Shadow

Imam al-Qusyairi : Tokoh Pertama yang meluruskan Penyimpangan Tasawuf

Spread the love
Imam al-Qusyairi

Imam al-Qusyairi adalah salah satu ulama besar dunia tasawuf yang pemikiran dan karya-karyanya menjadi rujukan dalam kajian tasawuf di dunia. Beliau bernama lengkap  Abul Qasim Abdul Karim bin Hawazin bin Abdul Malik bin Talhah bin Muhammad al-Qusyairi an-Naisaburi asy-Syaf’i, lahir di kota Ustuwa, Naisabur, Iran pada 376 H/986 M.

Karir intelektual al-Qusyairi dimulai dengan belajar kepada para ulama Naisabur, yang mana pada waktu kota tersebut menjadi pusat keilmuwan dan kebudayaan di kawasannya. Beberapa ulama besar yang pernah menjadi gurunya adalah Abul Qasim al-Yamani, Abu Bakar Muhammad at-Thusi, al-Asfarayini, Abu Bakar al-Baqilani, Abu Ali ad-Daqqaq dan lain sebagainya.

Dari Abu Ali ad-Daqqaq lah, al-Qusyairi banyak mempelajari ilmu yang berkaitan dengan tasawuf. Akan tetapi, al-Qusyairi tidak hanya mempelajari ilmu yang berkaitan dengan batin manusia, melainkan juga mempelajari ilmu dzahir kemanusiaan. Dan apa yang beliau pelajari, membawanya untuk menyatukan dua kutub besar dalam Islam yaitu syariat dan hakikat, di masa banyaknya para sufi yang menyimpang dalam pengamalan ajaran tasawuf.

Beliau juga mengembalikan tasawuf kepada landasan doktrin Ahlus Sunnah wal Jama’ah, sebagaimana pernyataannya yang ada dalam kitab Risalatul Qusyairih fi Ilmit Tasawuf. Beliau mengatakan; “Ketahuilah! Para tokoh aliran ini (para sufi) membina prinsip-prinsip tasawuf atas landasan tauhid yang benar, sehingga doktrin mereka terpelihara dari penyimpangan”.

Banyaknya amalan-amalan tasawuf yang dipraktikkan secara berlebihan, menjadikan al-Qusyairi sedih terhadap apa yang menimpa jalan tasawuf pada waktu itu. Al-Qusyairi mengecam para sufi yang melakukan zuhud berlebihan, yang membuat mereka keluar dari arti zuhud yang sebenarnya. Mereka mengamalkan zuhud dengan meninggalkan total hal-hal yang berbau dunia, karena bagi mereka berhubungan dengan hal-hal yang bersifat duniawi akan menghambat jalan untuk menuju sang pencipta. Sehingga beliau mengarang kitab yang bernama Ar-Risalatul Qusyairiyah untuk meluruskan jalan tasawuf telah menyimpang pada waktu itu.

Baca Juga:

PANCASILA DALAM PERSPEKTIF UMAT ISLAM

Selain itu, beliau juga dikenal sebagai ulama pembela paham Asy’ariyah dari serangan Mu’tazilah, bahkan pernah dipenjara karena membela paham Asy’ariyah, dan melawan ulama-ulama Mu’tazilah, yang waktu itu dekat dengan pemerintah.

Sebagai ulama besar tasawuf, al-Qusyairi mempunyai pengaruh penting terhadap perkembangan dan pemahaman tasawuf setelahnya. Bahkan Abu Wafa al-Ganimi at-Taftazani, menempatkan al-Qusyairi dalam posisi penting di dunia tasawuf abad ke-5 Hijriyah.

Berbicara tentang beliau tentu tak lepas dari penilaian para sejarawan muslim tentangnya. Salah satunya adalah Abu Bakr Al-Bakharzi mengatakan :

“Beliau (Imam al-Qusyairi) mahir dalam ilmu kalam sesuai madzhab Abul Hasan al-Asy’ari. Dalam masalah wawasan keilmuan, beliau keluar dari batasan manusia. Kalimat-kalimatnya bagi para penuntut ilmu merupakan faedah. Mimbar beliau bagi para peniti jalan akhirat ibarat bantal.”

Beberapa murid al-Qusyairi yang terkenal diantaranya adalah Abu Bakar Ahmad bin Ali bin Tsabit al-Khatib al-Baghdady, Abu Muhammad Ismail bin Abul Qasim al-Ghazy an-Naisaburi, Abu Abdullah Muhammad ibnu Fadhl bin Ahmad al-Farawy. Adapun karya-karyanya yang terkenal adalah tafsir Latha’if al-Isyarat, ar-Risalah al-Qusyairiyah fi Ilmi Tasawuf, al-Fatawa, Syikayah Ahlus Sunnah, at-Taisir fi Ilmi Tafsir, Adab Shufiyyah dan lain sebagainya.

             Beliau wafat di Naisabur pada 465/1072M, dengan meninggalkan berbagai deretan khazanah keilmuwn Islam khususnya dalam bidang tasawuf. (Oleh : Anggun Hari Mukti)

(Source: https://islam.nu.or.id)

3 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *