Dalam sejarah, dulu wanita diperlakukan sangat tidak baik, benar demikian Kiai?
Tujuan nabi diutus salah satunya untuk memuliakan para wanita. Sebab, wanita pada zaman jahiliyyah dianggap hina. Sehingga jika melahirkan anak perempuan pada saat itu ada yang dikubur hidup-hidup. karena merasa hina dan malu punya anak perempuan.
Bagaimana caranya memahami letak kehormatan wanita?
Ya tidak dijual, kita tidak boleh meniru orang-orang jahiliyyah, yang sampai menjual anaknya. Kita jaga kehormatan auratnya, kita jaga keinginan-keinginannya, lebih-lebih wanita yang sudah punya anak.
Kalau kita bisa mengantarkan mereka (wanita) menjadi ibu yang baik yang mencakup al-Jannatu tahta aqdamil ummahat (surga di telapak kaki ibu) maka insyaalloh seorang anak akan gampang masuk surga. Ya, kita sebagai anak harus bisa berbakti kepada Ibu. Sebab, seorang ibu memiliki tiga derajat lebih tinggi dari pada bapak.
Cara laki-laki menghormati wanita, apakah cukup dengan bersikap baik saja?
Lah iya harus berbuat baik, dengan cara ta’dib (mendidik). Katakanlah mengajar, kita kadang-kadang marah namun tidak boleh sampai melukai. Tapi pasti kadang-kadang kita marah. Nah apabila tujuannya untuk kebaikan dia (wanita), ya tidak apa-apa.
Bagaimana sikap saling menghormati antara laki-laki dan perempuan?
Kalau perempuan ini masyalloh. Ketaatan pada suami itu mengalahkan ketaatan pada orang tua, itu luar biasa. Islam mengajarkan seorang istri taat pada suaminya itu mengalahkan taat kepada orang tuanya sendiri. Kalau suaminya berkata jangan keluar, lalu orang tuanya menyuruh keluar itu tidak bisa keluar. Katakanlah punya kekhususan dan lebih berat, memang. Tapi itu dibenarkan dan lebih enak.
Apakah setiap wanita harus dihormati, meskipun prilakunya kurang baik?
Ya, tentu saja kita baiki semuanya. Baik itu yang menutup aurat ataupun tidak. Caranya, ya kita jangan melihat, jangan malah dipandang, wanita kan senang kalau dipeloroti. Dengan kita tidak memandang seorang wanita, itu secara tidak langsung kita sudah menghormatinya.
Seorang wanita yang mengekspos fotonya di sosial media, apakah termasuk tidak menjaga kehormatan dirinya?
Iya, merusak dirinya sendiri. Bukan kesalahan kita, tapi salah mereka sendiri.
Lalu orang terlanjur melihat fotonya?
Itu urusan pribadi. Kalau urusan pribadi jangan dibicarakan kepada orang banyak lah. Tidak enak.
Meski yang diekspos masih menutup aurat?
Tetap kurang baik. Kecuali kalau mamang sifatnya kewajiban. Katakanlah seperti halnya mengajar. Zaman Nabi saja sudah ada, seperti Siti Aisyah biasa bertemu laki-laki ataupun muridnya. Yang laki-laki juga banyak demikian.
Jadi, lebih baik tidak perlu berhubungan dengan sosial media?
Boleh saja, kalau sifatnya kebutuhan. Seperti mengajar, sidang di pengadilan, transaksi ekonomi di pasar. Tidak apa-apa lah, tergantung kebutuhan.
Jika sudah terlanjur melihat foto wanita, siapa yang patut disalahakan?
Gak usah dijero-jerono, tidak usah terlalu dalam lah kita ngupas itu. Alloh itu Maha Sayang, Alloh itu Maha Pemurah. Kalau kita terlalu dalam bahas hal itu, repot nanti.
Kadang begini Kiai, wanita mengekspos foto, lalu laki-laki melihatnya. Siapa yang patut disalahkan?
