INTENSITAS IBADAH PUTRA AMR BIN ASH

Spread the love
IBADAH
intensitas ibadah putra amr bin ash

Suatu ketika Amr bin Ash mengunjungi putranya yang baru saja melangsungkan pernikahan. Di rumah sang anak, beliau hanya bertemu dengan istri anaknya tersebut dan berkata, “Bagaimana keadaan kalian?.” Sang menantu menjawab, “Sungguh aku tidak mencela akhlak dan kesalehannya, tetapi sepertinya ia tidak membutuhkan seorang wanita di sisinya?.”

Awalnya beliau tidak mengerti tetapi kemudian ia mendapat penjelasan, kalau anaknya, Abdulloh bin Amr sama sekali belum menyentuhnya. Ia begitu intens beribadah sehingga tidak ada sedikitpun waktu untuk istrinya.

Mendengar hal demikian, Amr bin Ash pun melaporkan masalah ini kepada Rosululloh SAW, sehingga beliau campur tangan dan memanggilnya; “Jika engkau melakukan semua itu, badanmu akan lemah, matamu akan sakit, karena tidak tidur semalaman. Sesungguhnya badanmu punya hak, keluargamu juga punya hak, dan para tamu pun punya hak atas dirimu!,” sabda Rosululloh SAW.

Singkatnya, Rosululloh menyarankannya agar berpuasa tiga hari dalam sebulan, tetapi Abdulloh minta tambahan. Lalu diberi dua hari dalam seminggu, masih minta tambahan lagi, akhirnya  Rosululloh SAW menyarankannya agar melakukan Puasa Nabi Dawud AS, yakni sehari berpuasa sehari tidak.

Begitu juga dalam soal mengkhatamkan al-Qur’an, pertama Nabi SAW menyarankannya untuk khatam sebulan sekali saja. Kemudian Abdulloh melakukan penawaran, sehingga Rosululloh menetapkannya untuk khatam al-Qur’an setiap tiga hari sekali (dalam riwayat lain, lima hari sekali).

Begitu juga soal sholat malam, beliau melarang Abdulloh menghabiskan waktu malam untuk sholat sunnah terus-menerus, harus ada waktu untuk mengistirahatkan tubuhnya dengan tidur dan mempergauli istrinya.

Meski telah dinasehati langsung oleh Rosululloh, semangatnya untuk beribadah masih tidak mengendor. Beliau masih mengerjakan ibadahnya dengan intensitas tinggi. Namun bedanya beliau tidak lagi melalaikan kewajiban dan hak-hak keluarga, badan, tamu dan lain-lainnya.

Memilih Kehidupan Zuhud

Nama lengkapnya adalah Abdulloh bin Amr bin Ash bin Wa’il bin Hisyam. Ada yang mengatakan bahwa namanya adalah al-Ash. Ketika beliau masuk Islam, Rosululloh SAW mengubah nama beliau dengan Abdulloh. Gelar beliau adalah Abu Muhammad atau ada pula yang mengatakan Abdurrohman atau Abu Nushair al-Qurays as-Sahmi.

Beliau lahir pada tahun ke-7 kenabian dan masuk Islam lebih dulu dari pada ayahnya.

Ayahnya adalah seorang bangsawan kaya dan terpandang bernama Amr bin Ash. Sedangkan ibunya bernama  Raithah bin Munabbih.

Meski dibesarkan di tengah keluarga bangsawan kaya raya, Abdulloh bin Amr radliyallohu anhu memiliki jiwa yang zuhud. Kenikmatan duniawi baginya hal yang sangat sepele dan tidak sampai mengurangi momen khalwat bersama Alloh SWT.

Beliau tumbuh menjadi pemuda yang giat menjalankan berbagai ritual ibadah. Siang berpuasa, malam dihabiskan dengan tahajud dan membaca al-Qur’an, sehingga ia mampu mengkhatamkannya dalam sehari.

Bahkan karena cintanya dengan ibadah-ibadah sunnah yang biasa beliau kerjakan di masa lajangnya, sampai-sampai di awal pernikahannya, beliau tidak sempat menyentuh istrinya. Hingga akhirnya, Rosululloh memanggil dan menasihatinya agar tidak berlebihan dalam beribadah.

Penulis Hadis pada Masa Nabi

Selain rajin dalam beribadah, Abdulloh bin Amr memiliki kebiasaan yang tidak umum dilakukan oleh para sahabat. Beliau gemar sekali mencatat sabda-sabda Rosululloh SAW yang ia dengar langsung.

Suatu hari kebiasaan ini pernah ditegur oleh sebagian sahabat lainnya. Atas teguran tersebut, ia segera menanyakan tentang tindakannya kepada Rosululloh SAW. Maka, jawab Rosululloh SAW, “Tulislah!. Demi Dzat yang nyawaku ada di tangan-Nya, tidaklah keluar dari pada-Nya selain hak.” (HR. Abu Dawud dengan sanad yang shohih).

Baca Juga:

https://assirojiyyah.online/berbekal-keyakinan-dan-ketaatan-pada-sang-guru/

Naskah Abdulloh bin Amr dinamai dengan ash-Shohifah ash-Shodiqoh, karena ditulisnya secara langsung dari Rosululloh SAW, yang merupakan sebenar-benarnya atau yang diriwayatkan dari padanya.

Naskah hadis ash-Shodiqoh berisikan hadis sebanyak 1000 hadis, dan dihafal serta dipelihara oleh keluarganya sepeninggal penulisnya. Cucunya yang bernama Amr bin Syu’aib meriwayatkan hadis-hadis tersebut sebanyak 500 hadis.

Bila naskah ash-Shodiqoh tidak sampai kepada kita menurut bentuk aslinya, maka dapatlah kita temukan secara kutipan pada kitab Musnad Ahmad, Sunan Abu Dawud, Sunan an-Nasa’i, Sunan at-Tirmidzi, dan Sunan Ibnu Majah.

Wafat

Abdullah bin Amr wafat pada usia 72 tahun di musholla rumahnya. Saat itu, beliau baru selesai menjalankan sholat dan sedang bermunajat kepada Alloh SWT. (Oleh: Abd. Muhith)