antara lain:

Hari Raya Idul Fitri

            DatangnyaHari Raya Idul Fitri sangat ditunggu oleh seluruh umat Muslim manapun. Perayaan ini merupakan momen sakral, dimana segenap kaum muslimin merasa gembira setelah sebulan lamanya menjalni ibadah puasa yang penuh dengan tantangan. Tantangan menahan lapar dan dahaga, juga tantangan mengendalikan hawa hafsu. Andaikan otomotif, bulan puasa adalah waktu untuk menservis batin, jiwa yang angku, rakus dan kotor perlu dibersihkan dengan menjalani ibdah puasa. Sehingga lebaran ini dinamakan ‘Idul Fitri’ yaitu kembali suci. Artinya sekian bulan lamanya, mungkin hati ini telah ternodai oleh beragam maksiat yang tak terhitung. Melalui ibadah puasa di bulan Ramdlan, hati yang kotor, perlahan dibersihkan dengan fokus beribadah melalui amal-amal yang baik. Hingga akhirnya disambut dengan pesta Hari Raya Idul Fitri.

            Bulan Syawal menjadi istimewa sebab Idul fitri sendiri jatuh pada tanggal 1 Syawal. Hal semacam ini tidak akan ditemukan pada bulan-bulan yang lain. Kalaupun ada, itu terjadi pada bulan Dzul hijjah, yaitu Hari Raya Idul Adlha. Keistimewaan langit karena dihiasi rembulan dan bintang gemintang, keistimwaan bumi sebab dihiasa manusia, lautan dan pepohonan. Begitupun Syawal menjadi istimewa sebab adanya Idul Fitri.

Tradisi Silaturahim

Bulan Syawal dimanfaatkan umat Islam untuk saling bersilaturahim. Salah satu keistimewaan bulan Syawal ini biasanya dilakukan dengan berbagai kegiatan seperti mudik ke kampung halaman dan saling bermaafan dengan keluarga, tetangga, dan teman-teman.

Bulan Syawal merupakan bulan yang penuh berkah dan ampunan dari Alloh SWT dengan silaturahim dan bermaaf-maafan yang dilaksanakan oleh seluruh umat Islam. Meski sejatinya silaturahim bisa dilakukan kapan saja, namun pada bulan Syawal ini momen yang sangat pas bersamaan dengan perayaan lebaran.

Menyambung silaturahim kepada sesama manusia secara langsung akan mendatangkan rezeki yang lapang dan umur panjang. Hal itu sebagaimana dalam sebuah hadis shahih yang berbunyi, “Barangsiapa ingin dilapangkan rezekinya dan ditambah umurnya, maka hendaklah menjalin silaturrahim.” (HR. Bukhari).

Puasa 6 hari di bulan Syawal

Puasa pada hari pertama bulan Syawal tentu dilarang, karena pada saat itulah Idul Fitri berlangsung. Namun, dianjurkan untuk berpuasa selama enam hari di bulan ini. Puasa dapat dimulai dari hari kedua Syawal. Seseorang dapat berpuasa enam hari kapan saja selama Syawal, meskipun perbuatan baik yang terbaik adalah yang dilakukan paling cepat.

Puasa selama enam hari di bulan Syawal adalah keutamaan yang sangat besar bagi umat Islam. Puasa ini juga bisa mengkompensasi kekurangan yang mungkin dilakukan seseorang selama puasa Ramadhan. Meskipun puasa Syawal tidak wajib, tetapi sangat dianjurkan seperti sabda Nabi “Barangsiapa yang berpuasa Ramadlan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim).

Bulan Nikahan

Bulan Syawal dikenal sebagai bulan yang baik untuk menikah. Pada bulan Syawal, Rosululloh SAW melangsungkan pernikahan dengan Ummu Salamah di tahun kedua bulan Hijriyah pasca perang Badar. Sebelumnya, Rosululloh juga menikahi Aisyah RA. di tahun ke-10 kenabian pada bulan Syawal. Selain dua perempuan tersebut, nabi juga menikahi seorang wanita bernama Saudah di bulan yang sama. Sebab inilah, sampai sekarang menjadi tradisi bagi kaum muslimin termasuk di Madura yang ramai-ramai menggelar pesta pernikahan di bulan Syawal.

Bagi orang Madura sendiri, Syawal dikenal dengan bulan Tongareh (Tujuh Hari). Artinya tujuh hari setelah lebaran Idul Fitri, masyarakat Madura mengadakan lebaran kembali yang dikenal dengan Lebaran Ketupat (Topak : Madura). Perayaan lebaran tersebut menjadi ciri khas sendiri bagi masyarakat Madura dibandingkan daerah-daerah yang lain. Dan pada waktu tujuh hari itu pula, sebagian masyarakat biasanya mengisinya dengan puasa sunnah Syawal selama 6 hari sebagaimana keterangan di atas.

Bulan Tongareh sangat membawa berkah bagi mereka yang melangsungkan pernikahan, juga secara ekonomi bisnis menjadi peluang dan keberuntungan bagi para pemilik jasa dekor mantenan dan souvenir. Sehingga wajar bila bulan ini dikenal dengan ‘Bulan Mantenan’.

Baca Juga