KESULTANAN ISLAM DI JAWA

Spread the love

Sumber Foto: Pinterest             

Pada bab sebelumnya, dijelaskan bahwa hasil terbesar Kesultanan Malaka dalam proses Islamisasi di Nusantara adalah mengislamkan tanah Jawa. Selain pengaruh Malaka, peranan dakwah Wali Songo yang mampu membaca budaya masyarakat di Pulau Jawa juga sangat penting. Dakwah Wali Songo mudah dipahami dan diterima oleh masyarakat Jawa. Kemudian, lahirlah kesultanan di Pulau Jawa. Berikut beberapa kesultanan di Pulau Jawa:

1. Kesultanan Cirebon

Kesultanan Cirebon didirikan oleh Fatahillah pada tahun 1524. Setelah Kesultanan Cirebon dirintis, Fatahillah mempercayakan kepada putranya (Pangeran Pasarean) sebagai sultan Cirebon yang pertama dan melanjutkan perjalanan ke Banten. Pada tahun 1552, Pangeran Pasarean meninggal. Karena itu, Fatahillah menyerahkan Banten kepada putranya (Hasanuddin). Kemudian, Fatahillah kembali ke Cirebon dan wafat pada tahun 1570.

2. Kesultanan Islam di Madura

Sebelum masuknya Islam, Madura berada di bawah kekuasaan Majapahit. Setelah berdirinya Kesultanan Demak, Madura dijadikan salah satu pusat Islamisasi di wilayah Jawa Timur. Pada tahun 1624, Sultan Agung dari Mataram berhasil menaklukkan Madura. Satu-satunya keturunan Raja Madura yang masih hidup adalah Raden Praseno yang dibawa Sultan Agung ke Mataram.

3. Kesultanan Demak

Demak adalah kesultanan Islam pertama di Pulau Jawa. Kesultanan Demak didirikan oleh Raden Fatah. Ia adalah anak dari istri Prabu Brawijaya, seorang muslimah keturunan Cina yang dihadiahkan kepada Ario Damar sebagai Adipati Palembang. Raden Fatah mendirikan Kesultanan Demak pada tahun 1478. Setelah Raden Fatah menjadi Sultan Demak, ia diberi gelar oleh Sunan Ampel dengan nama Senapati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panata Gama.

4. Kesultanan Banten

Kesultanan Banten didirikan oleh Fatahillah pada tahun 1525. Fatahillah adalah ulama terkenal dari Pasai. Setelah Pasai dikuasai oleh Portugis, ia pergi meninggalkan wilayah itu dan pergi menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Setelah kembali dari Mekkah, ia tidak mau kembali ke Pasai, tetapi pergi menuju Demak. Setelah Fatahillah meninggal, dia dikenal sebagai sosok yang langka, karena dia adalah seorang ulama, penguasa, dan panglima perang.

Oleh : Mubassir KPA