Semesta diciptakan sebagai ladang kehidupan bagi semua makhluk. Manusia, binatang, dan tumbuhan adalah makhluk hidup yang memiliki kesempatan hidup dengan cara masing-masing yang sejati satu dengan yang lain saling memiliki keterkaitan (ekosistem).
Sebagai makhluk paling prima, manusia memegang peran terpenting dalam hidup sosial. Selain hidup bersoasial dengan sesama, manusia juga sangat menentukan keberlangsungan hidup bagi semua makhluk hidup.
Kesadaran manusia merawat, menjaga dan melestarikan ekosistem alam adalah hal yang sangat bernilai dan bermartabat. Tanpa kesadaran itu, kerusakan demi kerusakan tentu tak dapat dihindari.
Salah satu hal yang sangat fundamental sebagai kebiasaan yang baik adalah etos menanam pohon.
Kebiasaan menanam pohon menjadi satu diantara amal kebajikan manusia. Dan hal itu sangatlah mendasar dan perlu kesadaran mendalam setiap jiwa orang yang beriman.
Tentu di era dunia yang semaki bising, sangat mungkin sacara sadar dipahami dan dilakukan. Padahal menanam pohon tergolong amal jariyah yang pahalanya mengalir terus tanpa henti.
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا اَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا فَيَأْكُلُ مِنْهُ طَيْرٌ اَوْ اِنْسَانٌ اَوْ بَهِيْمَةٌ اِلاَّ كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ
“Tidaklah seorang muslim menanam pohon atau menanam tumbuhan, kemudian burung makan darinya, atau manusia, atau pun hewan ternak, kecuali ia mendapat pahala sedekah darinya.” (HR. Bukhori).
Baca juga
Imam al-Qusyairi : Tokoh Pertama yang meluruskan Penyimpangan Tasawuf
Jangan Tebang Pohon
Pohon-pohon yang rindang sungguh indah mempersolek semesta. Sejauh mata memandang akan terasa sejuk, jika hijau dedaun merimbun dimana-mana. Apalagi pohon-pohon itu adalah pohon-pohon penghasil buah, tentu manis di bibir, sejuk di mata dan tebal di kantong.
Menebang pohon adalah satu kebiasaan buruk jika tidak dalam pertimbangan yang baik. Bahkan jika dilakukan dalam kesia-siaan maka termasuk perilaku yang terancam dosa yang tidak ringan. Dalam hadis shohih:
مَنْ قَطَعَ سِدْرَةً صَوَّبَ اللهُ رَأْسَهُ فِي النَّارِ
“Barangsiapa yang menebang pohon sidra, maka Alloh akan benamkan kepalanya di dalam api neraka.” (HR. Abu Daud)
Dalam penjelasannya al-Imam Abu Daud memaksudkan ancaman ini untuk manusia yang menebang pohon yang masih sangat berfungsi dan berguna bagi binatang atau manusia untuk berteduh atau memetik buah untuk dimakan, atau untuk berteduh dari hujan dan terik matahari. Dan juga masih nyaman bagi burung-burung bersarang dan beranak-pinak.
Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq mengingatkan kepada pasukan yang pernah dikirim ke Negeri Syam agar tidak membunuh anak-anak, wanita, lelaki tua renta dan tidak menebang pohon yang berbuah.
Menjaga pohon-pohon rindang, merawat dan melestarikan tumbuhan rimbun menghijau sejatinya adalah perilaku bermartabat yang kadang kadang tenggelam dalam alam bawah sadar kita manusia.
Akhirnya biarkan alam lestari dan biarkan burung-burung riang bersiul. (Oleh: Abd. Muqsith Mayshudi)