Diskriminasi dan hakikat kemuliaan

Spread the love
Sumber :Kemenag.go.id


وعن أبي نضرة قال: حدثني من سمع خطبة النبي صلى الله عليه وسلم في وسط أيام التشريق فقال:” يا أيها الناس إن ربكم واحد وأباكم واحد، ألا لا فضل لعربي على عجمي، ولا لعجمي على عربي ولا أسود على أحمر، ولا أحمر على أسود إلا بالتقوى، أبلغت؟”. قالوا: بلغ رسول الله صلى الله عليه وسلم.

Dari Abu Nadirah telah menceritakan kepadaku orang yang pernah mendengar khutbah Rosululloh SAW di tengah-tengah hari tasyriq, beliau bersabda: “Wahai sekalian manusia! Tuhan kalian satu, dan ayah kalian satu (maksudnya Nahi Adam) Ingatlah. Tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas orang Ajam (non-Arab) dan bagi arung Ajam atas orang Arab, tidak ada kelebihan bagi orang berkulit merah atus orang berkulit hitam, bagi orang berkulit hitam atas orang berkulit merah kecuali dengan ketakwaan Apa aku sudah menyampaikan mereka menjawab lya, benar Rosululloh SAW telah menyampaikan.” (HR. Ahmad).

Haji wada’ adalah ibadah haji terakhir Rosululloh SAW. Haji ini dianggap sebagai tanda perpisahan sahabat dengan Rosululloh SAW. Karena tak lama setelah itu, beliau dipanggil Alloh SWT untuk selama-lamanya.

Pada saat haji wada’ ini, Rosululloh SAW memberi banyak pelajaran penting kepada para sahabat. Banyak sekali khutbah atau pidato beliau yang berisi nasihat yang mendalam dan pengajaran yang penuh hikmah.

Beliau berkhutbah tidak hanya sekali. Beliau berkhutbah di hari Arafah, di hari Nahr, dan di pertengahan har Tasyriq. Dalam khutbah tersebut beliau menjelaskan tentang hukum-hukum suatu permasalahan dan juga menjelaskan adab-adab yang luhur. Beliau menjelaskan tentang prinsip- prinsip syariat serta pokok-pokok keimanan agama yang mulia ini. Sehingga ketika beliau meninggalkan umat ini, beliau telah meninggalkannya dalam keadaan terang-benderang.

Dan di antara nasehat beliau yang sangat penting adalah nasehat beliau mengenai persamaan hak antara umat Islam.

BACA JUGA:

Tidak Ada Balasan Kebaikan Kecuali Kebaikan (Pula)

Nasehat ini beliau sampaikan saat berkhutbah pada tanggal 12 Dzulhijjah. yaitu hari kedua tasyriq yang biasa disebut dengan Yaumur Ru’us (hari kepala).

Dari Abu Nadirah berkata, “Telah bercerita kepada kami orang yang mendengar khutbah Rosululloh SAW pada pertengahan hari Tasyriq. Sabda beliau,

‘Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Rabb kalian adalah satu bapak kalian juga satu. Ingatlah, tidak ada keutamaan yang dimiliki bangsa Arab atas bangsa non-Arab, tidak pula bangsa non-Arab atas bangsa Arab. Tidak pula orang berkulit merah dengan orang berkulit hitam, dan orang berkulit hitam atas orang berkulit merah kecuali dengan ketakwaan. Apakah aku telah menyampaikan?. Mereka menjawab, “Benar, wahai Rosululloh, Anda telah menyampaikan.”

Pesan ini menegaskan bahwa di sisi Alloh SWT kedudukan manusia, dari suku bangsa manapun, berjenis kelamin apapun, pada dasarnya adalah setara, yang membedakannya hanyalah kualitas ketakwaannya.

Hal ini merupakan konsep kesetaraan paling final dalam Islam. Artinya realitas perbedaan dalam kehidupan seperti penguasa dan rakyat jelata, miskin dan kaya, warna kulit, suku bukanlah ukuran yang sah dalam Islam untuk menjadikannya sebagai dalil untuk membeda-bedakan manusia.

Dalam hal ini bisa kita lihat, bagaimana para sahabat nabi seperti Bilal bin Rabah, Ammar bin Yasir dan para sahabat lainnya yang berasal dari golongan budak dan tak terhormat di mata masyarakat, namun mendapat kemuliaan dan kehormatan dalam Islam.

Hal ini dikarenakan Islam datang untuk memperindah tatanan. Selain itu Islam datang sebagai penyambung dan penguat hubungan antar sesama.

Dari ini, Islam selalu mengingatkan umatnya agar waspada dari hal-hal yang dapat memperlemah persatuan dan menjerumuskan mereka ke dalam perpecahan dan perselisihan. Di antara bentuk peringatan tersebut adalah peringatan akan fanatik kesukuan, kekeluargaan, atau nasab. Karena yang demikian ini adalah sifat jahiliyah yang menjadi penyebab tercerai-berainya umat yang menimbulkan permusuhan dan kebencian.

Alhasil, hadis ini menjelaskan bahwa keistimewaan dan kemuliaan tidak didapatkan dari warna kulit atau bangsa ia berasal, tetapi dari seberapa besar ketakwaan kepada Alloh SWT.

Oleh: Fauzan Adhim