Dampak pandemi (covid 19) berpengaruh pada hampir semua sendi kehidupan masyarakat. Sektor ekonomi yang menyangkut hajat hidup orang banyak, kegiatannya berbatas. Sektor pendidikan, diberlakukan pembelajaran luring (luar jaringan) dan daring (dalam jaringan) yang dipandang sebagai langkah relevan dari pada tidak belajar sama sekali, sektor sosial budaya dipandang sangat perlu dikendalikan melalui hubungan jarak jauh, dan sektor pemerintah juga demikian.
Setiap peristiwa pasti mengandung hikmah atau kebermaknaan. Memandang corona, tidak hanya melalui kaca mata logika, tapi selayaknya mata hati juga terbuka untuk menangkap makna. Hidup penuh warna, hidup penuh cerita, hidup harus terus berjalan, apapun rasanya. Dunia pendidikan, dunia perekonomian, dan dunia sosial budaya. Hal yang lebih khusus adalah tiga aspek yang berpengaruh pada kehidupan keluarga sebagai masyarakat kecil dalam tatanan kehidupan sosial.
Pendidikan dalam keluarga. Pendidikan bersifat dinamis, selalu mengalami perkembangan. Manusia telah dikaruniai akal pikiran untuk menguak semua peristiwa alam. Kondisi pandemi menuntut para pakar pendidikan dan stake holder mengatur strategi agar pendidikan terus berjalan. Pendidikan merupakan nutrisi pengisi karakter para generasi bangsa yang menjadi harapan masa depan bangsa. SDM handal sangat perlu dipupuk oleh iman, taqwa, dan ilmu sehingga hadir watak yang berkarakter terpuji.
Pemberlakuan pembelajaran luring dan daring di hampir jenjang pendidikan, berpengaruh pada kehidupan keluarga. Penerapan pembelajaran ini menuntut kesiapan orang tua untuk siap mengambil peran sebagai guru di rumah. Tugas tambahan menjadi hal yang harus dilakukan orang tua pada masa pandemi. Kesiapan mental orang tua (mayoritas ibu) menjadi guru mendadak dibutuhkan kesiapan mental (kesabaran dan ketelatenan) di samping tugas yang lain. Membantu putra/putri mengerjakan tugas, memantau, mengawasi, mendampingi, dan tidak henti memotivasi, demikian di antara peran tambahan konkrit orang tua.
Pendampingan orang tua pada buah hatinya dalam belajar di rumah dapat menguras kesempatan dan tenaga. Namun, sesuatu yang dirasa berat akan menjadi ringan apabila para orang tua menyadari pentingnya pendidikan bagi buah hatinya dan tugas tambahan tersebut dilakukan dengan penuh cinta. Sesuatu yang dilakukan dengan penuh cinta akan berefek luar biasa pada psikologi (kejiwaan) mereka dan terjauhkan dari anarkisme. Gambaran pembelajaran anarkis di antaranya adalah memukul anak ketika sulit memahami suatu pelajaran, semoga hal tersebut dapat dihindari. Justru ketika orang tua menjadi guru pengganti guru di sekolah, dapat ditarik hikmah bahwa selayaknya dan seharusnya guru itu bersosok sabar dan telaten menghadapi karakter peserta didik yang bermacam-macam di sekolah. Ketika tidak/kurang sabar menghadapi putra/putrinya sendiri dalam pendampingan belajar, dapat dibayangkan bagaimana guru di sekolah mengajar peserta didik yang berlatar keluarga berbeda, butuh ekstra sabar dan telaten, bukan?
Efek lain dari pembelajaran daring adalah penggunaan android yang disalahgunakan. Alih-alih mengerjakan tugas sekolah, ternyata chatting atau bahkan bermain game online yang berpotensi ketagihan/kecanduan. Maka para orang tua harus memiliki kebijakan tertentu untuk buah hatinya. Misalnya anak diberi peluang menggunakan Hp pada jam tertentu sekadar melepas penat dan hiburan, anak disibukkan dengan kegiatan rutin (mengaji, misalnya), dan lain sebagainya.
