ABU RIMTSAH, DOKTER PERTAMA DALAM ISLAM

Spread the love

Sumber foto: Pinterest

Dalam peradaban Islam banyak hal-hal yang perlu kita ketahui mulai dari sejarah nabi maupun jejak para sahabat nabi. Pada masa Rosulullah banyak para sahabat yang menjadi tokoh-tokoh besar salah satunya adalah menjadi dokter. Namun faktanya, tidak sedikit ahli kedokteran yang muncul pada masa Rosululloh hingga masa dimana nama seorang ahli kedokteran paling mashyur di dunia Islam ini muncul.

Berdasarkan catatan yang di buat oleh Fuat Sezgin maupun Ibnu Abi Ushaibi’ah, terdapat nama-nama dokter yang diulas oleh keduanya. Dari beberapa nama-nama dokter Muslim dalam rentang itu ada yang namanya memang familiar di telinga, ada pula yang tidak cukup terkenal. Bahkan ada juga yang namanya masyhur di bidang ilmu tertentu, tapi oleh Fuat Sezgin dalam volume yang khusus mengulas sejarah turats disiplin ilmu kedokteran muncul di situ. Sebut saja misalnya Al-Kindi, Al-Farabi, hingga Ibn Miskawaih.

 Dunia mengenal Ibnu Sina, namun Ibnu Sina hidup pada abad ke-4 dan ke-5 H (370-427 H) yang berarti ada jarak yang cukup panjang sekitar 4 Abad sejak agama Islam dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Selain Ibnu Sina ada juga Al-Razi, dan Az Zahrawi sebagai tokoh kedokteran muslim. Mereka mencetak nama besar di masa kegemilangan Islam di abad pertengahan. Namun, tak banyak yang tahu siapa dokter paling awal dalam sejarah ilmu kedokteran dalam Islam?

 Ibnu Abi Ushaibi’ah dalam 𝑈𝑦𝑢𝑛 𝑎𝑙-𝐴𝑛𝑏𝑎’ 𝑓𝑖 𝑇ℎ𝑎𝑏𝑎𝑞𝑎𝑡 𝐴𝑙-𝐴𝑛𝑏𝑎’ mengatakan bahwa Abu Rimtsah merupakan seorang dokter yang hidup pada masa Rasulullah SAW. Ia memiliki keahlian di bidang bedah. Sementara menurut Fuat Sezgin, Abu Rimtsah adalah dokter Muslim pertama. Ia mengatakan: “Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa di masa Nabi hidup cukup banyak orang-orang yang kerap disebut tabib. Sedangkan tabib Muslim pertama yang terkenal adalah Abu Rimtsah. Ia adalah salah satu sahabat Nabi. Setelah Nabi wafat ia pindah ke Mesir, lalu ke Afrika Utara dan wafat di sana.”

Terjadi perbedaan penulisan nama mengenai tokoh ini. Ibn Abi Ushaibi’ah menulisnya dengan Ibn Abi Rimtsah. Sementara Fuat Sezgin menamakannya Abu Rimtsah. Tanpa “Ibn” (yang bermakna anak dari). Seperti yang kita ketahui, jika merujuk pada Ibn Abi Ushaibi’ah maka ada implikasi bahwa sang dokter Islam terawal ini adalah putera dari Abu Rimtsah.

Jika kita berpegangan pada pendapat Fuat Sezgin yang terdapat dalam Tarikh Turats Al-Araby vol III tentang ilmu kedokteran di atas, maka Abu Rimtsah yang dimaksud di sini adalah juga seorang periwayat hadis. Imam Ahmad bin Hanbal dalam Al-Musnad-nya meriwayatkan sejumlah hadis yang bersumber darinya.  Pendapat Sezgin ini juga didukung oleh Ahmad Muhammad Syakir, penyunting dan komentator atas kitab Al-Musnad ia mengatakan:

“Banyak terjadi perbedaan pendapat mengenai nama Abu Rimtsah ini. Menurutku, pendapat yang tepat adalah apa yang diamini oleh Imam Ahmad ini sebagaimana dalam kitab Musnad-nya. Abu Rimtsah, salah seorang sahabat Nabi yang terkenal dengan nama kuniah-nya (sebuah nama yang dinisbatkan kepada nama ayah atau puteranya) ini. Nama asli Abu Rimtsah menurut Abdullah bin Ahmad adalah Rifa’ah bin Yatsribi. Nama ini diyakini juga oleh Imam Bukhari dalam kitabnya, Tarikh al-Kabir.

Sebuah riwayat yang dikisahkan oleh Nu’aim dari Ibn Abi Uyainah dari Ibnu Abi Rimtsah, ia berkata: Saya datang menemui Nabi Muhammad SAW, saya lihat di antara dua sisi bahunya ada tanda kenabian. Lalu aku berkata kepada beliau, “Saya seorang tabib yang diundang untuk mengobati engkau”. Lalu Nabi bersabda, “Kamu seorang sahabat. Sedangkan tabib (sejati) adalah Allah”.

Leave a Reply