Semuanya salah. Tapi ya maklum, wanitanya mengekspos fotonya lalu para laki-laki melihatnya. Tapi ya beginilah dunia ini sudah penuh kerusakan. Kalau sudah penuh kerusakan, ya enak saja اِذَا ضَاقَتْ ِاتَّسَعَتْ. Pokoknya, kita masih bisa berdakwah, kita masih bisa menjalankan syariat agama, ini saja. Insyaalloh Indonesia ini sudah paling enak.
Sekarang banyak sekali terjadi tindak pelecehan terhadap wanita, bagaimana menurut Kiai?
Ya memang, anak-anak ini sudah lepas kendali, baik laki-laki ataupun perempuan. Tidak pandang bulu, artinya baik dari keluarga yang baik apalagi yang tidak baik, ini sudah termasuk bencana. Tapi ya sudahlah. Apa yang belum diusahakan, kita usahakan. Insyalloh yang terjadi di masyarakat tidak seberapa, tidak sebesar di media.
Jadi, memang sangat besar dampak kericuhan terhadap wanita?
Iya. Dan muslim lagi yang diekspos, yang diramaikan kadang juga dari pesantren. Jadi, wanita yang seperti ini dampaknya bukan hanya dirinya sendiri tapi agama juga keluarga mereka.
Kalau ibunya kurang baik akan melahirkan anak yang kurang baik?
Biasanya seperti itu. Ibu itu sama seperti tanah, kalau tanah yang rusak lalu dikasih bibit, tumbuhnya ya tambah rusak, itu yang paling pokok. Jadi anak-anak yang berhasil itu berawal dari ibu. Ibu itu seperti pabrik, kayak industri anak. Kalau industrinya bagus, keluarnya juga bagus, walaupun dari laki-laki yang kurang baik, insyalloh begitu. Tapi ya jangan ditutupi. Memang, ada juga laki-lakinya yang baik, perempuannya yang bagaimanapun juga, anaknya akan menjadi baik, ada juga seperti itu, namun sedikit. Yang banyak kalau yang saya tau, ibunya yang baik.
Wanita yang baik akan berpasangan dengan laki-laki yang baik, apakah seperti itu Kiai?
Oh itu pasti. Tidak mungkin perempuan yang baik, akan mendapatkan laki-laki yang tidak baik. Tergantung dirinya sendiri, namanya juga manusia tidak ada yang sempurna. Dan itupun bukan tolok ukur manusia, itu tolok ukur Alloh. Seseorang yang awalnya tidak baik lalu bertobat menjadi baik, itu sudah dianggap baik. Jadi, masa lalu seseorang itu tidak dijadikan tolok ukur.
Lalu tolok ukur wanita baik di zaman sekarang?
Susah, tidak ada ukuran. Ya ukurannya standar umum لَاتَرُدُّ يَتَلاَبِسْ (Tidak mau diganggu orang lain).
“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah istri yang shalihah.” (HR. Muslim).
Apakah itu bentuk pemuliaan Islam terhadap wanita?
Iya, tapi itu yang tidak gampang diganggu orang lain. Kalau gampang diganggu orang lain, itu kan tidak baik. Banyak wanita baik, tapi kalau diganggu malah mau, yang seperti ini sangat prihatin sekali. Jadi wanita dalam konteks perhiasaan ini adalah yang tidak mudah diganggu orang lain, namanya juga perhiasaan. Jadi, perempuan itu memang menarik, siapapun melihatnya.
Pesan Kiai untuk wanita dan laki-laki zaman sekarang?
Intinya sama-sama punya tanggung jawab, memahami kewajiban yaitu saling menghormati dan saling mengetahui, baik itu yang sudah berkeluarga ataupun masyarakat umum. Seperti wanita yang belum punya suami, lalu tampil dengan berpakaian yang tidak senonoh, keluar malam-malam. Ya kita harus memberitahu, amar makruf nahi munkar lah. Karena pokok negara itu ada pada perempuanاَلنِّسَاءُ عِمَادُ اْلبِلاَدِ (wanita adalah tiang negara). Subhanalloh waktu kemerdekaan, pejuang juga ada yang perempuan, seperti RA. Kartini, Ibu Fatmawati. Perempuan punya andil apalagi dalam keluarga, anak-anak bisa berhasil karena seorang ibu. Kalau wanitanya baik, insyalloh negaranya juga baik.