Tabi’ut-tabi’in merupakan generasi terbaik ketiga dalam Islam setelah generasi sahabat dan tabi’in. Sebagaimana yang telah disabdakan Rosululloh SAW; “Sebaik-baik umatku adalah pada masaku. Kemudian orang-orang yang setelah mereka (generasi berikutnya), lalu orang-orang yang setelah mereka.” (Shahih al-Bukhori).
Secara bahasa, Tabi’ut-tabi’in memiliki arti pengikut para tabi’in. Sedangkan menurut istilahnya, tabi’ut-tabi’in adalah orang Islam yang pernah bertemu atau berguru pada tabi’in dan wafat dalam keadaan beragama Islam. Namun ada yang mengatakan bahwa tabi’in yang ditemui harus masih dalam keadaan sehat ingatannya. Adapun menurut Imam Malik dan Imam Syafi’i, Tabi’ut-tabi’in adalah orang-orang yang menyertai dan mengambil hadis dari tabi’in sekalipun tidak lama menyertainya.
Dalam beberapa riwayat para ulama, masa tabi’ut-tabi’in ini dimulai pada tahun 180 H yaitu tahun ketika tabi’in terakhir wafat yaitu, Khalaf ibn Khalifah. Sedangkan menurut Imam Suyuthi masa tabi’-tabi’in dimulai sekitar tahun 170 H sampai tahun 220 H.
Imam Qari’ dalam Mirqotul Mafatih menjelaskan bahwa Imam as-Suyuty berkata: ‘Dan yang paling sahih bahwa yang dimaksud generasi tidak bisa dipastikan dengan waktu atau periode, masa kenabian sholallohu alaihi wasallam mereka dinamakan sahabat dan waktunya dimulai dari diutusnya nabi sampai wafatnya sahabat nabi yang terakhir tahun 120 H.
Periode tabi’in mulai dari tahun 100 H sampai sekitar 170 H, dan periode tabi’ut-tabi’in mulai tahun 170 H sampai sekitar 220 H. Dan di masa ini, bid’ah telah muncul tersebar dan lisan orang-orang mu’tazilah bebas berbicara, dan para filsafat mengangkat kepala mereka, dan orang-orang berilmu diuji agar mengucapkan bahwa al-Quran adalah makhluk, dan kondisi berubah sangat drastis, dan perkaranya terus mengalami kemerosotan hingga saat ini, dan nampaklah kebenaran sabda nabi shollallohu alaihi wasallam : (Kemudian akan tersebar kedustaan).
Dalam masa tabiut-tabi’in ini banyak sekali ulama-ulama yang mempunyai peran besar dalam pengembangan ilmu agama Islam. Dalam bidang fiqih, ada Imam Syafi’i pendiri Madzhab Syafi’i. Beliau dilahirkan di Ghuzzah pada tahun 150 H dan wafat di Mesir pada tahun 204 H. Beliau belajar kepada Imam Malik yang dikenal dengan Madzhabul Hadis, kemudian beliau pergi ke Irak dan belajar dari ulama Irak yang dikenal sebagai Madzhabul Qiyas.
Kitab karangan beliau antaranya al-Um, Amali Kubra, Kitab Risalah, Ushul al-Fiqh dan lain sebagainya. Adapun dalam hal menyusun kitab Ushul Fiqh, Imam Syafi’i dikenal sebagai orang pertama yang mempelopori penulisan dalam bidang tersebut.
Sedangkan murid beliau yang terkenal dan mempengaruhi dunia keislaman antara lain Muhammad bin Abdullah bin al-Hakam, Abu Ibarahim bin Ismail bin Yahya al-Muzani, Abu Ya’qub Yusuf bin Yahya al-Buwaiti dan lain sebagainya.
Selain Imam Syafi’i, imam madzhab fiqih yang empat juga termasuk golongan tabi’ut-tabi’in selain Imam Hanafi yang masuk dalam golongan tabi’in. Hal ini dikarenakan menurut sebagian ulama Imam Hanafi pernah bertemu dengan sahabat Anas bin Malik.
Sedangkan dalam ilmu hadis, Imam Bukhori merupakan salah satu ulama yang hidup pada pireode tabi’ut-tabi’in. Beliau lahir pada Hari Jumat 13 Syawal 194 H atau 21 Juli 810 M di kota Bukhara. Ayah beliau juga ahli di bidang hadis dan mempelajari dari sejumlah ulama seperti Imam Malik bin Anas, Hammad bin Zaid, hingga Ibnu al-Mubarak.
Imam Bukhori dikenal memiliki daya hafalan yang sangat tinggi. Beliau bisa menghafal 15.000 hadis lengkap dengan keterangan yang pernah diajarkan oleh gurunya. Diantara puluhan kitab beliau, yang paling terkenal adalah hadis sahih yang berjudul al-Jami’ as-Shohih, yang kemudian dikenal sebutan Sahih Bukhori.
Selain al-Jami’ as-Shahih, berikut adalah beberapa karya luar biasa dari Imam Bukhori. At-Tharikh al-Kabir, At-Tharikh al-Ausath, Al-Tarikh as-Saghir, Khalqu Af’al al-’Ibad, Adh-Dhu’afa as-Saghir, Al-Adab al-Mufradlullah al-Jailani, Juz’u Raf’u A Yadain, Juz’u al-Qira’ah Khalfa al-Imam, dan Kitab Al-Kuna. Sedangkan murid beliau yang telah mewarisi kitab dan ilmu dari Imam Bukhari tidak terhitung jumlahnya. Ada yang berpendapat sekitar 90 ribu orang pernah mendengar langsung dari Imam Bukhari. Diantara murid beliau adalah Muslim bin Hajjaj, Abu Isa At- Turmidzi, An-Nasa’i, Ad-Darimi, Muhammad bin Nashr Al-Marwazi, Abu Hatim Ar-Razi, Ibnu Khusaimah, Abu Abdillah Husain bin Islami Al-Mahamili, Abrahim Al-Harbi, Abu Bakar ibnu Abi Ashim Al-Hafizh, Al-Farbari, Shahih bin Muhammad Jazarah, dan Abu Ishaq bin Ma’qal An-Nasafi.
Oleh: Musthofa A.Y.