Pada edisi kali ini, Majalah Assirojiyyah memuat sebuah madrasah yang terletak di bukit utara Pulau Madura, tepatnya di Dusun Sreseh, Bendeng Laok, Kec. Kokop, Kab. Bangkalan. Sebuah lembaga pendidikan Islam yang diasuh oleh KH. Muhammad Ali, salah satu alumni PP Assirojiyyah tahun 70-an. Madrasah itu bernama Nurul Iman.
Sejarah
Nurul Iman adalah sebuah madrasah yang didirikan pada tahun 1995 M dan diresmikan pada Tanggal 01 Mei 2001 M atau 26 Muharrom 1421 H. Pada mulanya, madrasah ini berupa surau kecil yang lebih dikenal dengan sebutan Langgar (tahun 1995 M), di bawah asuhan H. Juhari, alumni sepuh PP Assirojiyyah. Setelah berjalan 6 tahun, bersamaan dengan boyongnya KH. Muhammad Ali dari pesantren, kemudian kepengasuhan beralih kepadanya. Di bawah asuhan Agus Mattali ini, sapaan akrab beliau, Nurul Iman menganut sistem pendidikan baru yaitu sistem klasikal.
Hadirnya sistem baru ini sebagai pembeda antara santri baru dengan santri lama. Karena sistem pendidikan yang sebelumnya menggunakan sistem global. Dimana antara santri lama dan baru membaur menjadi satu.
               Penamaan Madrasah Nurul Iman merupakan pemberian KH. Bushiri Nawawi, muassis PP Assirojiyyah. Pada awalnya, Agus Mattali punya hasrat agar penamaan madrasah diambil dari nama kampungnya, namun gagal. Sebab, jika dinisbatkan ke dalam Bahasa Arab, mengandung arti yang kurang sesuai.
Menurutnya, keunikan madrasah ini dapat dilihat pada logo atau lambangnya. Lambang ini merupakan hadiah sekaligus kenang-kenangan dari KH. Sholahur Robbani (Eks Ka. Umum PP Assirojiyyah). Konon, untuk mendapatkan lambang tersebut, beliau harus menunggu selama dua tahun. Karena pada saat itu, KH. Shol mempunyai kesibukan di kursi parlemen. Di tahun itu pula, banyak teman pondok beliau ingin memberikan kenang-kenangan berupa lambang madrasah, namun beliau tolak demi mengutamakan pemberian dari sang guru.
Berikut adalah makna dari lambang Madrasah Nurul Iman:
- Dasar Warna Hijau : Memperjuangkan kebenaran
- Bumi : Menyebarkan aqidah Alussunnah Wal Jamaah
- Kubah Warna Kuning : Menjunjung tinggi agama Alloh dengan istiqomah
- Pena : Lahir Bulan Muharrom atau tanggal lahir Miladiyyah dengan semangat beramal
- Kitab Terbuka, Dua Halaman dan 6 Garis Berwarna Emas : Tanggal lahir 26 Hijriyyah dan semangat belajar
- Angka 1421-2021 : Tahun kelahiran Hijriyyah dan Miladiyyah
Pendidikan
               Sepertihalnya Assirojiyyah, madrasah ini merupakan lembaga yang menganut paham Ahlussunnah Wal Jamaah. Yang sangat berpegang teguh pada al-Qur’an, hadits, ijma’, dan qiyas. Bermadzhab kepada Imam Syafi’i dan Imam Asy’ari.
Dalam jenjang pendidikan, di madrasah ini ada tiga tingkatan yang di tempuh selama 12 tahun. Yaitu TK, ditempuh selama 3 tahun, tingkat Ibtida’ selama 6 tahun, dan terakhir Tsanawiyyah selama 3 tahun.
Kemudian dari segi pengajar, beliau dibantu oleh delapan orang tenaga pengajar. Diantara mereka ada yang berasal dari kerabat beliau, alumni madrasah, dan satu guru tugas dari PP Assirojiyyah.
Sedangkan jadwal operasional pendidikan dimulai pada jam 01.30 – 03.30 WIB. Setelah belajar, semua santri diwajibkan sholat berjemaah Ashar sebelum pulang. Hal ini, agar para santri terdidik disiplin beribadah.
Selain kegiatan di atas, di Madrasah Nurul Iman juga terdapat kelas malam, yang diikuti santri kelas IV dan V Ibatidaiyyah. Kelas malam ini diisi dengan takror pelajaran Nahwu dan Shorrof serta pemaknaan dan baca kitab Mukhtashor. Tujuannya untuk menggembleng para santri agar mampu membaca kitab kuning.
Sarana dan Prasarana
Pada mulanya, MD Nurul Iman memiliki 7 ruang kelas. Namun seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya ditambah satu kelas. Delapan kelas ini yang kemudian mampu menampung 116 santri yang belajar.
Sebagaimana madrasah lazimnya, sumber finansial di lembaga ini berasal dari iuran santri, swadaya masyarakat, alumni dan simpatisan. Dari keuangan ini, kemudian dialokasikan untuk biaya operasional pendidikan dan pembangunan sarana prasarana yang dibutuhkan.