Hikmah belajar dari rumah adalah penanaman karakter terpuji pada jiwa buah hati. Berlama-lama di rumah menambah tali kedekatan anak dengan keluarga secara fisik dan mental. Pembiasaan orang tua melibatkan anak dalam pekerjaan rumah. Hal tersebut menimbulkan kepekaan sosial di dalam rumah
Strategi pembelajaran daring dan luring tidak terjadi di lingkungan pendidikan pesantren yang menggunakan pembelajaran tatap muka. Hal ini dapat dikatakan bahwa pesantren memiliki strategi tertentu. Gerakan di rumah saja dalam masa pandemi menjadi hal yang selaras bagi pesantren bahwa pesantren adalah rumah para santri. Mereka belajar di pesantren sebagai rumah mereka. Pesantren juga menerapkan protokol covid sebagai langkah ikhtiyar dhohir selain dorongan batininyah (doa).
Perekonomian keluarga. Keluh kesah yang dirasakan lapisan masyarakat beraneka macam; penghasilan berkurang dan bahkan hilangnya pekerjaan. Ekonomi keluarga yang terganggu juga akan memiliki dampak serius pada kehidupan rumah tangga. Mereka yang terbiasa dengan gaya hidup (life style) serba lux (mewah) akan merasa tidak nyaman, mengeluh, atau bahkan sulit menghadapi pembiasaan ini. Kondisi keluarga yang tidak nyaman akan memberikan dampak buruk pula pada anggota keluarga yang lain. Berbeda halnya dengan keluarga yang memiliki gaya hidup sederhana, sederhana pula menyikapi merosotnya ekonomi keluarga. Kondisi keluarga yang nyaman akan berjalan nyaman pula. Ridlo dan Qona’ah (nriman) menjadi gedung yang kuat dan tidak akan roboh dalam menghadapi situasi ekonomi tersebut. Sebagaimana disebutkan dalam syi’ir “jika kamu ridho dengan pemberian Allah, hidupmu terasa nikmat. Bila sebaliknya, hidupmu dirundung susah” (wa in tardlo bil maqsumi iyshta muna’ama wa in lam takun tardlo bihi ishta fi hazan)”
Strategi pemulihan ekonomi dapat dihadapi dengan sikap kritis, produktif, dan kreatif menghadapinya. Dalam mengaktifkan sikap-sikap tersebut, harus diiringi sikap optimis bahwa usahanya pasti berhasil dengan pertolongan dari Alloh swt. Mereka yang mampu bersikap demikian, berpotensi mampu mencipta pekerjaan baru bahkan lapangan pekerjaan. Kita dapat mengamati laju ekonomi bahwa masa pandemi banyak dinikmati oleh pembisnis yang melek IT, bisnis online, dan yang lainnya.
Sosial budaya dalam keluarga. Interaksi bertemu muka terbatas, via android, semua masih bisa terjalin meskipun terasa tidak nyaman. Hubungan atas dasar pertalian darah, kepentingan, dan geografis, terus bisa berjalan meski ada keterbatasan. Sebagaimana telah disebutkan dalam hal pendidikan keluarga, pandemi berpotensi pada kedekatan yang lebih antar anggota keluarga dengan bekerja dan belajar di rumah, kepedulian pada keluarga menjadi hidup sebab kesibukan terfokus di rumah. Keharusan untuk menjaga kekebalan tubuh (imun), cuci tangan, dan bermasker, mewujudkan sebuah budaya hidup sehat dalam keluarga.
Masa pandemi dapat dijadikan ajang penuh arti dan wadah penuh makna menyikapi hidup. Bahagia selayaknya dan sangat pantas tetap dinikmati semua orang, terlebih-lebih orang muslim. Sebagaimana firman Alloh untuk selalu mengingat nikmat Alloh agar selalu bahagia (makna mudah, kunci kebahagiaan adalah mengingat nikmat Alloh). Pesan Nabi Muhammad SAW bahwa muslim sejati berusaha dan selalu tahan dalam semua kondisi; bersabar kala tertimpa musibah dan bersyukur kala mendapatkan yang diharapkan, sebab Alloh memberi pahala kepada muslim meskipun hanya makan sesuap nasi (hal kecilpun tetap berpahala).