Oleh: Nyai Hj. Hainunatus Zahro’, S.Pd., M. Pd.
Perempuan pada Masa demi Masa
Perempuan itu manusia yang mudah disentuh dengan hati. Hal ini berdasarkan apa yang disebutkan dalam hadis tentang penciptaan perempuan dari ‘dlila’. Nabi Adam tercipta dari material tanah sedangkan perempuan tercipta dari tulang rusuk kiri laki-laki yang bengkok sehingga meluruskannya harus dengan penuh kehati-hatian.
Zaman jahiliyah. Tatkala itu, tradisi menguburkan anak perempuan hidup-hidup tidak terelakkan. Mereka merasa bahwa ketika memiliki anak perempuan, merasa hina. Fisik perempuan yang tercipta lemah dibandingkan laki-laki sehingga tidak mampu melakukan aktivitas yang berat.
Zaman kedatangan Islam. Nabi Muhammad SAW diturunkan oleh Alloh sebagai rasul yang rahmtallil aalamiin yang terbungkus dalam agama mulia, Islam. Islam mengangkat derajat perempuan yang awalnya dianggap hina menuju perempuan yang mulia. Hadis Nabi Muhammad SAW yang mengetengahkan perempuan yang berstatus sebagai seorang ibu lebih berhak untuk dimuliakan terlebih dahulu daripada seorang laki-laki yang bersatatus ayah.
Ibu Kartini. Konteks khusus di negara kita, sosok perempuan RA. Kartini yang memperjuangkan derajat perempuan melalui bidang pendidikan sebagai sosial elevator. Sebagaiman diketahui bahwa di zaman kolonial, yang mampu mengeyam pendidikan hanyalah golongan elit, sedangkan mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan tidak berkesempatan belajar.
Islam Membaca Perempuan
Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan yang kesemuanya memiliki nilai guna/berguna. Alloh menciptakan laki-laki dan perempuan dengan fisik dan psikis yang berbeda. Hal yang telah diketahui bersama bahwa ciptaan-Nya tidak ada yang sama, meskipun kembar sekalipun, mirip misalnya. Dalam kajian berbagai kitab dinyatakan bahwa perempuan itu dalam strata kurang agama dan akalnya. Kurang agamnya sebab memang setiap bulan selalu absen beribadah lima waktu sehingga diperlukan pendamping yang mengajaknya menuju Alloh. Terkait kurang akal, sebab secara psikis, perempuan mengutamakan perasaan dalam berpikir sehingga mudah menangis.
Kisah Sy. Umar, sosok lelaki penuh pengertian kepada istrinya yang sedang marah. Amarahnya diungkapkan dalam kalimat demi kalimat. Pada suatu hari, ada seorang laki-laki yang berkehendak untuk mengadukan istrinya yang marah-marah kepada beliau. Namun, ketika sampai ke pintu rumah Sy. Umar, ternyata ia mendengar suara istri Sy. Umar yang sedang marah kepadanya. Lelaki ini langsung membalikkan badan, pulang. Sy Umar sadar bahwa ada seseorang yang mengetuk pintu kala beliau mendengarkan perkataan demi perkataan istrinya. Segeralah beliau membuka pintu dan melihat punggung laki-laki itu dan segera memanggilnya. Alhasil, perbuatan istri Sy. Umar RA kepadanya/baginya merupakan hal yang wajar sebab seorang istri telah melakukan apa yang bukan kewajibannya; mememasak, membersihkan rumah, dan mencuci. Di samping mengandung, dan menyusui putranya. Si lelaki tersebut akhirnya memposisikan dirinya seperti sikap beliau.
Pahala perempuan yang sabar dalam menghadapi suami yang tidak baik etikanya seperti pahala yang diterima oleh Sy. Maryam binti Mazahim, disediakan rumah mewah di surga. Kesabaran laki-laki/suami yang memiliki istri yang jelek perangainya sebagaimana pahala yang diterima Nabi Ya’kub AS.
مَنْ صَبَرَ عَلَى سُوْءِ خُلُقِ امْرَاَتِهِ اَعْطَاهُ اللهُ مِنَ اْلاَجْرِ مِثْلَ مَااَعْطَاهُ اَيُّوْبَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ عَلىَ بَلاَئِهِ وَمَنْ صَبَرَتْ عَلىَ سُوْءِ خُلُقِ زَوْجِهَااَعْطَاهَا اللهُ مِنَ اْلاَجْرِ مِثْلَ ثَوَابِ اَسِيَةَ امْرَاَةِ فِرْعَوْنَ
Dikisahkan tentang kesabaran lelaki shalih atas istrinya yang berperngai tidak baik, menjadikan macan tunduk kepadanya dengan membawakannya kayu bakar. Ketika saudara fillah menikah dengan istri yang shalilah, pemandangannya berbeda, macan tidak bersamanya lagi sebab istrinya telah memberikan rasa nyaman kepadanya di rumah.
Mengambil sari dan ibrah/pelajaran dari kisah terdahulu dan hadis yang disarikan dari kitab Uqud Lujain dapat disimpulkan bahwa laki-laki/perempuan baik sebagai istri maupun suami mereka adalah manusia yang memiliki perangai yang beragam. Manusia memiliki tingkat emosi tertentu, amarah dapat berpotensi timbul dari kedua belah pihak. Remote kontrol emosi yang baik dari kedua belah pihak, dapat meredam api amarah. Api akan tersulut dengan kayu dan api padam dengan air. Emosi akan membara jika dilawan dengan emosi. Lawan emosi dengan air, dicoba ditahan dan bahkan ditahan-tahankan agar emosi tidak tersulut. Bukankah al-Quran dalam surat al-Mu’min telah dijelaskan bahwa di antara ciri muttaqin yaitu menahan amarah dan pemaaf/وَاْلكَاظِمَيْنَ اْلغَيْظَ وَاْلعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِ
Dalam konteks ibadah/penghambaan, Alloh tidak membedakan di antara dua jenis kelamin ini. Sebagaimana dalam firman-Nya “Sesungguhnya Alloh tidak akan menyia-nyiakan amal perbuatan, baik laki-laki maupun perempuan.” Alhasil, semua berpotensi meraih pahala. Sebagaimana dalam surat an-Nisa’ disebutkan bahwa laki-laki dan perempuan memperoleh bagian/pahala atas apa yang mereka perbuat. Misalnya jika laki-laki dapat memanggul senjata berpartisipasi dalam peperangan hingga berdarah-darah. Disarikan dari sebuah hadis bahwa jihad perempuan dalam konteks keluarga adalah taat kepada suami dan mengakui hak-haknya. Dengan demikian, perempuan dan laki-laki dapat berkompetisi dalam meraih pahala dengan segala varian ibadah sesuai kemampuan yang dimiliki.
Selamat berjihad wahai kaum Hawa, semoga sukses barokah, amin.