Shadow

BERBICARA POLITIK

Spread the love
POLITIK
DRS.KH.Sholahur Robbani S,E,M.M

Berbicara politik yang terbayang dalam pikiran kita,bukanlah banyangan positif tetapi justru bayangan negatif yang sangat mewarnai.Bayangan ini bukanlah tanpa alasan karena perilaku beberapa politisi,notabene wakil rakyat yang dipilih rakyat sehingga kesan (image) negatif melekat pada para politisi.Perebutan kekuasaan yang memanfaatkan pemilih rakyat kemudian melupakannya,membohongi rakyat dengan menyiasati programnya yang seharusnya pro rakyat,dan sederet predikat buruk yang lain.

Dengan kondisi demikian,sikap rakyat terhadap politik seperti “benci tapi rindu“.kalau mengingat perilaku politik dengan beberapa kasus yang mengecewakan terasa ada kebencian karena menghianati amanah yang seharusnya dilaksanakan dengan baik.Tetapi ketika kita berharap akan pentingnya kelangsungan pemerintahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,maka rakyat merindukan perilaku politik yang etis yang dapat memunculkan pemimpin pemerintahan yang bersih kepribadiannya dan berwibawa kebijakannya.

Tidak adakah politisi yang baik?,tentunya ada,tetapi porsi pemberitaan yang tidak seimbang membuat politisi yang bermoral menjadi tertutupi sehingga tidak menarik untuk diberitakan.Memang,politisi seharusnya menguasai aturan main tidak hanya konstitusi dan hukum,tetapi juga beretika dengan keteladanan yang harus sensitif dengan kepentingan rakyat,responsif dengan harapan rakyat dan tidak menunjukkan sikap defansif yang mendahulukan ego dan kepentingannya.

Sedemikian memprihatinkan potret perpolitikan di negeri ini dengan penduduk mayoritas islam,banyaknya partai politik islam,banyaknya politisi islam,tetapi partai islam hanya mampu meraih suara tak lebih dari 20%.Menurut Dr.Taufik Abdullah bahwa kehadiran partai-partai islam bermula dari keprihatinan moral dan doktrinal terhadap keutuhan komunitas spiritual Islam

Politik Islam secara substansial merupakan penghadapan Islam dengan kekuasaan dan negara yang melahirkan sikap dan perilaku (political behavioral) serta budaya politik (political culture) yang berorientasi pada nilai-nilai islam.Jadi Islam bukan sekedar perlambang dengan simbol-simbol tetapi lebih kepada pengamalan nilai-nilai Islam,menjadi pribadi yang berintegritas,beretika,bermoral dan berakhlakul karimah.

Hal itulah yang di perjuangkan Rosululloh SAW.“sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak.“(HR.Ahmad).

Kalau politik identik dengan kekuasaan identik pula dengan kepemimpinan, sedangkan kepemimpinan terkait dengan kemampuan (kapabilitas),Intregitas (kejujuran) dan keteladanan.Sulitlah rasanya rakyat menghargai pemimpinnya manakala tidak beretika.Dikatakan politik kotor,politik itu najis.Sebenarnya bukanlah sistem politik atau lembaganya yang kotor,tetapi berujung pada pribadi politisinya yang tidak mencerminkan kepemimpinan yang mampu memenuhi harapan rakyat.

Baca Juga:

PEMBENTURAN PANCASILA DAN AL-QURAN

Lebih memprihatinkan lagi,rakyatpun larut dalam permainan politik yang tidak terpuji bak saling bersambut antara rakyat dan politisi dengan politik uang (money politic) yang hampir terjadi di semua lini perpolitikan di negeri ini yng kehilangan hati nurani karena pudarnya idiologi yang seharusnya diperjuangkan .

pemilhan pemimpin bukanlah didasarkan pada idialis seorang pemimpin tetapi lebih di pengaruhi oleh bingkisan yang diberikan. dan digambarkan oleh Rosululloh SAWseseorang yamg memilih pemimpin kecuali pertimbangan duniawi, jika diberi bingkisan ia akan memilih dan jika tidak diberi atau diberi sedikit ia tidak memilih” HR Bukhori Muslim.

Hadist tersebut menjadi barometer prilaku perpolitikan dinegeri ini yang sudah menyentuh masyarakat tak terkecuali para tokohmya. sedemikian parahkah prilaku buruk ini? Adakah harapan untuk kembali kepada misi dari kehadiran Rosululloh dimuka bumi ini dengan akhlakul karimah? Kembali kepada pribadi kita masing-masing.Manakala bermula dari keinginan setiap pribadi kita untuk menjadi pribadi beretika, insya Alloh sinar harapan untuk menatap masa depan kita lebih baik, bi’aunillah , amin.

di kutip dari buku “kembalilah”: DRS.KH.Sholahur Robbani S,E,M.M

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *