Opu Daeng Manambon merupakan salah satu tempat ziarah yang sering dikunjungi. Terletak di atas bukit, tempat ini mengharuskan pengunjung berjalan melalui anak tangga yang berjumlah antara 256 sampai 265 buah. Di sanalah makam raja pertama Kerajaan Mempawah yang bergelar Pangeran Mas Surya Negara. Opu Daeng Manambon dikenal sebagai raja di Kerajaan Mempawah yang berasal dari Kerajaan Luwu.
Beliau lahir pada tahun 1695 Masehi atau 1106 Hijriah dan wafat pada tahun 1763 Masehi atau 1174 Hijriah. Beliau dimakamkan di Sebukit Rama. Opu Daeng Manambon menjadi raja di Mempawah setelah diangkat oleh Penambahan Senggaok. Pada waktu itu, mereka berada di Matan. Lalu, berangkatlah Opu Daeng Manambon bersama istrinya yang bernama Ratu Agung Sinihun dan ibunda mertuanya yang bernama Ratu Mas Indrawati, serta para pengikutnya. Mereka menggunakan kurang lebih 40 perahu besar dan kecil dari berbagai suku.
Perjalanan yang dilaluinya memakan waktu 3 hari pelayaran. Rombongan Opu Daeng Manambon sampai di Kuala Sungai Mempawah pada tahun 1737 Masehi.
Masa pemerintahan Opu Daeng Manambon merupakan masa ketika Kerajaan Mempawah Islam mulai tumbuh dan berkembang. Dalam mengatur pemerintahannya, beliau telah menggunakan hukum syariat agama Islam, yaitu hukum-hukum yang terdiri dari masalah ibadah, muamalah, munakahah, dan jinayah. Selain hukum syariat dan siri yang digunakan, Pangeran Mas Surya Negara juga berusaha sekuat tenaga mencari guru-guru dan alim ulama agar datang ke pusat pemerintahannya. Yang pertama kali diajak pindah ke Mempawah adalah Sayyid Habib Husain al-Qodry, seorang bangsa Arab yang berasal dari Tarim Hadramaut di Jazirah Arab.
Kedatangan Opu Daeng Manambon ke Mempawah membawa dampak yang sangat besar bagi masyarakat di sana. Selain menyebarkan agama Islam, Opu Daeng Manambon juga menjadi peletak dasar keberagaman etnis di Mempawah. Beliau sangat menjunjung tinggi toleransi antarumat beragama dan antarsuku, sehingga Mempawah menjadi salah satu wilayah di Kalimantan Barat yang kaya akan keragaman budaya dan harmonis hingga saat ini.
Oleh: Ibnu Matjuri KPA