Shadow

Islam Dalam Menyikapi Rasisme

Spread the love
Rasisme
Foto : pinterest.com

Pengertian Rasisme adalah sebuah paham pembedaan sikap maupun perlakuan terhadap kelompok masyarakat tertentu karena perbedaan rasial. Seseorang yang menganut paham rasis memenganggap bahwa rasnya lebih superior sehingga memiliki hak untuk mengatur ras yang lain.

Di dalam masyarakat suku yang sangat mengagungkan sukunya sebagaimana masyarakat Arab abad ke- 6/7 Masehi, apa yang bisa dibayangkan akan terjadi pada seorang berkulit hitam yang lahir dari rakyat jelata?. Tidak ada tempat bagi orang berkulit hitam yang hidup dalam masyarakat rasis kecuali sebagai budak. Bahkan di zaman modern seperti ini pun, manusia berkulit hitam masih sering dianggap dan diperlakukan seperti monyet.

Maka, bayangkan bagaimana nasib orang berkulit hitam yang hidup di tengah-tengah masyarakat rasis pada pertengahan milenium pertama. Dalam konteks seperti inilah kita harus melihat ajaran Islam dalam menyikapi isu rasialisme.

Ketika Nabi Muhammad mulai membangun masyarakat baru di Arab pada abad ke-7 Masehi, beliau tidak hanya mengajarkan ketauhidan untuk mengesakan Alloh, tapi dia mewujudkan semangat tauhid dalam kehidupan nyata. Ketauhidan bukan hanya mengesakan Alloh, tapi juga melenyapkan seluruh modus penghambaan kepada selain- Nya.

Menghilangkan seluruh modus penghambaan kepada selain Alloh berarti menghancurkan struktur sosial yang di atasnya berbagai praktik penghambaan kepada sesama manusia terjadi. Penghilangan praktik penghambaan kepada sesama manusia berarti meletakkan seluruh manusia dalam posisi yang setara.

Inilah spirit yang dibawa Nabi Muhammad SAW membebaskan Bilal bin Rabah dari tangan kejam Umayyah, salah seorang bangsawan Quraisy yang kaya dan terpandang saat itu. Saat Nabi Muhammad mulai mendakwahkan Islam kepada kalangan Quraisy Arab, dia mengambil langkah berisiko saat dia justru mengajak si budak hitam itu masuk ke dalam kelompoknya.

Ketika Bilal akhirnya masuk ke dalam komunitas muslim yang baru tumbuh itu, dan karenanya mendapatkan siksaan yang memedihkan dari tuannya yang seorang bangsawan berpengaruh itu, Abu Bakar, sahabat sang Nabi, datang menolongnya dan membebaskannya. Sejak itu, Bilal mendapatkan posisi istimewa di sisih Rosul Muhammad, yaitu sebagai pelantun adzan untuk memanggil umat Islam shalat berjemaah.

Apa keuntungannya bagi Nabi Muhammad mengajak Bilal ke dalam kelompoknya? Apa keuntungannya bagi komunitas Islam yang baru tumbuh itu mengajak seorang budak hitam yang dinistakan orang-orang bangsawan berpengaruh. Tidak ada keuntungan apapun. Mestinya yang didekati adalah orang-orang terpandang, agar komunitas Islam awal Ini mendapat perlindungan dan mudah mempengaruhi orang lain.

BACA JUGA :

Misteri Batu Kapur dan Semerbak Harum

Islam bukanlah agama yang semata-mata urusan jumlah anggota. bukan pula prestisesosial, apalagi jika itu dilakukan sambil menista nilai-nilai kemanusiaan, jika itu yang dilakukan, maka doktrin tauhid sejak awal telah terkhianati. Jika memang tidak boleh ada sesembahan selain Alloh, maka tidak boleh pula ada manusia yang bertindak seperti Tuhan terhadap manusia lainnya.

Rosululloh SAW sangat menyadari bahwa rasisme adalah lingkungan yang tidak sesuai dengan keadilan dan persamaan, tidak sesuai dengan ketetapan dengan hak-hak, namun harus saling menghargai perbedaan dan keragaman. Bahkan ia merupakan lingkungan pengacau, penjajah dan diskriminasi, mendorong kekerasan, reaksi keras, reaktif dan dendam.

Maka, Islam sangat jelas menolak pengistimewaan individu di antara mereka, karena seluruhnya dihadapan syariat Alloh SWT adalah sama, tidak ada keistimewaan kecuali dengan ukuran yang dibawa dan dimiliki oleh hati mereka dalam bentuk kebaikan dan keimanan, dan apa yang dipersembahkan dari tangan-tangan mereka dalam bentuk ketakwaan. Alloh SWT berfirman

“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Alloh adalah yang paling bertaqwa.” (QS. Al-Hujurat:13)

Oleh: Drs. H. Mahfud Anwari. M.Pd. I

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *