Dikutip dari buku-buku sejarah, bahwa nama asli dari sahabat Nu’aiman ialah Nu’aiman bin Umar al-Ashory, ia di kenal sebagai salah seorang sahabat yang sangat iseng dan gemar bergurau pada masa nabi. Sehingga ia berhasil membuat semua orang tertawa, bahkan Rosululloh SAW mengisahkan bahwa Nu’aiman kelak akan masuk surga dengan keadaan tertawa.
Nuaiman termasuk sebagai Ashabul Badr karena ia ikut terlibat dalam Perang Badar bersama Rasululloh SAW. dan para sahabat yang lainnya. Nu’aiman juga dijuluki sebagai Himaar, yang dalam bahasa Arab berarti “keledai”. Dia menikah dengan saudara perempuan Abd al-Rahman ibn Auf dan wafat pada tahun 652 M.
Mengenai kisah Nu’aiman yang sangat gemar membuat Rosululloh tertawa. Salah satu kisahnya ialah jikalau ia ingin satu jenis makanan, ia langsung datang ke pasar lalu meminta kepada penjual untuk pulang mengambil uangnya di masjid. Kemudian ia bergegas ke masjid dan membawa makanan yang belum dibayar itu, lalu ia menyampaikan kepada Rosululloh, “Ini hadiah dari saya wahai Rosululloh.“ Dan kemudian ia makan bersama nabi. Ketika pemilik makanan datang untuk meminta bayaran kepadanya, Nu’aiman kemudian berkata kepda nabi. “Ya rosululloh aku ingin makanan ini, jadi kubawa agar kita bisa makan bersama dan engkaulah yang bayar,” nabi pun tertawa dan membayarnya.
Dikesempatan lain dikisahkan bahwa ada seorang pendatang dari gunung yang menempatkan untanya di halaman masjid, kemudian beberapa sahabat memberi saran kepada Nu’aiman agar menyembelih unta tersebut agar bisa dimakan bersama.
Ketika pendatang menemui untanya sudah tidak ada, Nu’aiman pun bersembunyi di bawah tumpukan tanah. Para sahabat pun kemudian menunjukkan tempat persembunyian Nu’aiman tersebut. Rasululloh pun mengeluarkannya dan membersihkan tanah yang melumuri wajahnya. Sembari tertawa, Rasululloh membayar ganti rugi yang memuaskan bagi pendatang itu.
Menurut Syekh Quraish Shihab, sifat humoris Nu’aiman ini kesemuanya menunjukkan bahwa iseng, bercanda, atau bergurau memang tidak ada larangan. Asalkan tidak berbohong, melampui batas, atau merugikan orang lain. Demikianlah kisah tentang Nu’aiman, sahabat Rosululloh yang gemar bergurau, bercanda dan selalu membuatnya tertawa. Semoga kita senantiasa bisa mengambil hikmah dari kisah tersebut.