Al-insan abdul ihsan. Sejatinya nanusia pencinta kebaikan. Di antara wujud kebaikan sosial adalah kerukunan sebagai potret harmoni sosial yang senantiasa menjadi dambaan semua insan. Kerukunan ciptakan kebahagiaan, sebagaimana disyairkan oleh Almuallim tentang seruan hidup dalam penggalan lirik lagu berikut,
Hidup mestilah rukun # Sampai turun temurun
Hai saling bantu membantu # Agar kita bahagia
Mari-marilah rukun # Diliputi rasa iman
Nabi Muhammad bersabda # Satu angota sakit
Sekujur badan merasakan # Itulah jiwa mukmin
———-dan seterusnya———-
Syair ini merupakan pesan beliau melalui kalimat-kalimat bermakna untuk kita, sangat mudah dipahami, kalimat lugas. Yang menjadi pertanyaan, mampukah dijalani?. Semoga mampu, dengan izin Alloh. Kalau kita mau menganalisis lirik-liriknya, ditemukan beberapa value/nilai/pesan, yaitu (1) realisasi rukun lintas generasi, (2) kerukunan diwujudkan dengan saling bantu membantu, (3) kerukunan ciptakan kebahagiaan, (4) berbuat kebaikan dalam bentuk kerukunan memiliki landasan, hadis Nabi Muhammad SAW, iman, dan (5) jiwa mukmin yang sejati, peka terhadap apa yang dirasakan saudaranya bagaikan satu anggota tubuh yang sakit, tetapi semua badan merasakan sakitnya.
Value yang pertama kerukunan tercipta lintas generasi. Pembudayaan kerukunan perlu terus digalakkan, teladan dari senior agar diteladani oleh juniornya dalam langkah-langkah yang nyata sehingga mudah dicerna dan dicontoh. Dalam keluarga, anak tertua sejatinya menjadi panutan adik-adiknya. Contoh nyata dalam sikap lebih mudah ditiru daripada hanya sekedar kata dalam deretan kalimat demi kalimat tanpa mengenyampingkan nilai dokumentasi karya tertulis. Artinya, pembudayaan baik khususnya kerukunan leluhur dapat dibaca oleh generasi yang tidak sezaman dengan generasi berikutnya. Sebagaimana kita mengenal Nabi Muhammad melalui kitab sejarah beliau dan juga perjuangan para ulama dan pejuang pembela agama dan bangsa serta para sesepuh kita.
Value kedua adalah wujud kerukunan dalam saling membantu. Dalam pepatah disebutkan ringan sama-sama dijinjing, berat sama-sama dipikul. Tiada seorangpun di bumi ini yang dapat hidup sendirian. Kita merupakan manusia yang lemah dan dapat diyakini apapun kondisi kita, pasti membutuhkan orang lain. Pemilik fisik yang kuat difungsikan untuk mengangkat barang yang berat. Pemilik fisik yang lemah lembut berperan sebagai penata barang-barang yang butuh perlakuan halus penuh kehati-hatian. Pemilik mental yang sensitif difungsikan dalam aksi simpati dan empati. Pemilik mental yang prima mampu menghadapi masalah dengan pemikiran yang cemerlang. Sebagaimana anggota tubuh kita memiliki fungsi-fungsi tersendiri.
Value ketiga tentang kegunaan hidup rukun. Kerukunan hadirkan kedamaian dan kebahagiaan. Kerukunan simbol persatuan. Indonesia merdeka di antara penyulutnya adalah persatuan yang menghasilkan kekuatan sehingga bendera merah putih dapat berkibar di angkasa. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Gambaran lainnya adalah sapu lidi jika hanya satu lidinya, tidak akan mampu membersihkan kotoran di lantai/tanah. Jika puluhan lidi diikat menjadi satu/sapu lidi, sangat mudah membersihkan kotoran.
Value keempat dan kelima merupakan bukti sang penyair adalah orang yang berilmu dan berkomitmen, di dalam melakukan perbuatan berlandaskan ilmu. Jiwa mukmin yang sejati memiliki simpati dan empati kepada saudara-saudaranya. Rasulullah telah menggambarkan dalam satu anggota yang sakit, misalnya sakit gigi, seluruh badan ikut merasakan sakitnya pula. Saudara dapat mengacu pada berbagai lingkup; saudara sedarah/keluarga, sealmamater, setanah air, seiman, dan sesama manusia. Bukankah Nabi Muhammad bersabda bahwa manusia yang paling baik adalah mereka yang bermanfaat bagi yang lain tanpa memandang status sosial?.
Menciptakan kerukunan/persatuan dalam hidup berkeluarga bahkan bermasyarakat yang notabenenya semua hidup dalam berbagai perbedaan memiliki dua sudut potensi; mudah dan sulit. Kita lahir tercipta dalam kondisi yang beragam; seks, gender, ras, etnis, profesi, watak, ekonomi, politik, dan lain sebagainya diserukan oleh Alloh untuk saling mengenal bukan saling mencaci dan membenci. Toleransi, sikap menghargai dan saling menghormati dapat mempermudah hadirnya kerukunan, menghargai berbagai perbedaan/keberagaman sebagai anugerah Ilahi. Bila sebaliknya, potensi sulit muncul. Lebih dari itu, hati yang dituntun oleh keimanan, jalan mulus menuju kerukunan dan persatuan. Hati yang dituntun oleh nafsu memudahkan permusuhan yang berkepanjangan.
Es campur terdiri dari berbagai unsur; es serut, susu milk, gula, jelly/agar-agar, kolang-kaling. Rujak terdiri dari timun, sebagian sayur mayur, tahu, tempe, kacang, petis, asam jawa, gula, garam, ditambah kerupuk sebagai pelengkap. Es campur dan rujak terdiri dari berbagai unsur, yang jelas berbeda dan dicampur menjadi satu dengan nama tertentu dan nikmat memanjakan lidah. Demikian gambaran harmoni sosial, rukun/bersatu di atas perbedaan/keberagaman. Semoga kita dimampukan Alloh melahirkan harmoni sosial di tengah keluarga hingga masyarakat luas, negara, bahkan dunia. Negara damai, kita tenang beribadah; ibadah murni dan ibadah sosial. Rahmat Alloh tercurah pada mereka yang bersatu يد الله مع الجماعة (Nyai HJ. Hainunatus Zahro’, S. Pd., M. Pd)