“Andik santreh settong kakeh morok, duwek, morok, tak andik sakaleh morok kaluarganah, anak-bininah”
(Punya santri satu atau dua orang kamu harus ngajar, kalaupun tidak punya, kamu harus tetap ngajar keluargamu, anak dan istrimu)
Seiring perkembangan zaman, tidak dapat dipungkiri bahwa tidak sedikit lembaga-lembaga pendidikan Islam seperti madrasah yang perlahan ditinggal oleh muridnya. Menjauhnya murid dari lembaga tersebut bisa disebabkan oleh berbagai faktor dan alasan. Sebagian ada yang berpendapat bahwa hal tersebut disebabkan oleh hadirnya pendidikan formal yang kurikulumnya sangat padat sehingga menyebabkan peserta didik merasa lelah dan rela meninggalkan pendidikan madrasahnya. Dan sebagaian yang lain tidaklah berpendapat demikian.
Kendati demikan, hal ini bukan menjadi hambatan bagi seorang guru untuk terus mengajarkan ilmunya. Tidak menjadikan guru ciut nyali dan menyerah sebab ditinggal oleh para muridnya.
Kalam bijak di atas bisa dijadikan renungan bagi generasi Islam khususnya santri. Bahwa perkara pokok yang diwariskan oleh para nabi ialah ilmu. Ilmu bisa lestari dengan cara diajarkan oleh ahlinya kepada yang bukan ahlinya. Artinya, orang yang dibekali ilmu hendaknya mengamalkan dan mengajarkannya kepada orang lain. Nabi Muhammad bersabda : “Sampaikan dariku walau satu ayat.” (HR. Bukhori).
Sebagai pengajar sejati, tentunya harus konsisten dengan tugasnya. Karena mengajar merupakan proses jangka panjang yang membutuhkan jiwa tekun dan tabah. Terlepas banyak atau sedikitnya murid yang ada, hal tersebut bukan menjadi alasan untuk berhenti mengajar. Sebab dari sekian juta umat Nabi Muhammad SAW, harus ada yang memberi bimbingan kepada yang lainnya. Bahkan santri yang hakekatnya berbekal ilmu agama harus menjadi garda terdepan untuk mengemban amanat mulia ini.
Ditambah lagi, mengajar itu meruapakan perbuatan yang amat sakral di sisi Alloh SWT. Sebab dengan mengajar, kita telah menyalurkan manfaat kepada orang lain, baik kepada diri sendiri, keluarga, masyarakat hingga bagi negeri kita sendiri. “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ath-Thobroni, Ad-Daruqutni)
Oleh: Abd. Hannan